Mohon tunggu...
Esti Cahyanii01
Esti Cahyanii01 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Esti Eka Cahyani Mahasiswa yang lahir di Banyumas, Januari 2003. Menulis adalah hobi dadakan yang mulai di tekuni ketika saya menginjak sekolah menengah akhir di awal kelas 10. Hobinya tersebut didorong dari kebiasaannya yang sering membaca novel di aplikasi wattpad, kemudian berkembang seiring dorongan dari beberapa temannya juga. Menurutku adalah jendela yang membuka pandangan kita terhadap dunia dengan cara yang sangat pribadi dan mendalam. Dalam setiap kata dan kalimat, terdapat peluang untuk menciptakan dunia baru, berbagi pemikiran, dan menyampaikan emosi yang mungkin sulit diungkapkan dengan cara lain. Menulis bukan sekadar menuliskan apa yang ada di pikiran, tetapi juga merupakan proses refleksi dan eksplorasi diri. Menulis juga memberikan kebebasan untuk berimajinasi dan berkreasi tanpa batasan. Menurutku Menulis juga dapat menjadi terapi pribadi, membantu penulis memahami dan mengatasi pengalaman, perasaan, dan tantangan hidup mereka. Disini, saya ingin berbagi pandangan tentang bagaimana kita bisa melihat dunia dengan cara yang lebih positif dan kreatif. Setiap cerita yang saya tulis bertujuan untuk menginspirasi, mengedukasi, dan memberikan ruang bagi pembaca untuk berpikir lebih dalam. Mari berpetualang bersama dalam dunia ide, opini, dan inspirasi! Salam kenal semuanya, timaacii

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Tirai Tanah Guruku

22 Desember 2024   00:37 Diperbarui: 22 Desember 2024   00:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari yang dulunya di nanti-nanti kini menjadi hari yang paling berat untuk di tinggalkan. 40 hari sudah pengabidan ini rampung, 40 hari sudah menyelami banyak arti kehidupan yang nyata di masyarakat. Bertemu, membaur, menyelaraskan banyaknya isi kepala, dan hidup berdampingan dengan adat istiadat setempat semuanya kini telah usai.

Akhirnya, ketika kami harus meninggalkan desa ini, kami meninggalkan lebih dari sekadar jejak fisik. Kami meninggalkan kenangan yang akan selalu kami hargai---kenangan tentang keberanian untuk beradaptasi, kegigihan menghadapi tantangan, dan keindahan hubungan manusia yang tulus. Desa Balapulang Wetan telah mengajarkan kami lebih banyak tentang kehidupan daripada yang pernah kami bayangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun