Tidak seperti malam kemarin, malam jumat kemarin suara radio rnw yang selalu menemani berjualan terdengar lebih lantang berbunyi. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam lewat sedikit. Toples warna merah tempat menaruh uang penghasilan warung juga belum ramai dengan tokoh pahlawan Indonesia. Yahh alhamdulillah meski sedikit namun sudah bisa membuat tersenyum. Jalanan depan rumah juga sesekali terdengar suara knalpot motor yang berlari kencang. Entah apa yang membawanya kemari, tiba-tiba saja seorang teman datang ke warung -JanjiJhonny-. Namanya Mas Ari. Orangnya kecil dengan wajah yang bulat serta rambut yang selalu pendek.
...Huahahahaha, seko ngendi mas? Kok iso mampir mrene? Dialog pembuka kamis malam kemarin...kalimat pembuka obrolan malam itu.
Tentu saja menjadi hal yang perlu saya herankan, sebab beberapa waktu lalu ketika saya datang ke rumah untuk main, hanya “besok kapan-kapan mau mampir” yang terucap. Seorang penggila musik cadas yang kurang begitu suka dengan kopi. Padahal jika ia bisa menikmati kopi maka sempurnalah ia dengan aliran musik kesukaannya.
Vanilla coffee latte dengan topping art cokelat yang bertuliskan inisial nama usahanya Soul Legion (SL), saya buatkan khusus untuknya. Belum juga saya sempat membuat secangkir kopi untuk menemaninya mengobrol, datang teman saya berdua ke warung. Yang satu bernama Sony dan satunya lagi Mas Kethip sapaan akrab di kampung saya. Eaaaa...akhirnya ada reuni kecil antara Mas Kethip dengan Mas Ari. Dulunya mereka adalah teman semasa SMP, yang membuatkan dua gelas Teh Legomoro yang selalu menjadi favorit disini.
Lucu kalau dipikir, padahal menu utama disini adalah kopi namun kadang minuman berbahan baku utama teh dan susu justru lebih menjadi pilihan. Paling tidak ada sebuah jembatan bagi masyarakat Bantul yang belum begitu akrab dengan minuman dari kopi biji untuk mengenalkannya melalui minuman lain.
.....................
Melawan Keterbatasan
....Mau sakjane meh ngajak temen yang satu mas, tapi tadi habis dari jogja ke tempat temen terus mampir kesini. Sekalian main ketempatmu mas Jhonny...
Sebuah keinginan besar saya ingin mengetahui perjalanan Mas Ari ini dengan usaha sablon kaosnya terpenuhi malam itu. Jujur saja ketika datang pertama kali di rumahnya di Desa Sumber Batikan Bantul, ada sebuah cerita menarik nih yang bisa dibagi lewat “Secangkir KafeinISME”. Dugaan saya benar malam kemarin sedikit demi sedikit kisah hidupnya dengan Soul Legion Cloth miliknya berhasil saya korek.
Berawal dari sekolahnya di sekolah kejuruan, yang di Jogja Sekolah Musik Seni Rupa sudah memiliki nama besar. Suatu ketika ia magang pada sebuah perusahaan sablon baju. Berbekal ilmu tersebutlah ia coba membuat sendiri usaha sablon di rumahnya. Awalnya ia membuat produk untuk dirinya sendiri. Kaos polos ia sablon sesuai ide dan imajinasinya. Hingga kemudian ada seorang teman SMP yang tertarik dengan hasil karyanya. Sebuah ide untuk joinan usaha pun dimulai. Yang bikin menarik adalah mereka berdua mengawali usaha tanpa memasukkan dana awal. Hanya modal marketing conthong (marketing mulut) yang mereka jalankan. Hasil keuntungan dari penjualan sepakat mereka bagi dua dengan tetap menyisihkan sebagian rupiah untuk pengembangan alat.
Jeli membaca peluang, itu yang akhirnya menjadi order pertamanya. Waktu itu ada fenomena di Bantul, dimana anak sekolah membuat kaos bertuliskan nama sekolahnya. Di samping peluang ada permasalahan juga. Salah satunya adalah jika menggunakan nama sekolah kemudian mereka bikin dan ditawarkan ke anak-anak sekolah, bisa jadi mereka akan terkena denda royalti . Namun ia juga berpikir jika dari anak sekolah tersebut yang bikin sendiri kaos sekolahnya, tentu Mas Ari tidak perlu membayar royalti. Sebab kebanggaan semua siswa di dunai ini adalah ketika bisa membuat kaos dengan tulisan nama sekolahnya. Jika sewaktu-waktu ditanya oleh guru kenapa kok bikin kaos tersebut jawaban anak tersebut pasti “bangga”. Maka tutup sudah permasalahannya. Rejeki? Akhirnya berpihak padanya. Pelan-pelan order mulai berdatangan, entah itu kaos untuk olahraga anak sekolah, kaos merchandise anak band dan masih banyak.
