Mohon tunggu...
Said Mustafa Husin
Said Mustafa Husin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Freelance, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil tokoh dan daerah, environmental activists.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Women's March", Kemasan Politik Perempuan Amerika

21 Januari 2018   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2018   02:21 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto : The Washington Post/Mark Guarino)

Sebelum matahari terbit di Washington DC pada Sabtu (20/1/2018), ratusan ribu aktivis wanita sambil mengusung poster di tangan sudah bergerak memadati seluruh kota besar di Amerika.  

Kota-kota seperti Philadelphia, Chicago, Denver di Colorado, Charlotte di North Carolina, dipadati wanita mengenakan topi berbentuk  kepala kucing berwarna pink menyala.

Begitu juga di kota-kota besar California seperti, Sacramento, Los Angeles, San Jose, San Fransisco dan Oakland, Newark di Delaware, Atlanta di Georgia, Honolulu di Hawaii, juga dipadati aktivis wanita.

The Washington Post edisi Sabtu (20/1/2018) melaporkan aksi ini adalah iterasi kedua dari Women's March. Aksi yang digelar bertepatan dengan satu tahun pemerintahan Trump ini, sudah pernah digelar pada momen pelantikan Trump tahun lalu.

Women's March tahun ini diwarnai tuntutan persamaan hak dan layanan bagi perempuan, mendorong lebih banyak partisipasi perempuan di politik, dan kebijakan yang pro-perempuan serta perlindungan bagi para imigran,

Tidak itu saja, aksi juga menuntut pengendalian senjata api, bahkan mereka juga melontarkan kecaman terhadap beberapa kebijakan pemerintah Trump termasuk keputusan menghentikan sebagian operasi pemerintah atau government shutdown.

The Washington Post menulis komponen kunci dari demonstrasi kali ini adalah upaya untuk memanfaatkan antusiasme di belakang Women's March dan menerjemahkannya ke dalam gejolak politik pada jajak pendapat musim gugur ini.

Memang, Women's March kali ini sangat terkesan seperti kemasan politik perempuan Amerika. Pasalnya pada November nanti, Amerika akan menggelar midterm election atau pemilu paroh waktu untuk memlih anggota legislatif. Perempuan Amerika kini tengah berkutat untuk memperkuat barisannya di parlemen.

"Tahun lalu ini tentang harapan. Tahun ini tentang kekuatan, "kata Diane Costello, 67, seorang pensiunan guru dan anggota Moms Demand Action untuk Gun Sense di Amerika seprti dikutip The Washington Post.

Dari catatan yang dihimpun, pemilu legislatif di Amerika Serikat diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Pemilu legislatif ini dijadwalkan setiap November tepatnya pada hari Selasa setelah Senin pertama.

Pemilu legislative yang paling seru biasanya bertepatan dengan pemilihan presiden yang dijadwalkan sekali empat tahun. Pemilu November nanti tidak bertepatan dengan pemilihan presiden sehingga disebut pemilu paruh waktu atau midterm election.

Kendati pemilu paruh waktu atau midterm electiontidak begitu besar menyita perhatian dunia, namun pemilu paruh waktu Amerika ini, hasilnya dapat diinterprestasikan sebagai bahan evaluasi untuk dukungan calon presiden mendatang.

Dari hasil pemilu paruh waktu ini nanti akan terlihat sikap mendukung atau penolakan rakyat terhadap kebijakan presiden. Selain itu nanti juga akan terbaca titik kekuatan di tingkat federal serta negara bagian.   

Ada dua sesi pemilihan di Amerika Serikat, masing-masing pemilihan pendahuluan dan pemilihan umum. Pemilihan pendahuluan dilakukan sebelum pemilihan umum atau pada tahun ganjil.

Pemilihan pendahuluan atau kaukus untuk memilih calon-calon dari partai yang akan maju untuk pemilihan umum. Hasil kaukus ini tidak saja berhak maju dalam pemilu nasional tapi juga berhak diseleksi untuk menjadi calon presiden.

Tradisi pemilu di Amerika ini sudah ada sejak era kolonial dan dipengaruhi oleh sistem Inggeris. Nmun proses pemilihan pada masa Amerika modern berlangsung di tingkat federal, negara bagian, dan lokal pemerintahan.

Pemilu Amerika digelar setiap tahun genap. Hak pilih diberikan kepada warga yang sudah berusia 18 tahun keatas. Pemilu ini untuk memilih 435 anggota DPR Amerika dan sekitar 100 anggota senat. Hanya saja masa bhakti anggota senat lebih panjang, enam tahun.

Dekatnya rentang waktu midterm election yang akan digelar pada November tahun ini, banyak aktivis perempuan yang memanfaatkan momen Womens March kali ini. Mereka berteriak-teriak tentang hak-hak perempuan dan menuntut persamaan gender.  

Sebagaimana dilaporkan VoA Indonesia, berdasarkan data Centre for American Women and Politics sedikitnya ada 390 perempuan yang telah mendaftar atau akan mendaftar untuk menjadi calon anggota parlemen lewat midterm election November nanti.

Dari jumlah itu, sebanyak 49 perempuan menyatakan siap bertarung memperebutkan kursi di Senat. Dari data yang diungkapkan Center for American Women and Poltics para kandidat DPR itu, 82 persen diantaranya bukan petahana atau masih wajah baru.

Jika angka-angka ini tidak berubah, maka calon perempuan kali ini adalah yang terbesar dalam sejarah Amerika. Karena itu, para aktivis Womens March sangat berharap kandidat perempuan ini terpilih nanti sehingga bias memperjuangkan kebijakan-kebijakan yang lebih pro-perempuan.

Kendati jumlah pengunjuk rasa dalam Women March kali ini berkurang dibandingkan tahun lalu, namun antusias aktivis untuk memperjuangkan hak perempuan tak kalah dibandingkan tahun lalu.

VoA Indonesia melaporkan areal stasiun kereta bawah tanah Broadwaydan West 72nd Street dijejali pengunjuk rasa yang datang dari berbagai penjuru Amerika. Selain mengusung poster, mereka juga membawa boneka berhiaskan simbol-simbol protes dan kecaman.  

"Time Is Up", "My Body My Rights", dan "I am Not Political Pawn" begitulah tulisan di beberapa poster yang diusung pengunjuk rasa. Dari areal stasiun Broadway dan West 72nd Street mereka mengusung poster menuju Central Park West.

Tapi bukanlah Donald Trump kalau nyalinya ciut menghadapi aksi protes seperti ini. Trump malah membuat cuitan di twitter menyikapi aksi Women March. Ia meminta pengunjuk rasa merayakan keberhasilan ekonomi Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di twitter Trump membuat cuitan, "Cuaca sangat indah di seluruh negara kita yang besar ini, hari yang tepat bagi semua perempuan untuk berpawai. Datanglah untuk merayakan terobosan-terobosan bersejarah, keberhasilan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kesejahteraan yang terjadi dalam 12 bulan terakhir ini. Tingkat pengangguran perempuan terendah dalam 18 tahun!"

Arsip pribadi
Arsip pribadi
Kendati Trump membuat cuitan demikian, perempuan Amerika sepertinya tidak akan terbujuk. Mereka akan terus berjuang untuk memperkuat barisannya di parlemen dan akan bertarung untuk berebut kursi senator. Hanya ini bagi mereka jalan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

Perjuangan perempuan Amerika ini bisa terlihat dari sejumlah politisi perempuan yang ikut bergabung dalam Women's March. Mereka antara lain Pemimpin Minoritas DPR dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, Susan Davis, dan Carolyn Maloney. Politisi Demokrat ini bergabung mengikuti pawai Women's March di Gedung Putih, 20 Januari 2018.

Nancy Pelosi dalam sambutannya mengatakan para demonstran, khususnya perempuan, yang ikut dalam "Women's March" hari ini, ingin mengirim pesan yang sangat kuat bahwa mereka siap bertarung dalam pemilu.

"Perempuan siap bertarung di pemilu dan menduduki posisi-posisi pengambil keputusan, agar ada kebijakan yang lebih pro-perempuan," kata Nancy seperti dikutip VoA Indonesia(Said Mustafa Husin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun