Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bercita-cita Menjadi Diaspora Indonesia, Mengapa Tidak?

14 Februari 2022   10:22 Diperbarui: 18 Februari 2022   11:31 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diaspora Indonesia aktif dalam diplomasi kebudayaan. Foto: dokumentasi pribadi.

Pada bulan Juli yang akan datang, gerakan global Diaspora Indonesia akan genap berumur sepuluh tahun. 

Sejak dideklarasikan di Los Angeles pada tanggal 8 Juli 2012, ada banyak catatan yang telah dibuat, yang diterbitkan baik di dalam maupun luar negeri. 

Melakukan refleksi 10 tahun gerakan global Diaspora Indonesia adalah satu hal yang sangat penting, bukan hanya untuk mengetahui apa-apa saja yang telah dilakukan Diaspora Indonesia, melainkan juga untuk melihat sudah sampai di mana perjalanan mereka dan berapa jauh lagi tiba pada titik yang mereka cita-citakan. Jika sudah dicapai, hal-hal baru apa yang akan (harus) dilakukan?

Tiga hari yang lalu Indonesian Diaspora Network Global, atau IDN Global, menyajikan sebuah webinar dan membahas topik "Catatan Kiprah dan Harapan Diaspora Indonesia". 

Webinar tersebut dibuka Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar, dan mendatangkan empat narasumber: Dino Patti Djalal (pendiri Diaspora Indonesia), Kartini Sarsilahningsih (President IDN Global), Ramdani Sirait (penulis), dan Imelda Bachtiar (penulis). 

Ada banyak catatan penting dari mereka, mengenai opini dan pandangan mereka berkaitan dengan gerakan global Diaspora Indonesia selama 10 tahun ini, yang perlu diketahui masyarakat luas.

Ilustrasi. Foto: dokumentasi pribadi.
Ilustrasi. Foto: dokumentasi pribadi.

Diaspora Indonesia memiliki cerita yang hebat

Keempat narasumber memberikan opini dan pandangan yang sama bahwa Diaspora Indonesia, masing-masing, memiliki cerita yang membanggakan. 

Bukan hanya itu, menurut pandangan Dino Patti Djalal, Diaspora Indonesia adalah orang-orang yang low profile. 

Mereka berkarya, sukses, tetapi sederhana. Tak mau gembar-gembor. Mereka cinta tanah air. Bahkan mereka yang sudah memiliki paspor berbeda warna pun masih tetap terus mengaku sebagai orang Indonesia dan aktif melakukan berbagai kegiatan untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia dan untuk Indonesia itu sendiri. 

Dino Patti Djalal setuju untuk menggunakan pendekatan budaya kepada Diaspora Indonesia. Artinya bahwa ketika melihat Diaspora Indonesia, yang harus dilihat adalah cinta dan perhatian mereka terhadap Indonesia. Sebab, tinggal di luar negeri, atau bahkan berganti kewarganegaraannya, bukan alasan untuk tidak cinta pada Indonesia. Dan, jangan pernah hal itu dibenturkan dengan semangat nasionalisme.

Sementara itu, Kartini Sarsilaningsih mencatat bahwa ternyata keluarga PMI, misalnya, turut mengambil peran yang cukup besar. 

Mereka sangat aktif dalam kegiatan sosial dan ikut melakukan diplomasi budaya dan ekonomi (baca: mengibarkan bendera Indonesia). 

Ada banyak catatan tentang mereka, yang membuat Indonesia bangga. Kartini Sarsilaningsih juga melihat hubungan yang harmonis antar-Diaspora Indonesia dan dengan KBRI. Paling tidak, itu yang diamatinya di Qatar. Dengan dibuatnya kongres pertama Diaspora Indonesia tahun 2012, telah lahir Diaspora Indonesia, sebagai sebuah gerakan global, karena telah terhubung Diaspora Indonesia di (hampir) seluruh dunia.

Menurut pandangan Kartini Sarsilaningsih, saat ini kesadaran masyarakat dan negara tentang Diaspora Indonesia dan potensinya telah tinggi. Ini mendorong keterlibatan dan pemberdayaan Diaspora Indonesia lebih jauh lagi. Namun demikian, agar kontribusi mereka jauh lebih optimal, diharapkan pada masa yang akan datang akan ada pembentukan lembaga khusus untuk Diaspora Indonesia.

Mengapa diaspora Indonesia bisa mendunia? 

Sistem meritokrasi yang diimplementasikan di (hampir) seluruh dunia, termasuk juga pada instansi swasta dan organisasi internasional, memberikan peluang bagi diaspora Indonesia untuk bisa berkiprah di manapun mereka inginkan. 

Ramdani Sirait menceritakan bahwa ada banyak diaspora Indonesia yang sukses di luar negeri, dan mereka berasal dari keluarga sederhana dan bersekolah di daerah. 

Usaha dan kerja keras serta kegigihan untuk maju membuat mereka bisa sukses di dunia internasional. Dr. Yurdi Yasmin, yang menjadi pejabat tinggi di FAO, Diah Darmawaty, yang bekerja di Boeing, atau Dani Arman, yang menjadi chef di Abu Dhabi, adalah contoh-contoh nyata. Ini bukti bahwa diaspora Indonesia bisa mendunia.

