Mohon tunggu...
etica
etica Mohon Tunggu... Lainnya - author, supermom

Hanya seorang ibu rumah tangga dengan lima anak, yang menyukai dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membara

12 Januari 2025   21:25 Diperbarui: 12 Januari 2025   21:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kobaran nyala si jago merah

Bumi hanguskan tanah para bintang

Api tak juga sanggup dipadamkan

Tentara angin luaskan sasaran

Merah membara membubung tinggi asap

Bencana yang dahsyat sepanjang sejarah

Dalam lingkup lahan yan luas

Seluas negeri yang masih berjuang di sana

Malam terang tanpa penerangan

Terangnya api begitu cepat membara

Panasnya laksana letupan api neraka 

Puluhan ribu jiwa telah berpindah

Puluhan ribu rumah telah melebur dengan tanah

Ribuan triliun kerugian terus bertambah

Bagaimana bisa tanah kebanggan itu tersia-siakan

Apakah ini sebuah hukuman dari Tuhan?

Bagai sebuah balasan kontan

Kata mereka yang tak rela saudaranya dihinakan

Ketika sebuah ancaman telah dijatuhkan

Namun, tangan Tuhan lebih cepat membalikkan keadaan

Doa telah didengar dan dikabulkan

Sadarlah wahai jiwa yang kering kerontang

Dunia ini sungguh sebuah titipan yang melenakan

Kambalilah dan bertaubat pada Tuhan yang menciptakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun