Wilayah Sao Paulo mulai berkembang ketika Mem de Sa menjadi gubenur jendral dan mengisi wilayah tersebut dengan orang-orang dari Santo Andre da Borda do Campo, sebuah daerah di dekat Sao Paulo.Â
Pada tahun 1681 desa Sao Paulo diangkat menjadi desa kepala dan pada tahun 1711 diangkat menjadi kota. Kota ini kemudian menjadi pusat pasukan Bandeiras, yang tugas utamanya adalah menangkapi penduduk asli dan mencari sumber-sumber mineral.
Menurut catatan sejarah, pasukan Bandeiras bertanggung jawab atas pemusnahan penduduk asli yang menentang kekuasaan Portugis di Brasil dan perluasan teritori koloni Portugis terutama di bagian selatan dan barat dari Brasil.
Pada paruh kedua abad ke-19 dibangun jalur kereta api Santos-Jundai untuk menghubungkan kota Sao Paulo dengan Pelabuhan Santos. Adanya jalur kereta api ini membuat kota Sao Paulo menjadi penting, karena menjadi tempat persinggahan utama dari pelabuhan ke pusat-pusat perkebunan kopi.
Jalur kereta api ini pun membuat perekonomian kota Sao Paulo semakin meningkat, sehingga dalam waktu singkat terjadi pembangunan besar-besaran: jalan, kantor, hotel, restauran, rumah, dan lain sebagainya. Kedatangan imigran-imigran dari Italia, Portugis, Spanyol, Suriah-Libanon, Jepang, dan Yahudi bukan saja telah membuat laju perkembangan kota Sao Paulo semakin cepat, melainkan juga telah mengubah tatanan sosial masyarakat di kota itu.
Abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan masa penting dalam proses modernisasi kota Sao Paulo. Elda Gonzalez pernah membuat catatan mengenai perkembangan kota Sao Paulo selama periode itu.Â
Pada tahun 1836 telah dibangun 10 paroki penting; pada tahun 1850 orang-orang kaya mulai memiliki kereta kuda dan pada tahun 1865 sudah ada kereta kuda yang disewakan; pada tahun 1863 mulai digunakan minyak tanah untuk lampu-lampu di jalan, beberapa tahun kemudian digunakan gas yang berasal dari batu bara, dan pada tahun 1898 sudah digunakan listrik untuk menerangi jalan.
Hasil dari produksi kopi merupakan salah satu pemasukan utama. Selama masa kolonisasi Portugis, keberhasilan produksi kopi di Brasil sempat menjadi cacatan hitam di dalam sejarah karena diimplentasikannya politik tanam paksa dan perbudakan orang-orang Afrika; bahkan perbudakan sempat terus "dipertahankan" untuk mendapatkan produksi kopi yang tinggi.Â
Perkebunan kopi, yang dimulai pada awal abad ke-19, telah mampu mencapai titik produksi yang sangat tinggi pada tahun 1860, dan pada tahun 1902 65% dari produksi kopi di Brasil berhasil diekspor. Perlu dicatat bahwa antara tahun 1870 sampai 1930 separuh dari kopi yang dikonsumsi di dunia berasal dari Brasil, bahkan tercatat bahwa selama awal abad ke-20 dua pertiga kopi yang dikonsumsi di dunia berasal dari Brasil. Mengenai produksi kopi, pada tahun 1870 Sao Paulo menghasilkan 16% dari produksi nasional dan pada tahun 1886 naik menjadi 40%.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perkembangan kota (dan juga provinsi) Sao Paulo tidak lepas dari partisipasi para imigran yang berasal dari berbagai budaya dan benua. Kedatangan mereka memunculkan tenaga kerja (baru) yang terampil.Â
Jumlah imigran baru yang datang tidaklah sedikit. Elda Gonzalez mencatat bahwa antara tahun 1882 sampai 1930 tiba di Pelabuhan Santos 2.230.000 orang Eropa (41% berasal dari Italia, 18% berasal dari Portugal, dan 16% berasal dari Spanyol). Sejak tahun 1908 datang imigran dari Jepang, dan sampai tahun 1941 jumlah imigran Jepang mencapai 188.490 orang.