Dalam kebun Haji Malik terdapat berbagai macam Klon Kakao, ada dari Medan, Filipina, Puslit Kopi Kakao dan Klon R1 dan R2 hasil sambung samping Haji malik Sendiri. Memang banyak perbedaannya, hasil sambung samping dari Haji Malik dengan kakao dari Puslit Kopi Kakao, saya menduga, kakao yang bagus ditanam di jawa, belum tentu cocok dengan iklim di Sulawesi Barat, begitu pula sebaliknya.
Haji Malik tidak hanya fokus padda kakao, didalam kebunnya juga terdapat kambing kambing yang diberi makan daun lamtoro yang tumbuh sebagai penaung tanaman kakao dan kotorannya dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman kakao.
Tanpa sengaja, saya nyeletuk mengapa Haji Malik di masa tuanya masih mau bersusah-susah hidup di kebun sepi seperti itu, padahal dari hasil pensiun dan hasil kebun seandainya didelegasikan pengelolaannya pada orang lain pasti lebih dari cukup untuk menopang hidup. ternyata, prinsip seorang penyuluh yang tidak hanya omong doang benar-benar dipegang. Jangan sampai sebagai seorang yang mengajari orang lain, tidak bisa memberi contoh nyata.. hem.. prinsip sederhana yang mengena.
Tepat sore hari saya mohon diri pada Haji Malik untuk kembali ke Makassar, dengan berat hati saya meninggalkan kebun itu, karena masih banyak hal yang ingin saya pelahjari, tapi apalah daya, saya harus mengejar bis tujuan Makassar dan kembali bekerja lagi keesokan harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H