Oleh karena itu, pengetahuan bahasa merupakan konstruksi empiris dan kognitif. Sebagai sebuah konstruksi empiris dan kognitif, hingga waktu tertentu itu akan menjadi model mental. Untuk memperjelas gambaran mengenai proses ini, kita dapat mengambil kasus lain yang berbeda. Selera tiap-tiap manusia, misalnya, juga dibangun melalui proses empiris dan kognitif.Â
Ketika seseorang mulai mengalami satu rasa baru, referensi untuk "memenuhi syarat enak dan tidaknya" rasa baru itu, didasarkan pada konstruksi rasa yang telah dimilikinya sebagai model mental. Itu sebabnya, kebanyakan orang berpikir bahwa makanan penutup seharusnya manis, tidak pahit, dan makanan yang baik tidak bisa berwarna hitam, karena itulah yang dikatakan model mental.Â
Meskipun prosedurnya tidak persis sama, struktur bahasa pertama juga melakukan hal yang sama dengan rasa, karena menjadi referensi ketika seseorang belajar bahasa yang berbeda. Asosiasi ini dapat menjelaskan bahwa kesalahan yang sering terjadi dalam produksi L2 disebabkan "gangguan" struktur bahasa pertama; karena pikiran bekerja secara otomatis, berdasarkan struktur itu, karena itu merupakan model mental.Â
Setidaknya, ini terjadi dalam kasus pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur bahasa Spanyol dan pembelajaran bahasa spanyol bagi penutur Bahasa Indonesia. Namun demikian, penelitian mengenai topik ini harus terus digiatkan, terutama pada kasus-kasus dua bahasa yang memiliki perbedaan yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H