Mohon tunggu...
Esti Sri Handayani
Esti Sri Handayani Mohon Tunggu... -

Penikmat kopi, juga diksi-diksi yang menyayat hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

PoemEST: Giliranmu

19 Februari 2019   12:29 Diperbarui: 19 Februari 2019   13:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah waktu selama 12 purnama yang kita lewati sudah lebih dari cukup buatmu untuk menggunakannya sebagai kesempatan membuktikan omongan-omongan manismu? Tidakkah itu lebih dari cukup? Harus berapa purnama lagi yang kamu perlukan untuk membuktikan omongan-omongan manis itu?

Lalu pada malam itu, malam yang sangat menyedihkan dan menyakitkan, sesungguhnya adalah kesempatan terbesarmu untuk memenangkan hatiku kembali. Tapi, alih-alih memenangkan hatiku, kamu malah justru membuat malam itu semakin menyakitkan dan menyedihkan.

Demi Tuhan, aku sakit malam itu dan kamu tidak perlu jadi kekasihku dulu untuk setidaknya merasa kasihan dan peduli. Karena pada nyatanya, teman-temanku dan bahkan orang asing pun bisa peduli dengan kesakitanku.

Mungkin ini salahku juga, yang selalu mengatakan tidak apa-apa. Karena sesungguhnya aku merasa tidak apa-apa dan berpikir kamu akan berusaha juga nanti pada akhirnya. Karena apa yang dicari dalam hubungan sepasang orang dewasa selain pengertian dan saling memberi?

Ternyata kamu terlalu terlena dan tenggelam dalam ombak pengertian yang terus menerjangmu, hingga mungkin kamu berpikir, kamu tidak perlu berjuang untukku karena toh, seperti yang sudah-sudah, kamu juga berpikir aku akan mengerti.

Tapi, sayang, aku juga punya hati.

Hati yang kupertaruhkan keutuhannya ketika sepakat untuk memulai hubungan ini.

Hati yang lelah karena berjuang sendiri.

Kini giliranmu untuk mengerti aku yang memutuskan untuk menyudahi ini,

Kini giliranmu untuk mengerti bahwa ada atau tidak adanya kamu, hidupku terasa sama saja.

Kini giliranmu untuk mengerti bahwa selama 12 purnama ini, kamu melewatkan banyak kesempatan untuk membuktikan kata-kata manismu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun