Mereka berkarya, sukses, tetapi sederhana. Tak mau gembar-gembor. Mereka cinta tanah air. Bahkan mereka yang sudah memiliki paspor berbeda warna pun masih tetap terus mengaku sebagai orang Indonesia dan aktif melakukan berbagai kegiatan untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia dan untuk Indonesia itu sendiri.Â
Dino Patti Djalal setuju untuk menggunakan pendekatan budaya kepada Diaspora Indonesia. Artinya bahwa ketika melihat Diaspora Indonesia, yang harus dilihat adalah cinta dan perhatian mereka terhadap Indonesia. Sebab, tinggal di luar negeri, atau bahkan berganti kewarganegaraannya, bukan alasan untuk tidak cinta pada Indonesia. Dan, jangan pernah hal itu dibenturkan dengan semangat nasionalisme.
Sementara itu, Kartini Sarsilaningsih mencatat bahwa ternyata keluarga PMI, misalnya, turut mengambil peran yang cukup besar.Â
Mereka sangat aktif dalam kegiatan sosial dan ikut melakukan diplomasi budaya dan ekonomi (baca: mengibarkan bendera Indonesia).Â
Ada banyak catatan tentang mereka, yang membuat Indonesia bangga. Kartini Sarsilaningsih juga melihat hubungan yang harmonis antar-Diaspora Indonesia dan dengan KBRI. Paling tidak, itu yang diamatinya di Qatar. Dengan dibuatnya kongres pertama Diaspora Indonesia tahun 2012, telah lahir Diaspora Indonesia, sebagai sebuah gerakan global, karena telah terhubung Diaspora Indonesia di (hampir) seluruh dunia.
Menurut pandangan Kartini Sarsilaningsih, saat ini kesadaran masyarakat dan negara tentang Diaspora Indonesia dan potensinya telah tinggi. Ini mendorong keterlibatan dan pemberdayaan Diaspora Indonesia lebih jauh lagi. Namun demikian, agar kontribusi mereka jauh lebih optimal, diharapkan pada masa yang akan datang akan ada pembentukan lembaga khusus untuk Diaspora Indonesia.
Mengapa diaspora Indonesia bisa mendunia?Â
Sistem meritokrasi yang diimplementasikan di (hampir) seluruh dunia, termasuk juga pada instansi swasta dan organisasi internasional, memberikan peluang bagi diaspora Indonesia untuk bisa berkiprah di manapun mereka inginkan.Â
Ramdani Sirait menceritakan bahwa ada banyak diaspora Indonesia yang sukses di luar negeri, dan mereka berasal dari keluarga sederhana dan bersekolah di daerah.Â
Usaha dan kerja keras serta kegigihan untuk maju membuat mereka bisa sukses di dunia internasional. Dr. Yurdi Yasmin, yang menjadi pejabat tinggi di FAO, Diah Darmawaty, yang bekerja di Boeing, atau Dani Arman, yang menjadi chef di Abu Dhabi, adalah contoh-contoh nyata. Ini bukti bahwa diaspora Indonesia bisa mendunia.