Mohon tunggu...
Ester Yuniati
Ester Yuniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intervensi Anak Tuna Grahita

12 November 2022   09:41 Diperbarui: 12 November 2022   09:52 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf .Pada mulanya anak di ajak mengenal bunyi huruf,suatu proses memecahkan kode atau sandi yang berbentuk tulisan menjadi bunyi yang sesuai anak tuna grahita atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara.

Metode Membaca

1. Metode Fonik

Menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf. Pada mulanya anak di ajak mengenal bunyi huruf, kemudian menjadi suku kata dan kata. Mengenalkan huruf mengaitkan huruf depan dengan berbagai nama yang sudah dikenal anak.

2. Metode Linguistik

Metode ini didasarkan atas pandangan bahwa membaca ialah suatu proses memecahkan kode atau sandi yang berbentuk tulisan menjadi bunyi yang sesuai. Metode ini menyajikan kepada anak suatu kata yang terdiri dari konsonan- vocal / vocal- konsonan. Suku kata menjadi kata.

Misal : bu -- ku  buku

3. Metode SAS ( Struktural Analisis Sintetik)

Mengajar membaca dengan mengenalkan kalimat dipisah menjadi kata- suku kata -- uruf -- suku kata -- kata -- kata -- kalimat.

Misal: ini ibu budi

ini -- ibi -- budi

i -- ni i -- bu bu -- di

i -- n -- i i -- b -- u b -- u -- d -- i

i -- ni i -- bu bu -- di

ini -- ibi -- budi

ini ibu budi

4.Metode Fernald ( VAKT ) = Visual Auditory Kinestetic Taktic

Mencoba menulusuri huruf yang dibentuk dengan gerakan telunjuk di udara, kemudian anak membacanya, diulang beberapa kali, sehingga anak bisa membacanya dengan baik.

5. Metode Gilingham

Diajarkan beberapa huruf dan perpaduan huruf, kemudian menebalkan titik -- titik huruf / kata yang telah diajarkan, biasanya lebih sering kata benda yang ada di lingkungan anak dan dimengerti anak, sambil menebalkan anak membaca huruf / kata apa yang sedang dia tebalkan.

6. Metode Analisis Gelas.

Anak menyimak gambar peraga yang diperlihatkan. Mengidentifikasi kata lalu mengucapkan kata dengan bunyi kelompok.

Misal : B a j u , dibaca b a -- j u B u k u , dibaca b u -- k u

Setelah anak mengulang beberapa kali , tulisan huruf yang tadi disebutkan, kemudian coba tutup sebagian atau salah satu huruf, sampai anak ingat betul.

Terapi

Fisioterapi : Suatu terapi awal yang diperlukan oleh anak tuna grahita dikarenakan tuna grahita terlahir dengan tonus yang lemah, dengan terapi awal ini berguna untuk menguatkan otot-otot mereka sehingga kelemahannya dapat di atasi dengan latihan-latihan penguatan otot.

Terapi Wicara

Suatu terapi yang di pelukan untuk anak tuna grahita atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.

Terapi Okupasi

Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak "bermasalah" tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.

Terapi Remedial

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah bias dijadikan acuan program.

Terapi kognitif

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, missal anak yang tidak bias berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.

Terapi sensori integrasi

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori taktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri, dll.

Anak di ajarkan berprilaku umum dengan pemberian system reward dan punishment. Bilan anak melakukan apa yang di perintahkan dengan benar, makan diberikan pujian. Jika sebaliknya anak dapat hukuman jika anak melakukan hal yang tidak benar. Dengan perintah sederhana dan yang mudah di mengerti anak.

Terapi snoezelen

Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan atau aktifiti. Snoezelen merupakan metode terapi multisensories.

Terapi ini di berikan pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik, misalnya anak yang mengalami keterlambatan berjalan.

Anak autis

. Terapi perilaku

Terapi Perilaku terdiri dari terapi wicara (sampai kepada komunikasi Pragmatis atau bahasa gaul), terapi okupasi, akademik, Bantu diri dan menghilangkan perilaku asosial.

a.Terapi okupasi, Terapi ini untuk menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan ototnya.

b.Terapi Wicara, Bagi penyandang autisme oleh karena semua penyandang autisme mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa, speech therapy adalah juga suatu keharusan, tetapi pelaksanaannya harus dengan metode ABA.

c. Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar, hal ini perlu dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diajarkan konsep menirukan, lalu diberikan pengenalan konsep dan kognisi melalui bahasa reseptif/kognitif dan bahasa ekspresif disertai dengan tata krama dan sebagainya.

b. Terapi biomedik

Sebagian besar terapi biomedik terhadap ASD diintegrasikan dengan kegiatan anak di rumah dan di sekolah. Hal ini dilakukan karena terapi yang dilakukan  secara terpisah kurang berhasil.

c. Pengobatan (pemberian obat, vitamin, mineral, food supplements)

Tidak diketahui adanya pengobatan menyeluruh terhadap autisme, menggunakan pengobatan tradisional, obat-obatan herbal atau homeopati. Obat-obatan bukanlah perawatan utama dalam autisme. Pemberian obat-obatan untuk penyandang autisme sifatnya sangat individual dan perlu berhati-hati. Dosis dan jenisnya sebaiknya diserahkan kepada Dokter Spesialis yang memahami dan mempelajari autisme (biasanya Dokter Spesialis Jiwa Anak).

d. Program Intervensi lainnya

a. Program Adaptasi Hanen: yaitu suatu program pelatihan di bidang bahasa dan bicara. Dalam berkomunikasi dengan anak autisme haruslah menggunakan bahasa yang sederhana, saling bertatapan muka dengan anak, dan mendengarkan mereka dengan baik.

b. Auditor Integration Training (pelatihan integrasi auditori): yaitu suatu program pelatihan dengan menggunakan suara sebagai cara mengekspos anak pada serangkaian pengalaman pendengaran. Alat dengan headphone digunakan untuk memainkan musik yang dapat diubah dan dikontrol.

c. Diet: beberapa diet telah disarankan untuk mengurangi beberapa gejala autisme. Hingga kini belum ada riset yang mengkomfirmasi keefektifannya. Diet bebas gluten dan kasein adalah yang sangat umum ditemui. Namun tak ada bukti yang menunjukkan bahwa dengan mengeluarkan gluten dan kasein dari diet anak mengarah pada perubahan dalam perkembangan anak.

d. Lumba-lumba: merupakan suatu program treatment, yaitu berenang dengan ikan lumba-lumba sebagai kegiatan terapi.

e. EarlyBird: yaitu suatu program pelatihan bagi para orang tua anak autis. Tujuan dari pelatihan ini yaitu,

                   1) untuk mendukung orang tua dalam periode diantara identifikasi  dan penempatan sekolah, khususnya dalam memahami autisme.

                   2) untuk mendorong orang tua dan membantu memfasilitasi komunikasi sosial anak dan tingkah laku sesuai dalam lingkungan alami anak.

                   3) untuk membantu orang tua mempraktekkan pengasuhan anak di usia awal dengan sebagai pengendali perkembangan tingkah laku yang tak sesuai.

f. Higashi: terapi daily life dikembangkan di jepang oleh Dr. Kiyo Kitahara dan   lainnya. Terapi ini memusatkan filosofi mereka pada budaya Jepang atas penampilan dan milik kelompok. Ini merupakan kurikulum 24 jam yang berfokus pada keterampilan hidup sehari-hari, pendidikan fisik, musik, dan prakarya.

g. Lovaas: pelatihan ini menggunakan pendekatan berdasarkan terapi tingkah laku, serta menggunakan penguatan positif untuk mendorong pembelajaran. Karena program ini sangat terstruktur dan membutuhkan kerjasama yang tinggi dari anak dengan tingkat perulangan yang tinggi.

h. Mifne: pelatihan ini merupakan program intervensi awal untuk keluarga dengan anak autis di bawah umur lima tahun. Program ini menggunakan pendekatan melalui permainan resiprokal (saling respon) dengan anak. Program ini juga menggunakan tim, bekerja secara intens dengan anak dan keluarga untuk menghasilkan lebih banyak peluang berkomunikasi. Ini bertujuan untuk memperbaiki kontak mata, ekspresi afeksi, dan kepedulian sosial.

i. PECS: The Picture Exchange Communication System, program ini mengajarkan anak menukar gambar dengan benda yang diinginkannya, program ini dimulai dengan satu gambar tunggal, bergerak pada pilihan dan kemudian membentuk kalimat yang lebih kompleks.

j. Program Son-Rise, program ini merupakan perawatan dengan pendekatan pendidikan yang dirancang untuk membantu anak autis, keluarga dan pengasuh mereka. Pendekatan ini juga mengeksploitasi ketertarikan anak dan interaksi orang dewasa dengan apa yang dilakukan anak, dan pendekatan ini juga menyarankan interaksi sosial dan belajar sebagai pemfasilitas terbaik melalui ketertarikan spesifik anak. Adapun prinsip kunci dalam program ini yaitu:

                 1) secara aktif bergabung dengan tingkah laku berulang atau tak biasa anak dalam usaha memfasilitasi lebih banyak interaksi sosial.

                 2) fokus pada motivasi anak dan ketertarikannya untuk memfasilitasi pembelajaran dan keterampilan.

                 3) mendorong permainan interaktif dan menggunakan ini untuk belajar.

                 4) mempertahankan sikap mengasuh, tanpa menghakimi, dan positif dalam interaksi dan harapan.

                 5) menyampaikan bahwa orang tua dan pengasuh adalah sumber paling penting dan tanpa akhir bagi anak.

                 6) menciptakan area bekerja dan bermain yang aman, tanpa gangguan.

k. TEACCH, program ini bertujuan untuk membantu anak ASD hidup mandiri sesuai dengan potensi terbaik mereka.

Program ini juga menyarankan pengajaran berstruktur, tetapi tidak mendikte dimana orang dengan autisme seharusnya dididik. Program ini juga menyediakan layanan seperti identifikasi, pengembangan kurikulum, setiap individu, pelatihan keterampilan sosial, pelatihan dan konseling orang tua. Sebagai tambahan program ini juga menyediakan layanan konsultasi keberbagai kelompok profesinal. Orang tua dan guru dapat dilatih dengan pendekatan TECCCH.

Sumber rujukan

2000. Assistive Technology for
Childer with Learning
Difficulties. Schwab Foundation
for Learning. California.
Aman, Michael. Smendt, Goedele. De.
Derivan, Albert. Lyons, Ben.
Findling, Robert. L. 2002.
Double-Blind, PlaceboControlled Study of Risperidone
for the Threatment of Disruptive
Behavior in Children with
Subaverage Intelligence.
American Journal Psyciatry. Vol
159 Hal 1337-1346.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun