Mungkinkah ini terjadi?
Realitas pada era kemajuan teknologi seperti saat ini, setiap perusahaan atau lapangan kerja  yang "profit oriented" terbukti cenderung memilih untuk memaksimalkan penggunaan tenaga mesin dan meminimalisasi jumlah tenaga kerja manusia karena lebih murah dan efisien.
Mereka tidak perlu terlalu khawatir pada tuntutan urusan kesejahteraan karyawannya, seperti yang masih sering terjadi hingga saat ini. Kondisi rasionalisasi seperti ini tentu pada akhirnya akan meningkatkan jumlah pengangguran intelektual, dan potensial menjadi bom waktu bagi munculnya konflik sosial dalam masyarakat.
Bayangkan saja, berdasarkan sensus penduduk terakhir tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,64 juta jiwa. Mungkinkah ada jenis lapangan kerja yang mampu mengakomodir semuanya?
Pasti perlu banyak inovasi baru dan inisiasi motivasi bagi munculnya para pengusaha baru dalam masyarakat. Sehingga masyarakat juga mampu berperan aktif dalam menyerap "booming"-nya tenaga kerja produktif yang ada pada 2020 -2035 nanti.
Kekhawatiran pada ketimpangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dengan jumlah SDM yang ada pada saat terjadinya bonus demografi nanti sesungguhnya juga sudah pernah lugas disampaikan oleh Presiden Joko Widodo.
"Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah, jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik," kata Jokowi, saat berpidato di acara peringatan Hari Keluarga Nasional, di Lapangan Sunburst, Kota Tangerang Selatan, Banten.Â
Karena itu seluruh ide dan solusi terbaik dari seluruh anak bangsa diharapkan dapat mucul baik melalui kajian maupun penelitian dan segala bentuk alternatif pemikiran akademis lainnya, namun belum ada solusi yang benar-benar tuntas hingga pada strategi teknis terkecilnya.
Penutup
Kekhawatiran presiden jokowi bahwa bonus demografi dapat berubah menjadi bencana demografi bila kemunculannya tidak dipersiapkan dengan baik adalah kekhawatiran wajar yang harus disikapi dengan serius oleh semua pihak.
Sebelum semuanya menjadi terlambat, "Grand Strategi Nasional" penanganan bonus demografi 2020 - 2035 harus segera diciptakan. Segera disosialisasikan dan harus segera diterapkan, karena bila kita tidak serius mempersiapkannya maka bonus demografi itu tidak mustahil dapat berubah menjadi bencana demografi bagi bangsa.
Selesai.
Penulis:
Letkol Adm Esra K. Sembiring, S.IP, M.AP, M.Tr (Han), Alumnus Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM, STIA LAN RI dan UNHAN