Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Eksistensialisme dalam Kubu Religius dan Atheis

28 Juli 2024   22:21 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:47 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto Dictio Community)

" Filsafat eksistensialisme yang lahir dari pandangan Soren Kierkegard kini terbelah dalam dua kubu, religius dan atheis. Ini disebabkan perbedaan dalam memahami dasar pemikiran eksistensialis oleh filsuf berikutnya yakni kebebasan dan autentisitas"  

Lama sekali Soren Kierkegard (1813 -- 1855) melihat dirinya sebagai seorang religius ketimbang seorang filosofis. Jika tidak terusik oleh pandangan filsafat idealisme Hegel, mungkin filsafat eksistensialisme tidak pernah ada

Apalagi dalam kehidupan masa mudanya, Kierkegard selalu membangun jarak dengan pemikiran filsafat. Namun padangan filsafat idealisme Hegel yang dinilianya mengabaikan norma-norma religius perlu disanggah

Dari situlah, Kierkegard melalui tulisannya mulai memperbandingkan norma-norma religius ke dalam pemikiran filsafat idealisme Hegel. Kumpulan tulisan-tulisan Kierkegard inilah kemudian menjadi dasar filsafat eksistensialisme

Tulisan -- tulisannya merupakan reaksi terhadap dialektika idealisme Hegel. Kierkegard menulis hakikat iman, etika dan teologi, emosi serta perasaan individu ketika dihadapkan dengan pilihan eksistensialis

Eksistensialisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang bermula dengan subjek manusia, bukan hanya subjek manusia yang berpikir, tetapi juga individu manusia yang melakukan, yang merasa, dan yang hidup

Tradisi pemikiran filsafat eksistensialisme lahir dari pandangan Soren Kierkegard sendiri. Padangannya ketika mengkritisi filsafat idealisme Hegel yang dinilainya menyimpang dari norma religius

Ia pernah menulis, setiap individu, bukan masyarakat atau agama, bertanggung jawab memberikan makna bagi hidup dan  kehidupan, dan menghidupi makna tersebut secara jujur dan secara autentik

Pandangan Soren Kierkegard ini sebenarnya untuk menyoroti filsafat idealisme Hegel. Dalam pandangan Kierkegaard pemikiran abstrak Hegel telah menghilangkan kepribadian manusia.  

Hegel telah mereduksi segala kompleksitas manusia dalam pergulatan hidupnya. Bahkan lebih ekstrem lagi, Kierkegaard memandang filsafat idealisme Hegel merusak pemikiran yang benar mengenai iman.

Teori filsafat idealisme Hegel telah membuat keimanan lebih rendah dari akal manusia. Padahal menurut Kierkegard, agama mengajarkan iman dan iman selalu berada di atas akal manusia.

Semasa hidupnya, Kierkegard tak pernah berpikir kalau pandangannya akan menjadi akar tumbuhnya pandangan filsafat eksistensialisme. Apalagi di masa itu, tulisan Soren Kierkegard tak pernah ditanggapi filsuf modern.

Dalam tulisan-tulisannya, Kierkegard menyebutkan bahwa manusia selalu berupaya menggapai kebenaran melalui relitas objektif. Padahal katanya kebenaran itu sendiri sebagai subjektivitas.

Subjektivitas ini yang menjadi poros utama argument Kierkegaard. Kendati begitu, Kierkegaard dalam tulisan-tulisannya tidak bicara mengenai semua bentuk kebenaran.

Dalam tulisannya, Kierkegard hanya berbicara mengenai bentuk kebenaran yang secara konkret menentukan cara manusia menjalani hidupnya, yakni kebenaran moral dan religius.

Kierkegaard meyakini kebenaran moral dan religius secara hakiki menentukan cara kita menghayati hidup sehari-hari. Penghayatan itu dilakukan melalui nilai-nilai moral dan religius yang kita anut.

Pengaruh Kierkegaard sebagai bapak Eksistensialisme baru mulai dirasakan pada abad 20. Penulis dan filsuf seperti Jean-Paul Sartre, Martin Heidegger banyak terinspirasi oleh karya-karya Kierkegaard

Namun dari sejumlah filsuf yang terinspirasi oleh tulisan-tulisan Kierkegaard justeru berpandangan lain. Misalnya Jean Paul Sartre. Filsuf ini lebih menekankan tema-tema tulisannya pada absurditas karena eksistensialisme bagi Sartre adalah kebebasan.

Dalam pandangan filsafatnya Sartre menyatakan manusia modern harus menghadapi fakta bahwa "Tuhan Tidak Ada". Dunia dan benda-benda yang membentuknya adalah benda yang ada tanpa alasan dan tujuan

Menurut Sartre mereka sekadar ada. Manusia berbeda dari benda, dalam artian manusia menciptakan hakikat keberadaannya sendiri. Benda tidak bisa memilih moralitas yang diinginkannya.

Heideger juga terinspirasi oleh faham eksistensialisme. Namun filsuf yang pada mulanya seorang pengikut fenomenolgi ini berseberangan dengan pemikiran eksistensialisme Kierkegard

Heideger lama menggali konsep tentang "Ada" dalam pengertian tradisional Plato hingga pandangan filsafat eksistensialisme. Bahkan Heideger sempat melahirkan karya terkenal Being and Time

Namun dalam memahami filsafat eksistensialisme Heideger tidak pula berpijak pada autentisitas tapi pada kebebasan. Ia sepemikiran dengan Startre dan Albert Camus yang cenderung atheis

Filsuf eksistensialisme yang berada di kubu religius atau kubu agama yakni Soren Kierkegard, Karl Jasper dan Gabriel Marcel. Melalui pandangan eksistensialisme yang berpijak pada autentisitas mereka selalu bergerak menuju Tuhan.

Kendati begitu, seluruh filsuf eksistensialis berpegang pada doktrin fundamental yakni eksistensi mendahului esensi. Artinya manusia terlebih dahulu bereksistensi, berkiprah di dunia dan baru sesudah itu mendefinisikan dirinya.

Para pengikut eksistensialis biasanya berpikir bagaimana sesuatu yang ada dapat berada dan untuk apa ada. Etika eksistensialis terbilang positif dalam memandang hidup, tidak seperti nihilsme yang menganggap hidup itu tak berarti.

Etika eksistensialis mendorong manusia untuk hidup dan bereksistensi, mencari makna kehidupan, merubah sesuatu yang dianggap tak dapat dirubah, belajar sesuatu yang baru, bekerja, semua dilakukan demi kelangsungan hidup. (said mustafa husin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun