Mohon tunggu...
Dina Esterina
Dina Esterina Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta di Gereja Kristen Pasundan. Podcaster dan blogger. Senang nulis dan baca.

Tertarik menyororot dan menautkan makna hidup sebagai seorang yang spiritual dengan berbagai fenomena yang ada di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Selisik Pendeta sebagai Manusia dan Pembangunan Gereja

7 Mei 2023   22:57 Diperbarui: 7 Mei 2023   23:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa aman inilah yang mesti ditumbuhkan dalam diri. Rasa aman yang dihadirkan dari lingkungan sebuah komunitas. Apakah komunitas kita cukup menghadirkan rasa aman untuk menerima seseorang dengan semua pilihan logis yang diambilnya dalam kehidupan? Ada beberapa komunitas Kristen yang lebih tertarik untuk menerima perbedaan yang dengan berani dikemukakan oleh pemimpin-pemimpin agama yang bersedia untuk menjadi berbeda. Para pemimpin agama yang percaya bahwa dirinya layak untuk diterima dan didengar sepenuh hati karena dia percaya penuh pada kemampuan dan jati dirinya. Lalu, komunitasnya juga bersedia menerima dan mendengarkan dan tidak memandang sebelah mata. Lebih tertarik pada logika yang ditawarkan daripada sekadar penampilan dan cara bicara yang terkesan menutupi untuk memuaskan pendengar. 

Akibatnya apa jika komunitas yang seperti ini menerima perbedaan atau keunikan itu? Maka seperti yang Frei sampaikan, rasa percaya pun timbul. Komunitas asli akan menghasilkan para pemimpin yang asli. Sebaliknya, komunitas yang hanya ingin dirayu dan disenangkan akan mendapatkan orang-orang yang pandai menyembunyikan diri dan penuh dengan kepalsuan sehingga hubungan tak akan dilandasi percaya. Bisa dibayangkan jika sebuah komunitas tak dihidupi dengan percaya? Maka, ikatan itu akan memudar. Jangankan bertambah jumlah, yang ada berkurang. Dukungan finansial berkurang. Penipuan marak terjadi. Orang-orang baik enggan hadir dan memberikan kontribusi dan makin hancurlah organisasi. 

Gereja adalah organisasi yang organis. Isinya manusia tapi memerlukan pengaturan dan perencanaan. Maka, mestinya sisi pengembangan kemampuan manusia sebagai para pelaku organisasi harus menjadi opsi utama dalam pengembangan komunitas. Ada gereja yang dicap sebagai gereja manajemen, namun jika kita lihat lebih mendalam dalam kesungguhannya mengatur perilaku organisasi, bisa dilihat kematangan spiritualitas dan landasan teologis gereja itu. Sebaliknya, ada gereja yang merasa tidak perlu meningkatkan SDM dan menyelesaikan masalah organisasi dan memakai embel-embel itu tidak rohaniah, pada akhirnya malah memiliki banyak masalah dalam mengatur para pemimpin karena ketiadaan proyeksi dan ketidakkonsistenan prinsip kerja dan organisasi. 

Martin Luther berkata dunia ini adalah panggung kemuliaan Allah. Pendeta adalah seorang teolog yang mesti terus menyampaikan ketegangan yang dulu, sekarang dan nanti serta bagaimana Firman Allah terus jadi relevan dan berdampak. Maka, dia sendiri harus menjadi siap dan mesti mencapai level aktualiasasinya sebelum dia mendorong umat. Supaya juga seorang pendeta dapat terus berbelas kasih pada umat sejalan dengan belas kasih yang terus dia tujukan pada dirinya sendiri. 

Semoga, tulisan unfaedah ini, memantik saya untuk terus merumuskan konsepsi berikutnya dalam merumuskan kultur organisasi yang mesti dikembangkan dan pengembangan sdm rohaniawan yang ada di gereja. Sebagai pendeta juga saya terus terang merasa tidak mudah menerima diri dan berkali-kali memutuskan mundur. Namun seorang sahabat, pernah berkata bahwa diri saya ini masih dibutuhkan setidaknya oleh diri saya dan orang-orang terdekat saya, dan dari situlah saya belajar untuk berjalan selangkah demi selangkah untuk menguliti lapisan-lapisan keindahan dalam pikiran dan kedirian saya. 

Semoga saya bisa jadi rekan seperjalanan yang dimampukan menolong rekan-rekan yang sekarang sedang berproses menempuh tahbisan mereka. Saya yang rapuh. Namun inilah saya, diri saya. sebagaimana adanya saya. Dan saya berharap mereka pun bisa memahami pentingnya tak terlalu terbebani dengan dunia, akan seharusnya jadi apa mereka. 

Mari juga wujudkan komunitas yang berani mendengarkan dan menerima orang dengan segala perbedaannya, dengan keasliannya, agar anda pun mendapatkan orang-orang yang asli dan bisa dipercaya dalam hidup anda dan komunitas anda!

"Kamu bisa kehilangan semua, tapi kamu gak boleh sampai kehilangan dirimu sendiri"- Dina Esterina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun