Buat yang senang jalan-jalan pasti tahu berbagai hal mengenai pembuatan visa. Visa adalah dokumen yang wajib dimiliki manakala kita mau pergi ke suatu negara. Tanpa visa, sekalipun kita memiliki uang banyak, tidak mungkin kita bisa masuk ke negara tujuan dengan aman dan lancar. Setiap negara mempunyai aturannya masing-masing.
Para pecinta jalan-jalan pasti sudah tahu bagaimana caranya mengurus dan mendapatkan visa. Ada yang mudah, ada pula yang sukar.
Dan, visa Amerika adalah visa yang paling rewel pembuatannya. Ada beberapa saudara saya gagal mendapatkannya, sekalipun mereka telah mengikuti prosedur yang berlaku.
Banyak cerita tentang pembuatan visa Amerika ini. Sejak ngantri langsung, bahkan sampai sekarang yang ngantrinya harus lewat perjanjian online. Sedemikian rewel dan spesialnya, setahu saya, tidak ada travel agent yang berani dan mau membantu pengurusan visa Amerika ini.
Sedemikian banyaknya cerita kesulitan dan kegagalan yang terdengar di telinga saya, membuat timbul rasa penasaran saya.Â
Maka, sayapun bikin visa Amerika untuk saya  suami dan dua anak saya.
Semua prosedur sesuai dengan petunjuk yang ada di website resmi saya ikuti. Isi formulir, daftar kedatangan, bikin pas photo, aneka surat keterangan tambahan dan laporan bank semua dipersiapkan dengan seksama...
Tiba hari-H-nya...kami berempat naik taxi online biar tidak usah parkir, pagi-pagi benar. Ternyata di lokasi sudah menunggu selusin orang yang hendak wawancara hari itu, padahal pintu gerbang belum dibuka.
Yah...maka kami diarahkan untuk tunggu di pojok jalan dekat rel kereta. Hmm..luar biasa ya negeri satu ini...begitu pikir saya. Tak lama kemudian, ketika waktu telah tiba, kamipun diarahkan untuk berbaris masuk ke loket tempat penitipan semua barang...jadi semua orang hanya boleh masuk dengan map berkas yang diperlukan. Lebih dari itu, semua harus dititipkan.
Ruang tunggu pertama, masih di luar geduang, terdapat beberapa loket, kurang lebih 4-8 loket, dengan sejumlah bangku panjang bersandaran. Di situ adalah tempat pemeriksaan kelengkapan berkas. Semua sesuai dengan nomer antrian yang sudah diberikan. Setelah nomer kami dipanggil, kami menuju loket yang ditentukan, berkas diperiksa, lapiran bank diperiksa, semua memadai...kamipun dipersilahkan masuk ke ruangan berikut.
Ruang tunggu kedua, di dalam ruangan ber-AC yang lumayan sempit. Masih di bagian bangunan yang belum direnovasi. Di situ ada empat loket, dengan kursi-kursi yang diatur rapih. Ada satu petugas yang membantu memeriksa hal-hal yang diperlukan. Kami langsung duduk, menunggu nomer dipanggil.
Ketika tiba giliran kami, kamipun mendekat ke loket yang dijaga oleh seorang laki-laki bule, paruh baya. Maka anak bungsu saya yang dipanggil mendekat untuk ditanya-tanya. Pertanyaannya biasa saja, tentang kegiatan dan hubungan dia dengan kakaknya. Tidak ada yang spesial. Semua pertanyaan dijawab dwngan santai dan lancar oleh anak saya. Ketika kakaknyapun ditanyai, pertanyaannya juga biasa saja. Terakhir suami saya ditanya sedikit tentang pekerjaannya. Wawancara selesai. Kami dapat kartu putih yang berisikan tanggal pengambilan paspor.Â
Beres. Kamipun keluar dari ruangan itu sambil senyum-senyum. Semudah itu. Anak saya sampai heran, koq gampang2 aja. Padahal sempat khawatir, karena antrian sebelum kami ada yang gagal juga.
Wuiiih...dapet loh Visa Amerika-nya...!
Nah...jadi nggak usah ragu. Nggak susah koq. Silahkan dicoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H