Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dan Perubahan dalam Pola Pikir Manusia

14 Agustus 2024   15:42 Diperbarui: 16 Agustus 2024   09:07 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan seseorang sendiri itu dibuktikan pula dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri sehingga lahirlah adagium " Cogito Ergosum" atau "Aku Berpikir maka Aku Ada" yang cukup terkenal di kalangan filsuf modern

Mulanya Descartes ingin mencari kebenaran. Ia memulainya dengan meragukan semua hal termasuk meragukan keberadaan dirinya sendiri. Dengan meragukan semua hal dia telah membersihkan dirinya dari berbagai prasangka yang bisa menuntunnya ke jalan yang salah     

Descartes ragu, mungkin saja berpikir sebenarnya tidak membawanya menuju kebenaran. Mungkin saja bahwa pikiran manusia pada hakikatnya tidak membawa manusia kepada kebenaran, tetapi sebaliknya membawanya kepada kesalahan.

Descartes yakin ada semacam kekuatan tertentu yang lebih besar dari dirinya yang mengontrol pikirannya dan selalu mengarahkan pikirannya ke jalan yang salah. Sampai di sini, Descartes tiba-tiba sadar bahwa bagaimanapun ia tetap berpikir.

Berpikir, inilah satu-satunya yang jelas. Inilah satu-satunya cara untuk membuktikan keberadaannya. Keberadaan seseorang sendiri itu dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Ia pun sampai pada kesimpulan "Cogito Ergosum"

Meragukan segala hal merupakan  dasar dari pertanyaan-pertanyaan filsafat. "Apakah ada nilai moral" "Apakah orang lain punya pikiran yang sama denganku" Apakah ada kehendak bebas" " Mengapa bahasa memiliki makna" "Mengapa kita semua mati"

Pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan filsafat yang lahir dari sikap meragukan segala hal. Karena itu disebutkan jika dalam filsafat keraguan dianggap tabu maka seketika itu pula filsafat akan menghembuskan nafas terkahir alias mati

Filsafat punya metodologi dalam mengkaji pertanyaan-pertanyaan umum dan asasi, misalnya pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi, penalaran, nilai-nilai luhur, akal budi dan lainnya. Metodolgi yang lazim digunakan Socrates adalah dialektika.

Dari dialektika Socrates inilah lahir pemikiran-pemikiran filsafat yang terus berkembang hingga kini. Bahkan di era digitalisasi dengan maraknya interaksi dunia maya saat ini lahir juga filsafat yang disebut hyperealitas. Filsafat tak akan pernah berhenti sepanjang di bumi ini masih ada orang berpikir (said mustafa husin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun