Adikku, bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baikkah?
Sepertinya kamu sudah tenang ya, disana? Benar tidak? Atau diam-diam sebenarnya kamu masih memikirkan kami... keluarga, istri dan anak-anakmu yang masih kecil?
Kamu ingin tinggal bersama kami lagi kan? Ah, seandainya bisa...
Adikku tersayang, kan kamu sering mengingatkan kami, untuk tetap bersemangat dalam menjalani hidup? Beratnya kehidupan, jangan membuat kita lupa bahagia, katamu.
Adikku, maafkan kami yang telah meremehkan penyakit yang dideritamu saat itu..
Kami sungguh-sungguh menyesal, tidak menyangka kau bakalan tidak kuat menghadapinya.
Sebab selama ini kamu terlihat sehat dan kuat. Kamu kan yang selalu mengajarkan kami untuk senantiasa optimis? Kami yakin kamu bakal sembuh, kok. Kan ikhtiarmu juga sudah maximal. Kau orang yang mengerti kesehatan, sehingga kami tidak meragukanmu bahwa kamu bisa! Kamu pasti akan sembuh kembali!
Hingga pada suatu hari...
di awal bulan Juli 2021...
Pada siang menjelang sore itu... mengapa kamu tidak membalas chattinganku? Aku menunggu jempol dan senyuman karikaturmu seperti yang biasa itu... hmm...atau sekedar ucapan terima kasih, mengapa kamu bisa lupa ya? Ah, mungkin belum sempat saja.