Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Otak Tumbuh dari Kesalahan

1 Desember 2019   21:12 Diperbarui: 2 Desember 2019   05:22 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Freshbooks.com

Hanya keledai yang jatuh dua kali ke lubang yang sama. 

Pepatah itu mengisyaratkan agar orang belajar dari kesalahannya. Tetapi haruskah sampai dibatasi kesalahan yang dilakukan itu cukup sekali? Bila sampai lebih dari sekali maka apakah benar kategori otak kita adalah otak keledai?

Nyatanya, dalam pembelajaran tidak cukup hanya sekali melakukan kesalahan. Sejak kecil ketika kita baru belajar berjalan, kita butuh jatuh berkali-kali sebelum akhirnya bisa berdiri tegak dan berjalan tanpa sempoyongan. 

Kita juga butuh berkali -kali salah melafalkan bunyi sebelum akhirnya pandai merangkai kata. Proses yang sama berlaku bagi segala pembelajaran lainnya.

Namun tentunya, ada orang-orang yang bisa langsung mengenali kesalahan sejak kali pertama, ada yang butuh beberapa kali sebelum akhirnya tersadar, dan ini bukan berarti mereka adalah keledai.

Psikolog Jason Moser mempelajari mekanisme saraf yang beroperasi di otak orang ketika mereka melakukan kesalahan. Moser dan kelompoknya menemukan sesuatu yang menarik. 

Ketika kita membuat kesalahan, sinapsis neuron menyala. Sinapsis adalah sinyal listrik yang bergerak di antara bagian otak saat pembelajaran terjadi.

Moser menemukan ada dua respon potensial otak atas kesalahan. Yang pertama, yang disebut respon ERN (Error related negativity) atau juga Ne, yakni peningkatan aktivitas listrik yang diperkirakan terjadi ketika otak mengalami konflik antara respon yang benar dan kesalahan. 

Menariknya, aktivitas otak ini terjadi terlepas dari sadar tidaknya orang tersebut bahwa ia telah membuat kesalahan.

Respon kedua, disebut ERP (Error Related Positivity) atau Pe, adalah sinyal otak yang dianggap mencerminkan perhatian sadar terhadap kesalahan. Ini terjadi ketika ada kesadaran bahwa kesalahan telah dibuat dan perhatian secara sadar diberikan pada kesalahan tersebut.

Implikasi dari temuan Moser adalah bahwa hanya dengan melakukan kesalahan saja otak kita akan bekerja dan berkembang. Percikan otak akan terjadi, otak akan memanas dan tumbuh ketika kita membuat kesalahan, bahkan jika kita tidak menyadarinya. 

Ini dikarenakan bahwa masa membuat kesalahan adalah masa perjuangan; otak ditantang dan tantangan menghasilkan pertumbuhan.

Penelitian neurologis terkait dengan kesalahan ini sangat penting untuk mendekonsturksi realitas kita tentang kesalahan. Apalagi, para guru dan orang tua yang lebih sering langsung memberi tahu murid bahwa ia telah membuat kesalahan. 

Mereka ingin mengangkat kesadaran si murid agar ia tidak kembali melakukan kesalahan yang sama. Seolah-olah kesalahan yang sama itu adalah momok yang tidak mengenakan atau justru menakutkan. Sebuah realitas yang terejawantah dari pepatah tentang keledai itu.

Pembelajaran di kebanyakan institusi di negara ini menjadi tidak ramah kesalahan. Karena anak-anak dan orang dewasa di mana-mana sering merasa tidak enak ketika mereka membuat kesalahan mengerjakan sesuatu pekerjaan. 

Lalu membuat mereka berpikir bahwa pekerjaan itu bukan untuk orang-orang seperti mereka. Ini karena sejak awal mereka tidak menghargai kesalahan, mungkin karena sering dihukum saat sering melakukan kesalahan.

Media melanggengkan realitas ini, dengan memuat banyak artikel yang menulis tentang cara menghindari kesalahan ini dan itu. Tentu itu bukan hal yang buruk, namun akan lebih baik bila judulnya menjadi belajar dari kesalahan-kesalahan ini dan itu.

Kesalahan tidak hanya kesempatan untuk belajar, kesalahan juga adalah kesempatan otak untuk tumbuh. Dengan ramah menanggapi kesalahan yang sering terjadi berarti kita membiarkan kekuatan sinapsis bawah sadar itu akan semakin kuat. 

Kesadaran akan kesalahan sangat penting, namun lingkungan yang ramah akan kesalahan juga tak kalah pentingnya.

Omong-omong, catatan saya hari ini meskipun agak telat namun masih seputar rangkaian perayaan hari guru 2019. 

Dan kesalahan yang saya maksudkan adalah kesalahan yang terkait dengan pembelajaran lho ya. Kalau anda melakukan kesalahan, mengambil mangga milik tetangga itu bukan pembelajaran, itu pencurian.

Referensi :

  • youcubed.org
  • wiki/Error related negativity
  • Moser, J. S., Schroder, H. S., Heeter, C., Moran, T. P., & Lee, Y. H. (2011). Mind Your Errors Evidence for a Neural Mechanism Linking Growth Mind-Set to Adaptive Posterror Adjustments. Psychological Science, 0956797611419520.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun