BELLETRON: Wah kalau ini agak berat, masing-masing dari kita berbeda. Beberapa ada yang didukung, tapi ada juga yang tidak. Seperti saya, Isnaini Nurfajrih Machdita, kan masih SMA jadi agak sulit karena mereka khawatir akan jadwal turnamen dan sekolah. Apalagi pandangan orang tua terhadap game masih kurang luas, sehingga menganggapnya hanya sebatas permainan yang tidak perlu diseriuskan. Namun, aku sendiri masih didukung yang penting bisa menyesuaikan jadwal sekolah dengan main game.
Beda dengan Tia Takiyah yang mengikuti AOV Princess Cup butuh perjuangan banget. Sejak awal tidak dapat izin sama sekali dan akhirnya memutuskan untuk kabur agar tetap ikutan. Pada akhirnya sih ke Jakarta bilang jujur ke orang tua untuk minta maaf, karena kabur. Namun untungnya, setelah perjuangan yang panjang dan berat akhirnya saya mendapatkan dukungan juga sampai untuk turnamen kali ini dikasih uang tambahan dan baju yang saya tinggal mau dikirim sama orang tua. Itu rasanya terharu banget (sambil menangis)
Sedangkan anggota lain, termasuk sang kapten Tiara Evalda Febriaty, serta Tasia Eda Lestari, Risky Amalia Widi dan Rizki Catur Wulandari aman-aman saja untuk dukungan orang tua karena sudah bekerja dan kuliah. Hanya saja tetap harus membagi waktu dengan baik antara game dan kesibukan sehari-hari.
Ternyata ya, banyak suka-duka dan rumit juga jadi gamer cewek, apalagi jika sudah dikaitkan dengan orang tua. Semoga bisa menjadi pelajaran untuk gamer lain sekaligus berikan motivasi sekaligus pengalaman berharga dari kisah Belletron ini. Selamat dan sukses terus buat Belletron dan rencana ke depannya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H