Ilustrasi. Foto: dokumentasi pribadi.
Ilustrasi. Foto: dokumentasi pribadi.

Diaspora Indonesia telah bergerak secara global

Mengenai gerakan global Diaspora Indonesia, Imelda Bachtiar memberikan pandangannya bahwa Diaspora Indonesia merupakan satu potensi yang besar bagi Indonesia. Apalagi dengan telah diselenggarakanya kongres pertama diaspora Indonesia di Los Angeles pada tahun 2012, yang kemudian dari situ lahirlah Diaspora Indonesia, sebagai sebuah gerakan bersama. 

Itu berarti bahwa connecting the dots di antara mereka sudah terbentuk. Keadaan ini memungkinkan para diaspora Indonesia dapat berkontribusi secara global, baik untuk diaspora Indonesia itu sendiri maupun untuk Indonesia. 

Kontribusi mereka yang krusial, misalnya, pada rancangan hukum mengenai dwi kewarganegaraan atau kewarganegaraan ganda yang sudah diusung sejak diselenggarakannya kongres pertama diaspora Indonesia tahun 2012.

Diaspora Indonesia memberikan kontribusi yang besar

Kontribusi Diaspora Indonesia luar biasa. Begitulah kesimpulan yang disampaikan Wamenlu Mahendra Siregar. Kontribusi Diaspora Indonesia ada pada berbagai sektor.

Hal yang sangat terlihat saat ini (baca: selama masa pandemi) adalah dalam sektor kesehatan, baik kepada tanah air maupun kepada sesama diaspora itu sendiri. 

Salah satu contohnya adalah dalam mewujudkan pengadaan vaksin untuk Indonesia; demikian juga dengan peran para tenaga medis yang berada luar negeri. Pemerintah Indonesia sangat mengapresiasi peran mereka.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga menerima banyak masukan dari Diaspora Indonesia pada berbagai sektor, baik secara individu maupun organisasi. 

Pemerintah Indonesia mengakui kontribusi, peran, dan sinergi yang dibangun bersama-sama, telah membawa Indonesia dan Diaspora Indonesia ke dalam kondisi yang lebih baik. 

Wamenlu Mahendra Siregar menyampaikan harapan agar hal tersebut dapat terus dilakukan secara berkala, dan bahwa pemerintah Indonesia siap menampung ide, saran, dan masukan, serta bekerja sama demi kemajuan bersama. 

Itu tidak terbatas pada warna paspor yang dimilikinya, atau punya atau tidak punyanya KTP, karena bagi pemerintah Indonesia ukurannya adalah hati dan pikiran yang masih terus Indonesia. Inilah yang dimaksud dengan istilah indonesians, yang dilontarkan Wamenlu Mahendra Siregar.

Ilustrasi. Foto: dokumentasi pribadi.
Ilustrasi. Foto: dokumentasi pribadi.

Kerja nyata Diaspora Indonesia harus terus dapat direkam ke dalam sebuah buku

Catatan kiprah Diaspora Indonesia berisi ide, pemikiran, dan tema yang sangat relevan, sehingga sebaiknya terus dikembangkan, dikaji, dan diperluas. 

Generasi kedua dan ketiga Diaspora Indonesia sudah mencapai usia dewasa, produktif, berkarya, memiliki karir, dan melakukan banyak hal.  Mereka harus ditarik untuk menyampaikan aspirasi, pemikiran, dan catatan mereka, agar bisa dibaca dan menjadi inspirasi, terutama bagi masyarakat di Indonesia. Demikian pesan Wamenlu Mahendra Siregar. 

Imelda Bachtiar menambahkan, adalah sangat penting merekam kerja nyata mereka ke dalam sebuah buku. Cerita mereka dapat membuka mata dan memperluas wawasan banyak orang.

Bercita-cita menjadi diaspora Indonesia, mengapa tidak?

Atas semua catatan tersebut, bisa ditarik satu ide baru, mengapa kita tidak semangati generasi muda di Indonesia untuk menjadi diaspora. Demikian usul Ramdani Sirait, yang sedikit khawatir melihat fenomena para mahasiswa di daerah saat ini, yang hanya bercita-cita (puas) menjadi pegawai pemerintah. 

Kekhawatiran Ramdani Sirait bukan pada menjadi pegawai pemerintah (bukan berarti bahwa pegawai pemerintah itu sebuah profesi yang rendah), melainkan tidak terlihatnya semangat yang besar pada mereka untuk mencapai sesuatu yang tinggi. 

Di sini peran Diaspora Indonesia dapat berfungsi dengan baik, khususnya agar generasi muda di Indonesia memiliki cita-cita yang tinggi. 

Diharapkan Diaspora Indonesia bisa menjadi jendela dan pintu, membuka mata mereka, dan tentunya agar mereka nanti dapat memiliki kesempatan berkarir di luar negeri dan, tentu saja, juga bisa mendunia.

Mexico City, 12 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun