"Lagian kedengaran Bu, maaf. Tapi Cep udah punya KTP. Sudah bisa diajak diskusi kok. Hee..!" Ia membela diri.
"Ya sudah kamu pengamat saja, jangan jadi narasumber. Biar kakak sama ibu yang dialog!" Pinta Sholeh.
"Ya udah nggak komen deh, biar jadi pendengar yang baik aja!" Jawab Cepi
Seketika Cepi kembali menatap layar HP, entah mengerjakan tugas sekolahnya atau sibuk bermain instagram.
"Nanti Ibu ganti Leh!" Ibunya kembali melanjutkan
"Ngga usah Bu, kaya minjem di Bank aja. Biar jadi jalan bakti buat Ibu dan Ayah. Lagipula ini saatnya sebagai keluarga kita saling menguatkan Bu. Kalau perlu motor Sholeh juga nanti di gadaikan!"
"Jangan Leh, nanti kamu butuh. Biar perhiasan Ibu yang digadaikan!"
"Ngga Bu, ngga!" Sholeh menggelengkan kepala
Sholeh kemudian memeluk ibunya, merekapun berangkulan. Keharuan itu membuat sang bunda meneteskan air mata di pundak Sholeh. Air mata kebahagiaan karena putra tercintanya yang sesuai dengan namanya Sholeh.
"Bu doain Sholeh supaya dapat kerjaan lagi, kalau pun belum, doakan supaya dagangan laku!" memohon dengan lembut disertai pandangan kasih kepada Ibunya.
"Pasti Nak, semoga kamu juga cepat dapet jodoh yang saleha... Aamiin!" Ibunya malah menggoda, sambil menyeka airmata yang tersisa dari sudut matanya.