Bagi penyuka film bergenre horor, judul film "A Quiet Place" tidak lah asing bagi sebagian orang. Selain menegangkan, "A Quiet Place" juga telah megusung nuansa film horor yang lain daripada biasanya. Hal ini dikarenakan, hampir disepanjang film yang ditayangkan tidak menggunakan dialog atau komunikasi secara verbal. Komunikasi verbal sendiri dapat diidentifikasi dengan sangat mudah melalui bahasa.Â
Sedangkan, pesan-pesan nonverbal dapat diidentifikasi melalui komunikasi yang meilbatkan adanya rangsangan non-verbal. Contohnya ekspresi wajah, nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata, sentuhan, dan lain sebagainya (Samovar et al, 2015). Keberadaan pesan non-verbal dapat menguatkan atau bahkan melemahkan pesan verbal yang disampaikan seseorang.
"A Quiet Place Part II" merupakan lanjutan dari serial sebelumnya yang berjudul "A Quiet Place". Hampir sama dengan kisah sebelumnya, "A Quiet Place Part II" masih tetap memperlihatkan bagaimana perjuangan keluarga Abbot ditengah kengerian mengindari monster-monster yang peka akan suara setelah kepergian ayah dan adik mereka pada seri sebelumnya.Â
Tetapi, pada seri ini setting tempat lebih banyak memperlihatkan bagaimana keadaan diluar daripada keadaan bertahan hidup dirumah saja. Ditengah kengerian tersebut, keluarga ini harus tetap bertahan hidup dengan cara tidak mengeluarkan bunyi sedikitpun. Hal itu menyebabkan mereka harus berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dan menunjukkan beberapa gestur tubuh untuk satu sama lain.
Bahasa isyarat serta gestur-gestur tubuh yang mereka lakukan untuk berkomunikasi satu sama lain ternyata merupakan simbol-simbol dalam komunikasi non-verbal. Mari kita ulas satu-persatu makna non-verbal yang ada di film "A Quiet Place Part II":
1. Ekspresi Wajah Ketakutan dan Tegang
Hampir secara keseluruhan, setiap adegan selalu diwarnai dengan adanya ekspresi ketakutan dan penuh ketegangan. Ekspresi ini dapat terlihat jelas dari masing-masing tokoh selama film diputar.Â
Bahkan, apabila dibandingkan dengan ekspresi yang lain, raut ketakutan dan tegang merupakan salah satu ekspresi yang paling sering muncul dalam film "A Quiet Place Part II". Ekspresi ini selalu muncul dikarenakan para tokoh dalam film diceritakan tengah menghindari monster mematikan yang sangat peka terhadap suara-suara. Raut wajah ketakutan akan langsung menggambarkan bagaimana mencekamnya kondisi saat itu.
2. Gestur Tubuh Waspada
Selain ekspresi wajah yang ketakutan dan tegang, gestur tubuh para tokoh dalam film "A Quiet Place Part II" juga sering menunjukkan kewaspadaan dan selalu siap siaga akan datangnya bahaya. Gestur tubuh ini diperlihatkan pada beberapa adegan seperti langkah yang pelan dan berhati-hati, mata yang selalu menengok ke kanan dan ke kiri untuk mengawasi, dan beberapa gestur lain seperti memegang pistol dengan erat.
3. Adegan Menutup Mulut
Jika kita cermati dengan baik, kita akan melihat beberapa adegan berulang menutup mulut menggunakan telapak tangan. Gerakan ini dimaksudkan agar tokoh di dalam film tidak mengeluarkan suara. Karena apabila mengeluarkan suara, monster-monster akan mengetahui keberadaan mereka dan membunuh mereka.
4. Penggunaan Bahasa Isyarat
Penggunaan bahasa isyarat sangat terlihat jelas dalam adegan film "A Quiet Place Part II". Karena hampir setiap komunikasi langsung yang mereka lakukan harus menggunakan bahasa isyarat agar lebih jelas dan menghindari adanya kesalahan dalam memaknai pesan yang disampaikan oleh masing-masing tokoh.
5. Â Ekspresi Penguat Pesan Verbal
Ekspresi penguat ini muncul dalam beberapa adegan, seperti ada ekspresi sedih saat Evelyn Abbott bercerita dengan teman lama dari Lee Abbott yaitu Emmet, kemudian adanya ekspresi kecewa bercampur sedih yang ditunjukkan oleh Emmet ketika ia mengetahui Lee Abbott telah tiada. Ekspresi-ekspresi penguat ini menandakkan bahwa meskupin ada pesan verbal yang disampaikan, pesan non-verbal baik secara sadar atau tidak akan selalu melengkapi pesan verbal.
Meskipun film A Quiet Place Part II jarang menampakkan dialog secara verbal, tetapi kesan horor yang dibangun dalam film tetap memberikan sensasi ketegangan. Selain itu, penggunaan pesan verbal terlihat selalu ketergantungan dengan adanya pesan non-verbal yang mengikutinya.Â
Hal ini dikarenakan alur film sengaja dibuat minim dialog yang menyebabkan acting dari para tokohnya harus dengan sangat jelas menunjukkan pesan-pesan non-verbal. Film ini juga secara tidak langsung turut menggambarkan bagaimana pengaruh budaya barat dalam menggunakan dan mengartikan simbol-simbol non-verbal. Dimana simbol-simbol tersebut dibuat sangat realistis dan memiliki pemaknaan yang jelas sehingga minim adanya noise.
Sumber:
Samovar, L.A., et.al. (2015). Communication Between Cultures 9th Edition. Cengage Learning: Massachussets, Boston.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H