Ini adalah tulisan pertama saya di kompasiana. Ada hal yang ingin saya angkat di sini, semoga dapat menjadi pemikiran semua pihak, terutama guru. Saya seorang guru sekaligus seorang ibu dari 2 anak yang masih sekolah.Â
Dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dampak pandemi covid 19, saya harus work from home sambil tentu saja mendampingi anak belajar di rumah (home learning).Â
Itu berarti selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai seorang guru, saya harus menyiapkan materi ajar untuk siswa dan siswi saya di sekolah, dan sebagai ibu tentu saja saya menjadi guru dan pendamping buat buah hati tercinta. Saya yakin ini terjadi bagi semua guru di seluruh nusantara bahkan dunia.
Sebagai guru, tentu saja memiliki dua sudut pandang, ketika menempatkan diri sebagai guru untuk siswa di sekolah dan ketika menempatkan diri sebagai orang tua yang harus menjadi guru dan pendamping bagi anak di rumah. Banyak yang dapat kita petik manfaat dan hikmahnya.
Memasuki masa libur lebaran, otomatis home learning libur untuk sementara, dan akan dilanjutkan setelah lebaran. Pada kondisi sekarang ini kita belum mengetahui pasti, masa PSBB ini akan diperpanjang sampai kapan.Â
Namun terkait dengan kegiatan pembelajaran, masih tetap akan berlanjut dengan home learning. Seperti pada surat edaran yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan yaitu Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang dikeluarkan pada 24 Maret lalu, dimana berisi tentang penyesuaian ujian sekolah dengan pembatalan UN, implementasi pembelajaran jarak jauh dan lain lain.
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menyampaikan materi belajar di rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, misalnya yang saat ini relevan adalah memahami apa itu pandemi Covid-19.
Dan ada catatan penting untuk guru berkaitan dengan pembelajaran jarak jauh "home learning", yaitu panduan kebijakan belajar di rumah, yaitu:
1. Variasi tugas dan aktivitas disesuaikan dengan minat dan kondisi siswa serta mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah.
2. Siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
3. Pembelajaran dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar di rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemik Covid-19.
5. Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dari guru, tanpa harus berupa skor/nilai kualitatif.
Point kedua menarik untuk dikupas. Pada pelaksanaannya di lapangan, hal tersebut tidak mudah. Pemahaman masing masing personal guru maupun sekolah berbeda-beda dalam menyikapi hal tersebut.Â
Terbukti bahwa banyak guru yang masih mengejar materi kurikulum, sehingga mengakibatkan pemberian tugas yang terlalu banyak. Hal tersebut terjadi pada banyak sekolah negeri maupun swasta dengan berbagai alasan tertentu.
Namun terlepas dari alasan apapun, seharusnya sekolah dan guru kembali pada tujuan dan fungsi dari pendidikan itu sendiri. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sementara fungsi Pendidikan diantaranya adalah mengembangkan kemampuan, membentuk watak, kepribadian agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Lembaga pendidikan memiliki fungsi seperti:
- Untuk mempersiapkan seluruh masyarakat dapat mandiri dalam mencari nafkahnya sendiri
- Membangun serta mengembangkan minat dan bakat individu demi kepuasan pribadi dan kepentingan umum
- Membantu melestarikan kebudayaan masyarakat
- Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam berdemokrasi
- Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat
Pendampingan dari guru/orang tua atau orang dewasa dalam proses home learning pada siswa SD dan SMP masih sangat dibutuhkan. Karena mereka juga belum mampu untuk mengelola waktu dengan baik, sehingga mereka masih perlu untuk diingatkan dan dibantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Apa yang terjadi jika guru masih berorentasi mengejar materi?
Nah, sebagai bahan evaluasi home learning yang telah berjalan, jika home learning berlanjut sama masa tahun ajaran baru, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam memberikan tugas, antara lain :
- Apakah dengan tugas yang diberikan tanggung jawab dan kemandirian siswa tumbuh?
- Apakah kreativitas siswa muncul lebih baik dengan tugas yang diberikan?
- Apakah ada orang dewasa yang memberikan pendampingan?
- Apakah tanpa penjelasan/ penjelasan minimal siswa mengerti materi baru ?
- Apakah tugas yang diberikan akan memunculkan kejujuran siswa atau sebaliknya?
- Apakah tugas yang diberikan menarik untuk siswa?
- Apakah tugas yang diberikan harus keluar rumah? Tidak bertolak belakang dengan aturan PSBB?
Itulah antara lain pertimbangan yang menurut saya perlu dilakukan. Nah, dari point point di atas, terlihat bahwa lebih banyak pada pembentukan karakter siswa dalam menyesuaikan keadaan (penyesuaian diri dalam kehidupan) bukan semata mata pada materi pengetahuan/pelajaran.Â
Sehingga bagi saya, pelajaran tentang kehidupan lebih diutamakan dalam pembelajarn. Belajar tentang kehidupan di sekeliling kita untuk mengasah kepekaan, belajar bertanggung jawab, mandiri, belajar empati, belajar jujur dan lain-lain.
Semoga tulisan ini bisa menjadi pemikiran kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H