Sangat jelas terlihat, bahwa apapun agamanya, kita sepakat pada prinsip-prinsip dasar yang diterapkan dalam berbangsa dan bernegara adalah untuk kesejahteraan anak-anak bangsa, bukan kepentingan kelompok.
Tingkat kepercayaan masyarakat non muslim terhadap “keislaman” yang diusung organisasi-organisasi islam sangat rendah. Alih-alih hendak menerapkan prinsip islami dalam bermasyarakat, yang ada malah menerapkan anarkisme. Islam yang bengis ditampilkan untuk mengintimidasi yang berbeda dari mayoritas. Bahkan islam aliran minoritas pun mendapat perlakuan kejam dari islam mayoritas.
Nilai islami diinjak-injak, sambil menepuk dada: kami yang paling islam dari anda, jadi kami yang lebih pantas jadi pemimpin, supaya kami yang pegang anggaran belanja negara.
Ujung-ujungnya duit.
Jika saja. Mari saya tegaskan: JIKA SAJA. Nilai-nilai islami yang diusung pemimpin-pemimpin muslim sama dengan nilai-nilai islam dalam indikator penelitian Rehman dan Hossein Askari. Maka, agama pemimpin menjadi tidak penting. Sepanjang nilai-nilai islami yang diterapkan kepada masyarakat berlandaskan kepada mengasihi sesama manusia. Mengasihi anak-anak bangsa. Mengasihi Tanah Air. Mengasihi Nusa Bangsa.
Bukan mengasihi istri-istri, pustun-pustun maupun otong (baca: ego) sendiri.
Selamat malam.
.
- Esther Wijayanti -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H