dari batang di sayup sayup suara adzan yang berkumandang
terselip rintihan para ayah kesakitan
pacul pacul yang sudah tak lagi tajam
gabah kini mulai menghitam
dari semarang di dalam dendang pengamen jalan
aku dengar teriak para istri belingsatan
sementara para suami dikandangkan tanpa alasan
dari roban di sela-sela kicau burung berterbangan
para nelayan urunan menumpuk harapan
berharap mereka tak lagi jadi korban
ditengah himpitan riang para pemangku pemerintahan
berdesak-desakan sedih anak perawan
iseng sendiri menunggu pujaan hati
yang berjanji melingkarkan cinta dijari manisnya dengan padi
sayang kini si perjaka dibui
lantaran membela sawah buyutnya sendiri
 dan bulan pun rebah di pematang sawah
diatas jerami anak istri terbaring
rindu akan padinya yang sudah tak lagi menguning
sekuat tenaga mereka tahan isak tangisnyaÂ
semampunya sampai tersedak air mata
 suami bilang Tuhan hadir di setiap tetes hujan
karena air mata istri yang terlalu hebat untuk dibendung ini akan Dia samarkan
Â
 2015
Â
Â
Â
Sumber inspirasi :
http://www.mongabay.co.id/2015/05/19/nasib-nelayan-dan-petani-batang-di-mega-proyek-energi-kotor/
http://lbh-semarang.or.id/170/kriminalisasi-tokoh-sebagai-pola-lama-menghentikan-perjuangan-warga/
Â
Dukungan untuk warga batang :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H