Dalam hal ini al-Attas menyebut ilmu tidak pernah bersifat netral  seperti yang diklaim oleh Barat, baginya ilmu sesuai dengan syariat Islam tidak bisa digunakan dan tidak pernah diterima di Barat begitupun sebaliknya ilmu produksi sekuler jelas menyalahi aturan serta ketentuan dalam Islam.Â
Al-Attas menegaskan bahwa ilmu yang berkembang atas model sekularisme jelas tidak bersifat universal, justru merusak aqidah manusia terutama umat muslim. Â Maka sejatinya ilmu tidak bisa dikatakan netral, karena paradigma yang berbeda dalam ilmu tersebut.
Anggapan diatas tidaklah muncul begitu saja melainkan memiliki dasar dan landasan, salah satu landasan tersebut adalah konsep pemikiran filsafat yang dimiliki Al-Attas. Berangkat dari sebuah pandangan terhadap metafisik, ia memberikan asumsi bahwa metafisik dalam Islam merupakan sebuah gagasan dan ide yang memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya (sintesis) yang telah melewati proses panjang dan turun-temurun dari berbagai ilmuwan muslim yang ada dari masa kemasa, mulai dari ahli tasawuf sampai pada tingkatan seorang filsuf muslim. Â
Metafisik dalam sebuah ilmu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, berbeda dengan ajaran dan gagasan sekularisme yang menafikan unsur yang immaterial atau non empiris didalam sebuah realita keilmuwan yang ada.
Berangkat dari sebuah metafisik, alam pemikiran manusia secara tidak langsung ditujukan pada sebuah pembelajaran hidup yang berevolusi menjadi sebuah worldview. Menurut Al-Attas, worldview Islam memiliki faktor utama yaitu konsep Tuhan Yang Maha Esa yang kemudian menjadi asas realitas yang selalu dikaitkan dengan eksistensi Tuhan tersebut.Â
Worldview Islam tersebut berlandaskan pada dua aspek penting diatas, sehingga mampu memberikan implikasi pada sebuah konsep pengetahuan serta tujuan sebuah pendidikan dalam Islam. Â
Pendapat tersebut merupakan wujud dari adanya paham yang jelas dalam Islam mengenai metafisik, hal ini melandasi terciptanya sebuah worldview, dimana worldview tersebut akan tercipta lewat pandangan kaum yang telah percaya dan terikat dengan nilai metafisik yang ada, inilah yang kemudian menjadi pembeda antara satu worldview dan worldview lainnya.
Cirikhas dari worldview Islam adalah pandangan mengenai realitas dan kebenaran yang bersifat tunggal dan absolut. Hal ini menjadi dasar bagi sebuah ilmu dalam Islam, yang dipercayai turun melalui perantara wahyu dan bersumber darinya kemudian dipadukan dengan berbagai prinsip intelektual dan juga intuitif yang ada. Â
Dalam hal ini Al-Aattas menegaskan bahwa ilmu dalam Islam memiliki ciri yang fundamental yaitu the nature of God, (revelation) Al-Qur'an yang wahyu yang datang dari Tuhan. Â Melalui penjelasan Al-Attas tersebut dapat terlihat bahwa dalam memandang ilmu, Islam memiliki landasan filosofis yang kuat yang tidak pernah terlepas dari konsep Tuhan dan ajaran-Nya.Â
Dengan menggunakan landasan sebagai framework-lah kemudian Al-Attas melihat bahwa proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer akan dapat dilaksanakan.
Mengawali definisinya tentang Islamisasi ilmu kontemporer, Al-Attas mengatakan bahwa itu adalah bentuk dari sebuah respon nyata dan logis terhadap perkembangan sekularisasi yang pesat dan universal tersebut. Dalam hal ini Al-Attas menyatakan :