By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Note : Dikutip dari buku “KASIHILAH MUSUHMU” (Hal. 32-37)
Luk 6:35 : Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar…”
Ayat ini dalam Alkitab Terjemahan Lama berbunyi :
TL - Tetapi hendaklah kamu mengasihi seterumu, dan berbuat baik, dan memberi pinjam dengan tiada berharap akan menerima balik; maka berpahala besarlah kamu kelak,….”
Ayat ini menunjukkan bahwa untuk orang-orang yang mau mengasihi musuh yang diwujudnyatakan melalui berbuat baik kepada mereka, berdoa untuk mereka, tidak membalas jahat dengan jahat, dsb, ada upah yang disediakan Tuhan bagi mereka. Sebaliknya bagi orang yang hanya mengasihi orang yang mengasihi dia atau berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya, tidak akan mendapatkan upah ini.
Mat 5:46 - Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
TL - Karena jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah pahalamu? Bukankah pemungut cukai pun memperbuat demikian?
Mengapa orang yang mengasihi orang yang mengasihi dia atau orang yang berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya tidak mendapatkan upahnya? Karena perbuatan baik dia adalah balasan terhadap perbuatan baik yang telah dia terima. Jadi di situ dia sudah mendapatkan upahnya. Telah impas (1:1). Sebaliknya orang yang mengasihi / berbuat baik kepada musuh-musuhnya, maka ia memberikan 1 point yang mana ia tidak pernah mendapatkannya dari musuh-musuhnya. Dengan demikian dia mempunyai point lebih (1:0). Karena itu yang akan membuatnya menjadi impas adalah Tuhan dalam bentuk upah / pahala. Prinsip di sini sama dengan hal memberi sedekah.
Mat 6:1-4 – (1) "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Jadi kalau kita menolong orang dengan tujuan untuk dipuji orang, dan orang lalu memuji kita maka di sana kita sudah mendapatkan upahnya (1:1). Tetapi kalau kita menolong orang tanpa mengharapkan pujian maka kita sudah memberi (point sudah 1) dan untuk impasnya / balasannya akan datang dari Tuhan.
Kembali pada persoalannya, jikalau kita mau mengasihi orang-orang yang tidak mengashi atau bahkan memusuhi kita, atau jika kita berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita maka Tuhan akan memberikan upah bagi kita.
Sekarang perhatikan sekali lagi ayat kita :
Luk 6:35 - Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar…”
Kalau kita memperhatikan ayat ini sekilas, kita tidak tahu upah seperti apa yang akan kita peroleh tetapi ada 2 kata di sana yang perlu kita tekankan yakni “upah” dan “besar”. Dan perbandingan dengan ayat-ayat lain yang mengandung 2 kata ini bersamaan kelihatannya menunjuk pada upah di surga.
Mat 5:12 - Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Luk 6:23 - Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
Ibr 10:35,37 – (35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (37) "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
Matthew Henry – Berdasarkan asas kedermawanan sejati, apa yang telah diberikan, dikeluarkan, dipinjamkan, atau terhilang di dunia ini akan digantikan di dunia yang akan datang dan akan sangat menguntungkan kita. Kamu bukan saja akan dibayar kembali, melainkan diganjar dengan upah besar. Kepadamu akan dikatakan, "Mari, hai kamu yang diberkati, terimalah Kerajaan itu." (Injil Lukas 1-12, hal.231-232).
Jadi kalau di dunia ini kita mengasihi orang-orang yang membenci kita / memusuhi kita, berbuat baik kepada mereka yang jahat pada kita, maka ada upah, bahkan upah yang besar yang disediakan Tuhan bagi kita di sorga nanti. Upah seperti apa saya juga tidak tahu. Nanti di sorga baru kita lihat sama-sama. Karena itu semakin banyak orang memusuhi / berbuat jahat terhadap kita sebenarnya semakin banyak peluang bagi kita untuk mendapatkan upah di sorga asalkan kita mau mengasihi dan berbuat baik kepada mereka serta tidak membalas kejahatan mereka. Biarpun pasti bahwa upah itu adalah upah di surga, sebagian penafsir juga mengatakan bahwa tidak mustahil kita pun bisa mendapatkan upah di dunia ini.
John Gill – Tuhan akan memberkatimu dalam dunia ini dan tidak akan melupakan kebaikanmu selanjutnya.
Ini tidak bicara tentang upah materi tetapi sukacita dan damai sejahtera di dalam hati. Mengapa bisa demikian? Karena sudah pasti bahwa orang yang membenci orang lain, mendengki orang lain, menyimpan amarah pada orang lain bahkan berniat membalas dendam tidak akan bisa ada damai/sukacita di dalam hatinya. Kebencian dan dendam yang dipelihara itu akan menggerogoti seluruh sukacita dan damai sejahtera dari hidup orang itu. Dan kalau ini sudah terjadi, secara medis dan psikologis dapat menyebabkan berbagai macam penyakit fisik dalam diri orang itu.
Lianny Hendranata - Ya kebencian sangat besar pengaruhnya dalam hidup ini, banyak orang tanpa sadar memelihara kebencian dalam dirinya, hingga suatu hari kebencian bertunas menjadi dendam dan membuat tubuhnya menjadi pabrik penyakit kronis….Kebencian membuat kita selalu merasa kenyang, enggan makan, sulit tidur. Di situlah kebencian sudah mulai membuat tubuh kita hancur sedikit demi sedikit, kebencian membuat maag kita menjadi kanibal yaitu mencerna dirinya sendiri karena produksi asam lambung yang berlebihan, dan akhirnya membuat imunsistem kita melemah, membuat kita menjadi pelanggan flu ringan sampai berat, bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi penderita kanker. (Suara Pembaruan Edisi 26 Sept 2009).
Lianny Hendranata - Sangat menarik melihat 'benang merah' antara kondisi jiwa kita dengan efek yang terjadi pada fisik kita. Beberapa riset terlihat kenyataan kondisi darah yang mengalir dalam tubuh menjadi kental dan berwarna merah gelap serta mengalir tersedat-sedat, ketika seseorang memikirkan kembali, kejadian-kejadian yang membuatnya sakit hati atau tersakiti secara psikis bukan fisiknya. Demikian juga riset pada pola energi elektromagnetik tubuh menggunakan mesin AVS (Aura Video Station) di mana medan energi berwarna yang kita kenal dengan sebutan aura, pancarannya menjadi susut, serta menjadi keruh dan kehilangan cahayanya saat seseorang mengembalikan ingatannya pada hal-hal yang membuatnya sakit hati, marah dan sedih…. kesimpulannya "Memelihara ingatan (dendam) pada orang yang menyakiti kita, sama seperti kita sendiri yang minum racun dan berharap orang lain yang akan mati.!" (Suara Pembaruan Edisi 26 Sept 2009)
Jadi menyimpan dendam, amarah, kepahitan, sakit hati pada orang lain pada dasarnya merugikan diri kita sendiri. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata :
- Pengkh 7:9 – “….amarah menetap dalam dada orang bodoh”.
ENDE (1969) – “…sebab amarah tinggal dalam lambung orang-orang jang bodoh.
BIS – “….hanya orang bodoh menyimpan dendam”.
- Efs 4:31 - Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
Anonim – Menyimpan dendam kepada orang lain sama dengan membakar rumah sendiri demi mengusir seekor tikus.
Anonim - Kebencian dan sakit hati tidak akan menyakiti orang yang dibenci, hanya bisa menyakiti diri sendiri.
Booker T. Washington – Saya tidak akan membiarkan siapapun mencelakakan diri saya dengan membenci dia.
Kalau ini kondisi yang akan terjadi dengan orang yang menyimpan dendam, kemarahan, sakit hati / kebencian pada orang lain, maka kondisi sebaliknya akan dirasakan oleh orang-orang yang mau mengampuni dan mengasihi / berbuat baik pada orang-orang yang berbuat jahat pada mereka.
Anonim - Kebencian hanya merugikan diri sendiri, tersenyumlah ketika disakiti. Hati tanpa benci membentuk jiwa yang tegar dan damai.
Ya benar! Akan ada sukacita dan damai sejahtera di dalam diri/hati dari orang-orang yang mengasihi musuh-musuhnya. Ini boleh dianggap sebagai upah dari Tuhan selagi kita masih di dunia ini. Dan upah yang lebih besar daripada itu akan menanti saudara di surga jika saudara mau mengasihi musuh-musuh saudara. Tetapi satu hal yang perlu ditegaskan di sini adalah sekalipun Tuhan akan memberikan upah pada kita yang mengasihi musuh-musuh kita tetapi janganlah kita mengasihi musuh-musuh kita dengan tujuan untuk mendapatkan upah. Itu adalah motivasi mengasihi yang egois. Kita mengasihi musuh-musuh kita karena memang Tuhan mau kita mengasihi mereka. Tuhan memberkati!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H