Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Catatan Penting dan Tips Bagi Kamu yang Tertarik Bekerja di Luar Negeri

12 Desember 2021   11:30 Diperbarui: 12 Desember 2021   23:42 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diaspora Indonesia di Sydney | Foto: Salut Muhidin

Ada bermacam alasan mengapa seseorang tertarik bekerja di luar negeri. Ada yang karena alasan kompetisi secara internasional, mendapatkan pengalaman berbeda dan memperluas wawasan dan pola pikir, bisa lebih mandiri dan percaya diri, budaya dan masyarakatnya, memiliki hidup yang berkualitas, atau mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk dapat memenuhi kebutuhan. Apapun alasannya, pergi ke luar negeri untuk bekerja (bermigrasi) merupakan hak semua orang.

Bermigrasi, baik temporal maupun permanen (termasuk dengan berganti kewarganegaraan), merupakan fenomena global, bahkan sudah menjadi tradisi sosial, budaya, dan territorial. 

Menurut OIM UN Migration, pada tahun 2020 jumlah migran internasional mencapai 281 juta (sekitar 3,6% dari populasi global). 

Selama dua puluh tahun terakhir, Asia merupakan wilayah yang mengalami pertumbuhan yang paling luar biasa (sebesar 74% atau sekitar 37 juta orang). Meski tidak sebesar India, Cina, atau Meksiko, persentase orang Indonesia yang bermigrasi cukup tinggi. 

Menurut Menaker RI Ida Fauziyah, yang disampaikan dalam sebuah diskusi pada Congress of Indonesian Diaspora ke-6 bulan Agustus yang lalu, merujuk pada data Bank Dunia dan BPS tahun 2017, jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencapai 9 juta (procedural dan non-procedural), yang tersebar di 200 negara. 

Jika dilihat dari data penempatan yang tercatat di SISKOTKLN, selama 5 tahun terakhir rata-rata penempatan mencapai 266 ribu orang (jumlah PMI perempuan lebih tinggi daripada PMI laki-laki).

Dengan cukup tingginya jumlah PMI (yang menjadi rujukan jumlah diaspora Indonesia), menjadi satu isu penting bagi Indonesia dan merupakan satu karakter diaspora Indonesia itu sendiri. Itu sebabnya, pada periode kepengurusan 2021-2023, Indonesian Diaspora Network (IDN) Global menjadikan PMI sebagai bagian dari program kerja langsung (ada devisi yang mengurusi soal PMI, bukan lagi di working group).

Bulan lalu, IDN Global menyelenggarakan sebuah webinar dan mengundang beberapa PMI (mewakili sektor formal dan informal serta wilayah Asia dan Timur Tengah). Dari bincang-bincang itu ada banyak catatan dan tips penting dan berguna, utamanya bagi yang tertarik bekerja di luar negeri.

Diaspora Indonesia di Sydney | Foto: Salut Muhidin
Diaspora Indonesia di Sydney | Foto: Salut Muhidin

Akses untuk bekerja di luar negeri

Ada beberapa cara untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Pertama, lewat studi. Setelah mengambil studi di satu negara, kita akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Akan ada banyak kesempatan dan pilihan, karena kita mempunyai akses langsung ke banyak hal dan kontak dengan banyak pihak. 

Salah satu narasumber, seorang dosen di Taiwan, menjelaskan bahwa ia pergi ke sana untuk studi S2 dan S3. Tak lama setelah lulus kuliah, ada tawaran untuk menjadi dosen pada satu program internasional; mereka membutuhkan dosen asing.

Kedua, dikirim ke luar negeri oleh perusahaan kita. Narasumber kedua, yang bekerja di perusahaan penyedia jasa migas di Kuwait, bercerita bahwa setelah lulus kuliah ia bekerja di sebuah perusahaan asing di Indonesia. 

Setelah beberapa tahun bekerja, ia dikirim perusahaan untuk satu proyek di Qatar. Dari Qatar ia dikirim ke Dubai, dan dari situ ia dikirim ke Kuwai.

Ketiga, karena tertarik pada bahasa. Narasumber ketiga, yang bekerja di Korea, mengatakan bahwa awalnya ia suka pada drakor-drakor di televisi, lalu tertarik belajar bahasa korea. Ia pun belajar secara autodidak. 

Pada suatu hari ia melihat ada tawaran kerja, sebuah program G to G. Ia pun melamar, ikut tes bahasa, lulus tes, dan dikirim ke Korea.

Keempat, lewat agen. Narasumber keempat, yang bekerja sebagai PRT di Makau, bercerita bahwa, karena tak mempunyai ketrampilan khusus apapun, satu-satunya cara mendapatkan penghasilan yang lebih baik adalah bekerja sebagai PRT di luar negeri. 

Ia pergi ke Taiwan; sempat bekerja di Singapur dan Hong Kong, sebelum di Makau (sudah 10 tahun). Di Makau sebenarnya ada banyak pilihan, seperti bekerja di hotel, spa, restoran, dan lain sebagainya. 

Namun, ia memilih tetap menjadi PRT karena jam kerja yang stabil (pagi sampai sore); ini diperlukan karena ia aktif dalam organisasi yang memberikan bantuan kepada para buruh di sana, terutama di bagian paralegal.

Diaspora Indonesia di Kuwait | Foto: IDN Kuwait
Diaspora Indonesia di Kuwait | Foto: IDN Kuwait

Tantangan-tantangan bekerja di luar negeri

Gegar budaya (culture shock) akibat benturan budaya. Ketika pergi ke luar negeri, kita membawa semua sistem budaya kita, dan di negara penempatan itu kita jadikan sebagai dasar penilaian, perasaan, dan lain sebagainya. 

Ketika berhadapan dengan sesuatu yang berbeda dengan sistem penilaian dan perasaan, di situlah terjadi benturan budaya. Yang paling sering adalah masalah komunikasi (pengetahuan bahasa, cara menyampaikan ide, termasuk gaya bicara dan intonasi perseorangan). 

Persoalan bahasa menjadi hal sangat penting di kantor, sebab miskomunikasi dapat membuat pekerjaan menjadi terhambat, bahkan bisa fatal. Bayangkan kalau bekerja di sebuah pabrik, diperintah untuk melakukan A, tetapi melaksanakan B.

Masalah lainnya adalah kebiasaan. Misalnya, di Korea orang-orang terbiasa bekerja dengan cepat dan berbicara dengan nada keras. Kalau hal tersebut kita masukkan ke dalam hati, kita akan stres setiap hari. 

Di Taiwan hubungan herarki sangat penting dalam dunia kerja, kita tidak bisa "potong kompas", meski dengan alasan efektisitas kerja. 

Di Qatar, kalau sedang duduk di lantai dan melipat kaki, telapak kaki tidak boleh menghadap ke orang lain. Musim (suhu udara) dan makanan juga menjadi masalah.

Cara menghadapi masalah-masalah yang muncul akibat benturan budaya adalah dengan mempelajari budaya mereka dan mencari tahu dari berbagai sumber. 

Jika mau survive, mau tidak mau kita harus mampu beradaptasi. Berorganisasilah untuk mendapatkan informasi dan pemahaman. Di setiap negara pasti ada perkumpulan-perkumpulan untuk itu.

Training for Trainers untuk para PMI front liner di Hong Kong | Foto: Nathalia Widjaja.
Training for Trainers untuk para PMI front liner di Hong Kong | Foto: Nathalia Widjaja.

Bagi para PRT, permasalahan jauh lebih kompleks. Bukan hanya pada komunikasi (bahasa) dan budaya, melainkan juga pada skill. Keterampilan yang diberikan sebelum berangkat kadang tidak dapat digunakan, karena setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda. Contohnya, dalam cara memasak atau mengurus bayi. Kalau salah, majikan akan memarahi kita, dan kadang dengan kata-kata buruk.

Belum lagi mengenai hukum, hal yang paling utama. Kebanyakan PRT tidak dibekali informasi dan pengetahuan tentang peraturan di negara penempatan. Kalau terjadi sesuatu harus bagaimana? Kalau di tempat itu tidak ada KBRI/KJRI, harus pergi ke mana? Meskipun sudah ada berbagai organisasi yang memberikan bantuan, banyak PRT tidak mengetahuinya. 

Cara efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti itu adalah dengan berserikat dan mengedukasi diri, misalnya melalui sosmed. Sebelum berangkat, kita harus membekali diri kita dengan berbagai informasi dan pengetahuan.

Namun demikian, persoalan itu bukan hanya tanggung jawab si pekerja, organisasi sosial, dan pemerintah, melainkan juga masyarakat secara umum. Dalam hal ini, media sangat penting, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi.

Kelas make-up di Hong Kong | Foto: Nathalia Widjaja.
Kelas make-up di Hong Kong | Foto: Nathalia Widjaja.

Tips agar bisa bekerja di luar negeri dengan baik 

Pertama, usahakan memiliki ketrampilan tambahan. Ini bukan saja berguna ketika kita melamar (menjadi poin tambahan dalam penilaian), tetapi juga untuk membantu pekerjaan kita (termasuk untuk mendapatkan posisi yang lebih baik di masa depan). 

Selama masa pendidikan sebisanya belajar dan memahami hal-hal yang praktis. Di universitas biasanya kita berfokus mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis. 

Kuliah sambil kerja mungkin dapat menjadi satu alternatif yang baik. Bagi yang bekerja di sektor informal, ambil berbagai kursus dan teruslah memperbaiki ketrampilan.

Kedua, usahakan memiliki banyak pengalaman dan luas, sehingga kita bisa menawarkan alternatif kepada perusahaan. Ini akan menarik perhatian mereka. Tunjukkan hal-hal yang terkait dengan posisi yang ditawarkan. Dengan demikian, ada kemungkinan mendapatkan pekerjaan (posisi) yang kita suka.

Ketiga, membangun kepercayaan diri. Orang Indonesia cenderung pendiam. Kita harus berbicara, kalau kita tahu tentang sesuatu.

Keempat, membangun networking. Ini bukan hanya penting ketika kita mencari pekerjaan, tetapi juga bisa membantu teman-teman yang ingin bekerja di luar negeri.

Kelima, pelajari bahasa dan budayanya, karena bisa mempermudah hidup kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakatnya. Tak lupa juga harus sehat secara fisik dan mental.

Keenam, pelajari pekerjaan dan hukum di negara penempatan, misalnya tentang peraturan perburuhannya. Informasi-informasi tersebut bisa kita dapatkan di internet. Namun, berhati-hatilah, karena ada banyak penipuan. Gunakanlah selalu situs-situs resmi. Jangan percaya pada calo. Sudah banyak korban penipuan, bahkan human trafficking. 

Berorganisasilah setelah tiba di negara penempatan. Di sana pasti sudah ada organisasi (sektor formal dan informal) atau membuat grup untuk berbagi hal-hal positif.

Mexico City, 11 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun