Mohon tunggu...
Esti Aristiana Sukmawati
Esti Aristiana Sukmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai biasa yang hobi travelling, trekking, nyobain kuliner lokal, dan belajar sejarah

Outdoors mania, Nature enthusiast, Hobi jalan-jalan mengamati people, places and dishes. Kadang nulis-nulis juga kalau sempat, di blog-ku https://estidamardjati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cangkok Organ Ala Dewa

14 April 2023   12:13 Diperbarui: 14 April 2023   12:38 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Ganesha (Foto Koleksi Museum Nasional Indonesia)

Ganesha atau nama lainnya Ganapati, dalam agama Hindu diyakini sebagai dewa pengetahuan, lambang kecerdasan, penghalau segala rintangan, dan pemberi kesejahteraan serta kebijaksanaan bagi para pemujanya. Ganesha digambarkan memiliki tubuh manusia namun berkepala gajah dengan salah satu gadingnya yang patah.  Belalai Ganesha melambangkan perubahan. Artinya, belalai tersebut menandakan fleksibilitas, efisiensi, dan kemampuan untuk berubah dan menyesuaikan dengan waktu.

Dalam mitologi Hindu, arah lengkung belalai arca Ganesha memiliki makna yang penting. Arah lengkungan belalai ini bisa mengarah ke kiri, lurus menghadap ke arah depan dan ke arah kanan. Hal yang penting dan harus diperhatikan adalah ke arah mana pangkal belalai Ganesha itu berawal. Di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, arca Ganesha memiliki belalai yang selalu melengkung ke arah kiri. Belalai yang melengkung ke arah kiri memiliki makna yang berkaitan dengan bulan yang memiliki sifat lebih feminine, menenangkan dan memelihara. Di India, arca Ganesha dengan posisi belalai melengkung ke kiri biasanya di tempatkan di dalam rumah. Belalai yang melengkung ke arah kanan memiliki makna yang berkaitan dengan matahari. Matahari memiliki sifat maskulin dan berapi-api. Biasanya arca ini ditempatkan di dalam tempat-tempat ibadah (pemujaan) dan harus dipuja dengan ritual yang benar. Belalai yang lurus menghadap ke arah depan sangat jarang ditemukan, namun memiliki makna yag sangat dalam, karena melambangkan bersatunya seluruh indera di dalam tubuh dengan segala sifat kebaikan secara lengkap dan sempurna.

Jumlah lengannya empat, sebagai perlambang bahwa kemampuannya melebihi manusia biasa. Masing-masing dari tangannya menggenggam aksamala (semacam tasbih),  parasu/ kapak, ekadenta/ patahan gadingnya sendiri, dan patta/ mangkok berisi modaka, manisan kesukaan Ganesha. Belalainya masuk ke dalam mangkok untuk menghisap modaka tadi, yang mencerminkan ilmu pengetahuan yang tak pernah habis, rahmat kemakmuran, dan kebijaksanaan. Tunggangan ganesha adalah musaka atau tikus, yang mencerminkan keangkuhan. Makna yang terkandung di dalamnya adalah diharapkan agar keangkuhan diri dapat dikendalikan, serta lincah melewati segala rintangan. Itulah kenapa, arca ganesha juga banyak ditempatkan di lokasi-lokasi rawan bencana.

Nah, kenapa Ganesha memiliki kepala gajah?

Dalam  salah satu versi, diceritakan bahwa Ganesha merupakan anak laki-laki yang diciptakan oleh Dewi Parwati dari debu tubuh kosmiknya, namun penciptaan anak laki-laki ini tanpa sepengetahuan suaminya, Dewa Siwa.  Ganesha diciptakan Parwati untuk patuh kepadanya, dan untuk memimpin para gana (pengawal Dewa Siwa).

Suatu ketika, Parwati yang akan mandi memerintahkan Ganesha untuk menjaga rumahnya, dan berpesan agar tidak mengizinkan siapapun memasuki rumah selama Parwati sedang mandi. Ganesha-pun mematuhi perintah tersebut. Beberapa saat kemudian, Dewa Siwa pulang ke rumah dan ingin masuk ke rumahnya, namun Ganesha yang patuh kepada perintah Parwati, dengan gigih menghalangi maksud Dewa Siwa. Siwa-pun kehilangan kesabarannya dan memerintahkan para gana untuk menyerang Ganesha. Namun rupanya, Ganesha berhasil membuat kalang kabut para pengawal Siwa tadi, hingga akhirnya Siwa dengan dibantu Brahma, Wisnu, dan Indra. 

Akhirnya, dengan senjata pamungkasnya, Siwa berhasil memenggal kepala Ganesha. Namun kemenangannya ini membawa kemarahan istrinya. Akhirnya untuk menebus kesalahannya, Siwa kemudian mengutus para pandhita dan rsi untuk mencari makhluk yang melanggar aturan, untuk dipenggal kepalanya sebagai pengganti kepala Ganesha.

Disinilah cerita cangkok organ ala dewa bermula...

Menurut Kakawin Mahabharata, pada perjalanannya, makhluk pelanggar aturan yang ditemui pandhita dan rsi adalah Airawata, gajah tunggangan Dewa Indra. Karena sedang mabuk, Airawata tertidur dengan posisi melanggar aturan. Lalu dipenggallah kepala Airawata, dan dibawa kepada Siwa untuk menggantikan kepala Ganesha.

Ada sedikit perbedaan versi antara Kakawin Mahabharata dengan Siwa Purana, karena dalam Siwa Purana disebutkan bahwa para Pandhita dan Rsi adalah seekor gajah, sehingga kepalanya dipenggal dan dijadikan pengganti kepala Ganesha.

Di versi lainnya lagi, dikisahkan, Dewa Indra dan para dewa lainnya memohon kepada Dewa Siwa agar menciptakan tokoh yang mampu mengalahkan Asura (raksasa) yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Dewa Siwa lantas mengeluarkan salah satu kekuatannya (amsa) dalam wujud seorang pemuda tampan yang lahir dari rahim Dewi Parwati. Pemuda tersebut diberi nama Vighneswara (penyingkir rintangan), yang kelak diperintahkan untuk mengalahkan para Asura.

Dewi Parwati sangat bangga memiliki putra yang tampan, sehingga mengundang para dewa untuk memamerkan ketampanan putranya. Semua dewa terkagum melihat sosok Vighneswara, kecuali Dewa Sani. Dewa Sani enggan memandang Vighneswara, karena ia membawa kutukan istrinya, yakni apa saja yang dipandang Dewa Sani akan berubah menjadi abu. Dewa Sani menolak untuk melihat Vigneshwara. Namun, Dewi Parwati tetap bersikukuh agar Dewa Sani memandang putranya. Akibatnya, saat Dewa Sani memandang kepala Vighneswara, seketika itu pula kepalanya hancur menjadi abu. Dewi Parwati sangat sedih atas kejadian tersebut.

Dewa Brahma kemudian hadir menghibur Dewi Parwati dan berjanji mengganti kepala putranya dengan kepala makhluk pertama yang dilihatnya. Makhluk yang pertama kali dilihat Dewa Brahma adalah seekor gajah. Oleh karena itu, Vigneshwara atau yang juga dikenal dengan nama Ganesa itu berkepala gajah.

Namun asal usul Ganesha dalam Kakawin Smaradahana yang dibuat pada masa Kerajaan Kediri, berbeda lagi dan sama sekali tidak mengandung unsur cangkok organ...

Alkisah, ketika Dewi Parwati mengandung Ganesha, para dewa mengejutkan sang dewi dengan membawa gajah tunggangan Dewa Indra, yaitu Airawata. Oleh sebab itu, Ganesha terlahir dengan kepala menyerupai Airawata.

Nah, begitulah cerita-cerita tentang Ganesha, sosok dewa yang begitu dipuja di India, bahkan sempat bikin Negara itu heboh ketika mengetahui ada sosok Ganesha dalam pecahan uang rupiah nominal Rp20.000,00 emisi tahun 1998. Gambar Ganesha yang bersisihan dengan gambar Ki Hajar Dewantara, Menteri Pengadjaran Republik Indonesia ini, membuat kehebohan di India, dipicu oleh pernyataan Kepala Pemerintahan Kota Delhi, yang mendesak agar Perdana Menteri India juga melakukan hal serupa, mencantumkan gambar Dewa Ganesha dan Dewi Laksmi dalam uang Rupee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun