Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Women's March", Kemasan Politik Perempuan Amerika

21 Januari 2018   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2018   02:21 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendati pemilu paruh waktu atau midterm electiontidak begitu besar menyita perhatian dunia, namun pemilu paruh waktu Amerika ini, hasilnya dapat diinterprestasikan sebagai bahan evaluasi untuk dukungan calon presiden mendatang.

Dari hasil pemilu paruh waktu ini nanti akan terlihat sikap mendukung atau penolakan rakyat terhadap kebijakan presiden. Selain itu nanti juga akan terbaca titik kekuatan di tingkat federal serta negara bagian.   

Ada dua sesi pemilihan di Amerika Serikat, masing-masing pemilihan pendahuluan dan pemilihan umum. Pemilihan pendahuluan dilakukan sebelum pemilihan umum atau pada tahun ganjil.

Pemilihan pendahuluan atau kaukus untuk memilih calon-calon dari partai yang akan maju untuk pemilihan umum. Hasil kaukus ini tidak saja berhak maju dalam pemilu nasional tapi juga berhak diseleksi untuk menjadi calon presiden.

Tradisi pemilu di Amerika ini sudah ada sejak era kolonial dan dipengaruhi oleh sistem Inggeris. Nmun proses pemilihan pada masa Amerika modern berlangsung di tingkat federal, negara bagian, dan lokal pemerintahan.

Pemilu Amerika digelar setiap tahun genap. Hak pilih diberikan kepada warga yang sudah berusia 18 tahun keatas. Pemilu ini untuk memilih 435 anggota DPR Amerika dan sekitar 100 anggota senat. Hanya saja masa bhakti anggota senat lebih panjang, enam tahun.

Dekatnya rentang waktu midterm election yang akan digelar pada November tahun ini, banyak aktivis perempuan yang memanfaatkan momen Womens March kali ini. Mereka berteriak-teriak tentang hak-hak perempuan dan menuntut persamaan gender.  

Sebagaimana dilaporkan VoA Indonesia, berdasarkan data Centre for American Women and Politics sedikitnya ada 390 perempuan yang telah mendaftar atau akan mendaftar untuk menjadi calon anggota parlemen lewat midterm election November nanti.

Dari jumlah itu, sebanyak 49 perempuan menyatakan siap bertarung memperebutkan kursi di Senat. Dari data yang diungkapkan Center for American Women and Poltics para kandidat DPR itu, 82 persen diantaranya bukan petahana atau masih wajah baru.

Jika angka-angka ini tidak berubah, maka calon perempuan kali ini adalah yang terbesar dalam sejarah Amerika. Karena itu, para aktivis Womens March sangat berharap kandidat perempuan ini terpilih nanti sehingga bias memperjuangkan kebijakan-kebijakan yang lebih pro-perempuan.

Kendati jumlah pengunjuk rasa dalam Women March kali ini berkurang dibandingkan tahun lalu, namun antusias aktivis untuk memperjuangkan hak perempuan tak kalah dibandingkan tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun