Itu tidak terbatas pada warna paspor yang dimilikinya, atau punya atau tidak punyanya KTP, karena bagi pemerintah Indonesia ukurannya adalah hati dan pikiran yang masih terus Indonesia. Inilah yang dimaksud dengan istilah indonesians, yang dilontarkan Wamenlu Mahendra Siregar.
Kerja nyata Diaspora Indonesia harus terus dapat direkam ke dalam sebuah buku
Catatan kiprah Diaspora Indonesia berisi ide, pemikiran, dan tema yang sangat relevan, sehingga sebaiknya terus dikembangkan, dikaji, dan diperluas.Â
Generasi kedua dan ketiga Diaspora Indonesia sudah mencapai usia dewasa, produktif, berkarya, memiliki karir, dan melakukan banyak hal. Â Mereka harus ditarik untuk menyampaikan aspirasi, pemikiran, dan catatan mereka, agar bisa dibaca dan menjadi inspirasi, terutama bagi masyarakat di Indonesia. Demikian pesan Wamenlu Mahendra Siregar.Â
Imelda Bachtiar menambahkan, adalah sangat penting merekam kerja nyata mereka ke dalam sebuah buku. Cerita mereka dapat membuka mata dan memperluas wawasan banyak orang.
Bercita-cita menjadi diaspora Indonesia, mengapa tidak?
Atas semua catatan tersebut, bisa ditarik satu ide baru, mengapa kita tidak semangati generasi muda di Indonesia untuk menjadi diaspora. Demikian usul Ramdani Sirait, yang sedikit khawatir melihat fenomena para mahasiswa di daerah saat ini, yang hanya bercita-cita (puas) menjadi pegawai pemerintah.Â
Kekhawatiran Ramdani Sirait bukan pada menjadi pegawai pemerintah (bukan berarti bahwa pegawai pemerintah itu sebuah profesi yang rendah), melainkan tidak terlihatnya semangat yang besar pada mereka untuk mencapai sesuatu yang tinggi.Â
Di sini peran Diaspora Indonesia dapat berfungsi dengan baik, khususnya agar generasi muda di Indonesia memiliki cita-cita yang tinggi.Â
Diharapkan Diaspora Indonesia bisa menjadi jendela dan pintu, membuka mata mereka, dan tentunya agar mereka nanti dapat memiliki kesempatan berkarir di luar negeri dan, tentu saja, juga bisa mendunia.