Untuk penekanan kaidah lukis ekspresionis dalam karyanya, pelukis ekspresionisme abstrak melakukan deformasi bentuk dan deformasi warna. Terkadang, tangan pelukis ekspresionisme abstrak bergerak bebas, seperti naluri pelukis itu sendiri.
Sampai saat ini, karya-karya ekspresionisme abstrak merajai pasar lelang dunia. Misalnya Number 17 A karya Jackson Pollock, Nafea faa Ipoipo karya Paul Gauguin, Violet, Green and Red karya Mark Rothko, bahkan Interchange karya de Kooning terjual dengan harga fantastis Rp 4,2 triliun
Hanya saja, nasib Willem de Kooning sama dengan pelukis ekpsresionisme abstrak lainnya. Karya-karya mereka terjual dengan harga fantastis tapi tidak sempat dinikmatinya. Sepanjang usia mereka hidup menderita.
De Kooning meninggal dunia pada 19 Maret 1997 di East Hampton, New York, Amerika Serikat. Sementara karya-karya de Kooning terjual dengan harga fantastis dimulai tahun 2006. Sangat menyedihkan (Said Mustafa Husin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H