Ini tidak bicara tentang upah materi tetapi sukacita dan damai sejahtera di dalam hati. Mengapa bisa demikian? Karena sudah pasti bahwa orang yang membenci orang lain, mendengki orang lain, menyimpan amarah pada orang lain bahkan berniat membalas dendam tidak akan bisa ada damai/sukacita di dalam hatinya. Kebencian dan dendam yang dipelihara itu akan menggerogoti seluruh sukacita dan damai sejahtera dari hidup orang itu. Dan kalau ini sudah terjadi, secara medis dan psikologis dapat menyebabkan berbagai macam penyakit fisik dalam diri orang itu.
Lianny Hendranata - Ya kebencian sangat besar pengaruhnya dalam hidup ini, banyak orang tanpa sadar memelihara kebencian dalam dirinya, hingga suatu hari kebencian bertunas menjadi dendam dan membuat tubuhnya menjadi pabrik penyakit kronis….Kebencian membuat kita selalu merasa kenyang, enggan makan, sulit tidur. Di situlah kebencian sudah mulai membuat tubuh kita hancur sedikit demi sedikit, kebencian membuat maag kita menjadi kanibal yaitu mencerna dirinya sendiri karena produksi asam lambung yang berlebihan, dan akhirnya membuat imunsistem kita melemah, membuat kita menjadi pelanggan flu ringan sampai berat, bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi penderita kanker. (Suara Pembaruan Edisi 26 Sept 2009).
Lianny Hendranata - Sangat menarik melihat 'benang merah' antara kondisi jiwa kita dengan efek yang terjadi pada fisik kita. Beberapa riset terlihat kenyataan kondisi darah yang mengalir dalam tubuh menjadi kental dan berwarna merah gelap serta mengalir tersedat-sedat, ketika seseorang memikirkan kembali, kejadian-kejadian yang membuatnya sakit hati atau tersakiti secara psikis bukan fisiknya. Demikian juga riset pada pola energi elektromagnetik tubuh menggunakan mesin AVS (Aura Video Station) di mana medan energi berwarna yang kita kenal dengan sebutan aura, pancarannya menjadi susut, serta menjadi keruh dan kehilangan cahayanya saat seseorang mengembalikan ingatannya pada hal-hal yang membuatnya sakit hati, marah dan sedih…. kesimpulannya "Memelihara ingatan (dendam) pada orang yang menyakiti kita, sama seperti kita sendiri yang minum racun dan berharap orang lain yang akan mati.!" (Suara Pembaruan Edisi 26 Sept 2009)
Jadi menyimpan dendam, amarah, kepahitan, sakit hati pada orang lain pada dasarnya merugikan diri kita sendiri. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata :
- Pengkh 7:9 – “….amarah menetap dalam dada orang bodoh”.
ENDE (1969) – “…sebab amarah tinggal dalam lambung orang-orang jang bodoh.
BIS – “….hanya orang bodoh menyimpan dendam”.
- Efs 4:31 - Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
Anonim – Menyimpan dendam kepada orang lain sama dengan membakar rumah sendiri demi mengusir seekor tikus.
Anonim - Kebencian dan sakit hati tidak akan menyakiti orang yang dibenci, hanya bisa menyakiti diri sendiri.
Booker T. Washington – Saya tidak akan membiarkan siapapun mencelakakan diri saya dengan membenci dia.
Kalau ini kondisi yang akan terjadi dengan orang yang menyimpan dendam, kemarahan, sakit hati / kebencian pada orang lain, maka kondisi sebaliknya akan dirasakan oleh orang-orang yang mau mengampuni dan mengasihi / berbuat baik pada orang-orang yang berbuat jahat pada mereka.
Anonim - Kebencian hanya merugikan diri sendiri, tersenyumlah ketika disakiti. Hati tanpa benci membentuk jiwa yang tegar dan damai.