I
Memiliki dan mendidik  remaja putri di zaman milenial memang penuh dengan tantangan  dan persoalan. Contohnya aku nih, memiliki  anak perempuan yang kini telah remaja, tepatnya anak usia SMP kelas 9, yang cantik dan menyenangkan.
Nah, kebayang kan bagaimana rasanya bersama anak remaja? Yang pasti, Penuh suka cita, duka dan bahagia bersama. Tertawa dan pergi bersama anak remaja juga asyik. Toh, mereka sudah besar dan mandiri, bukan? Selera dan keinginannya mungkin sama. Kita suka jajan bakso, suka jalan-jalan, fashion, dan shopping. Pokoknya asyik! Sepertinya, kita ikutan menjadi remaja lagi ya?
Ya, lain dulu lain sekarang. Kalau aku bandingkan dengan masa remajaku dulu, wah, berbeda 280 derajat lebih. Dulu, yang namanya gadget belum ada tuh. Kami hanya bisa janjian dengan teman, melalui  telpon rumah saja, yang terbatas waktunya.
Sekarang... Anak-anak kita bebas berkomunikasi dan menonton apapun yang dia suka via internet. Kalau dulu, kami mencari hiburan melalui televisi dan radio. Sekarang, barang ini sudah tidak menarik lagi buat remaja kita. Mereka lebih suka menonton Youtube, Instagram, Tik-Tok dan media sosial lainnya, yang waaahh...membuatku ngeri-ngeri sedapp... harus jadi lebih waspada. Kadang bikin gak tenang hati. Kira-kira tadi anak-anakku lagi nonton apa ya, di handphonenya? Apa yang sedang dipikirkannya?
No, no... aku, seorang ibu yang memiliki anak di zaman modern ini, mencoba tidak mau ketinggalan zaman. Katanya, mendidik anak di zaman kekinian, orang tua harus juga gaul! Ketika menghadapi anak remaja, kita harus memposisikan diri sebagai temannya! Dan seterusnya, demikian  ilmu terkait parenting yang pernah aku dapatkan.
Saatnya bersiap menjadi ibu kekinian, cie. Kini, aku juga mulai mendampingi anak remajaku ketika mereka sedang menonton acara music K-POP kesukaannya. Walah, aku kok jadi suka ya, hehe.. dan lama-lama jadi membiarkannya juga. Kalau dilarang, ngambek. Ya sudah, dipikir-pikir..daripada mereka menonton sendirian di kamar? Tidak ada yang melihat? Ih, seram juga. Kebayang hal-hal negatif yang berseliweran di antara mereka ya. Oya, sebenarnya aku punya tiga orang anak dan yang aku ceritakan ini adalah anak bungsuku.
Aku selalu berdoa agar Allah dan MalaikatNya menjaga anak-anak kami dari pengaruh buruk. Aamiin.
Doa yang banyak deh, karena toh, kita tidak dapat memaksakan mereka untuk sama seperti kita dulu. Bisa berabe, bisa-bisa mereka justru menjauh dari kita, ya kan? Disebut anak kecil, bukan, disebut dewasa juga belum. Tengah-tengah.
Itu dari sisi lahiriah, yang tampak oleh kita...