Aminah harus menerima kenyataan dengan ikhlas. Bahwa lebaran tahun ini, salah satu anaknya tidak dapat berkumpul bersamanya di rumah seperti biasa.
Anak sulungnya itu tidak dapat pulang ke Sumedang. Tanah kelahirannya bukan karena tidak memiliki ongkos, atau tidak mendapatkan tiket kereta untuk mudik.
Namun, perpanjangan PSBB di Jakarta tempatnya bekerja. Membuatnya tercegah untuk mudik. Selain karena ingin mematuhi peraturan, ia juga khawatir jika pulang justru malah merepotkan. Dan membahayakan kesehatan keluarganya.
Beberapa kawannya ada yang memaksa pulang ke Cianjur dan Bandung. Walau harus membayar ongkos lebih, dengan cara menaiki travel ilegal.
Rencana mereka tidak sepenuhnya berhasil, dua temannya yang mau ke Bandung. Justru harus kembali ke kontrakan di Jakarta. Karena travel yang ditumpanginya terkena razia, mobilnya disita.Â
Masih beruntung dua temannya negatif COVID, walau tetap harus berurusan dengan kepolisian. Karena berupaya melanggar aturan.
Ibu Aminah dan anak sulung tercintanya Hilal, mengobati rasa rindunya melalui video call. Biasanya sebelum magrib tiba.
"Aa udah nyiapin buka sama apa?"Â
"Alhamdulillah, kurma masih ada Mah!"
"Kalau temennya nasi sudah ada A?"
"Kita masak telor aja Mah sama sarden!"
"Maaf ya Mah, Aa belum bisa pulang"
"Ngga apa apa A, cuma aneh aja biasanya mamah dianter Aa belanja buat makan lebaran. Sekarang cuma berdua sama Rahma" suara Ibu Aminah tidak dapat menutupi rasa rindunya.
"Aa kangen Mah, sama Mamah juga sama Rahma, tapi!" Hilal menahan rasa sedih.
"Kangen Mamah dan Rahma, atau kangen sama Putri, A?" Rahma adiknya malah menggoda.
"Hei, malah ngeledek. Hati-hati siapa tahu sekarang Putri udah punya pacar!" Hilal membalas.
"Makanya jangan jual mahal A, cepetan nembak biar nggak kangen tuh!" Putri semakin menggoda
"Jodoh ngga akan kemana Dede manja!" Balas Hilal kembali.
Ibu Aminah hanya tersenyum, melihat kelakuan dua anaknya yang selalu saja saling ledek. Padahal Aminah tahu sebenarnya mereka saling menyayangi dan merindukan.
*****
"Udah jam 5 sore kok Aa belum nelpon ya De?" Ibu Aminah heran.
"Ntar Dede coba hubungi Mah!"
Rahma coba menghubungi kakaknya itu. Namun, selalu tidak tersambung. Tidak kehilangan akal, ia coba DM Instagramnya, lagi-lagi tidak ada respon. Ia coba hubungi kakaknya lewat twitter, telegram. Tapi lagi-lagi hasilnya nihil.Â
"Ya Alloh kemana Hilal?" Ibu Aminah mulai cemas. Apalagi hari ini adalah hari terakhir Ramadan, besok sudah lebaran.
"Aa kemana yach, kok semuanya nggak aktif!" Rahma juga heran.
Rasa khawatir mulai semakin melingkupi hati Ibu Aminah. Karena tidak biasanya anak sulungnya tidak menghubungi. Pikiran buruk terkadang melintas, tapi Aminah coba redam. Takut menjadi do'a.
Adzan magrib berkumandang, Aminah berkali-kali melihat layar ponsel. Namun, anak sulungnya belum juga menghubungi.
"Coba De, hubungi teman Aa, siapa tahu terhubung. Ibu shalat magrib duluan!" Aminah meminta.
"Iya Bu, Dede coba!" Jawab Rahma.
Walaupun shalat, pikiran Ibu Aminah tetap tertuju pada anaknya. Setelah shalat, berzikir, perempuan paruh baya itu. Mendokan dengan sepenuh hati agar anaknya tercinta selalu dilindungi Alloh Swt.
Takbir semakin bersahutan, setelah Isya berkumandang. Tapi, Hilal belum juga menghubungi. Ibu Aminah semakin cemas.
Daripada semakin khawatir, sambil menyiapkan ketupat, opor dan makanan lainnya. Aminah ikut melantunkan takbir, sambil meneteskan air mata. Merindukan anak lelaki yang dicintainya.
"Mah ini ada telepon, dari Aa Mah!" Rahma sedikit berteriak.
"Iya iya, alhamdulillah!" Aminah girang
"Aa kemana aja? Â ini pake nomer siapa?" Aminah langsung mencecar Hilal.
"Maaf...maafin Hilal Mah, maafin Mah. Bukan bermaksud bikin khawatir. HP Hilal rusak tadi saat wudhu ashar, jatuh dan pecah LCDnya jadi nggak bisa dipakai. Ini juga pakai punya teman. Tadi gantian soalnya kuotanya terbatas."Â
"Ngga apa sayang yang penting Aa sehat, bisa menghubungi Mamah!"
"Maafin lahir dan batin yach Mah!"
Merekapun kembali saling melepas rindu, Aminah begitu bahagia karena akhirnya anak tercintanya Hilal muncul. Menghilangkan kekhawatirannya.
Memang lebaran tahun ini terasa sangat berbeda bagi mereka, tapi mereka tetap bersyukur. Alloh masih memberikan nikmat kesehatan melewati akhir Ramadan. Dan bersukacita Insya Alloh bersuka cita berlebaran walau dalam keterbatasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H