Dulu...
Kita masih menjadi dua manusia yang suka menantang senja,
Berburu bubur di pelosok desa,
Berlomba mencari kerang dan memasukkan pasir di gelas kaca,
Menyapa langit sambil bertukar harap dan cerita,
Menghitung manusia yang berlalu-lalang di depan toko baca,
Ah..membayangkannya masih terasa hangat.
Kini,
Kita masih duduk di lantai yang sama, namun tak lagi saling bersuara
Saat dipaksa, kata yang terucap juga hanya sebatas uap, lenyap
Menatap? sepertinya bukan pilihan, perih mata yang ada
Tawa? aku bahkan tak lagi bisa mendefinisikannya.
Beda dalam menyikapi, beda dalam memahami & mengerti
Sama kuatnya, tak ada opsi mengalah & menerima
Jarak ini, tak lagi berbicara tentang ratusan jengkal yang menghalangi
melainkan kita yang sedang saling bersitegang mengamini pilihan untuk sendiri
Pilihan untuk meninggalkan yang terasa lebih ringan daripada bertahan.
Pilihan untuk adu cepat menutup pintu dan membiarkan yang lain berjejal mengintip sambil menunggu
Pilihan untuk sama-sama luruh
Melangkah dan terjatuhÂ
Bukan jatuh suka, tapi jatuh luka
Jogja, 5 Maret 2024
Lahir dari kasus  (refleksi) di pojok konseling
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H