...Lha modal e piro mas njenengan pas buka usaha? (Lha modalnya berapa mas sewaktu mas buka usaha)
Aku mbiyen mas modal utamaku udu duit, tapi keahlian karo yo wani nyemplung langsung (aku dulu mas modal utama bukanlah uang tapi keahlian sama ya berani terjun langsung)....
Memang benar untuk memulai sebuah usaha modal utama sesungguhnya bukanlah materi. Seperti uang yang selalu menjadi kendala banyak orang ingin memulai usaha. Niat, semangat, berani mengambil resiko, serta keahlian adalah modal pokok membangun sebuah usaha. Saya juga pernah mengalami hal tersebut, nantilah di edisi selanjutnya saya akan cerita keberanian atau justru kekonyolan saya memulai usaha -JanjiJhonny-.
Ilmu menjadi pegangannya memulai usaha. Mas Ari sudah membuktikan, bahwa dia bisa memulai usaha sablon dengan bermodal ilmu. Ilmu nyablon lho ya, belum dengan ilmu editing melalui komputer. Ngomongin komputer, malam itu ia bercerita bahwa komputer yang ada di rumahnya belum lama ia miliki. Jadi selama belum punya komputer ketika ada order untuk menyablon, dia selalu nebeng ke temannya yang memiliki komputer. Seluruh design yang berbau komputer selalu ia bawa ke tempat temannya untuk dicetak. Bahkan pernah juga suatu saat ketika mendapat order tengah malam, dengan penuh pekewuh (sungkan) ia harus ke tempat temannya untuk mencetak design yang nantinya akan di tempel di kaos. Seringnya ia merepotkan teman, pelan-pelan dari yang dulunya buta corel draw kini ia bisa kuasai.
Itu baru komputer, belum lagi alat sablonnya. Beragam teknik sablon tentu membutuhkan alat sablon yang berbeda pula. Kadang nih untuk mengeringkan cat sablon yang sudah di kaos dibutuhkan lagi alat khusus. Saya lupa namanya tapi ada kata press gitulah, mirip dengan fungsi hairdryer. Terkadang bila klien minta lebih cepat jadi, untuk finishingnya ia mampir ke tempat teman yang memiliki alat lebih lengkap. Untungnya mas rocker memiliki teman yang tulus membantu. Ini baru namanya sebuah persahabatan. Malam itu saya belajar bagaimana makna teman sejati.
Terkadang emmm bukan terkadang namun sudah keseringan mendengar saat teman sedang dalam keadaan di bawah banyak teman yang acuh. Namun saat di atas pasti ada kata yang benar njelehi (menyebalkan) keluar dari mulut : wah saiki wis sukses terus lali karo konco (wahh sekarang sudah sukses terus lupa sama teman ). Itu kata-kata yang sungguh menyebalkan. Dan kalau perlu mungkin orang yang ngomong gitu harus dilempar batu. Mau enaknya tapi tidak mau susahnya, seperti itulah kira-kira. Belum lagi dengan kata-kata “kalau aku beli produkmu aku digratisi ya?” atau “aku diharga lebih murah ya”. Sebuah kalimat yang bukan menunjukan makna sebuah persahabatan. Membantu dengan setengah hati dengan penuh pamrih. Padahal saya yakin kok jika ada seorang teman yang sedang kesusahan kemudian kita bantu dengan seikhlasnya lagi tulus, kelak pasti hutang budi itu akan terbalas. Apa yang dibangun Mas Ari dengan Soul Legionnya hingga hari ini tidak akan berjalan seperti ini tanpa bantuan dari teman. Dan beruntungnya ia memiliki teman yang selalu membantu, terutama di saat susah.
....sssrrrpp. Sambil menyruput vanilla latte yang telah dingin ia berceloteh jika baru 5 tahun ini ia nyemplung seutuhnya di dunia persablonan.
Bisnis itu butuh ketekunan serta keuletan. Mas Ari sendiri yang menceritakan kisahnya. Selama 10 tahun lalu memang ia sudah memulai. Namun masih ada sedikit berat hati yang belum bisa membuatnya menekuni bidang ini dengan sepenuh keyakinan. Cari kerja!!! Itu kata yang selalu ngetrend di bumi Indonesia. Apalagi jika hidup di pedesaan. Hhmmmm orang bisa jadi bahan omongan selama berhari-hari gara-gara tidak bekerja di luar rumah. Bahkan bisa jadi tambah seru jika ia terkena masalah.
Nyambi mburuh kalau boleh saya tulis disini kehidupan Mas Ari waktu itu. Kerja sana sini, ikut orang ke sana kesini guna menghidupi kebutuhannya. Jika banyak orang mencari uang demi hidup, berbeda dengan Mas Rocker. Ia tetap sisihkan uangnya untuk membeli peralatan.
Jaman 2005 rego frame ki ora koyo saiki mas. Wektu kui regane 35 ribu mas, dan kui wis termasuk larang mas dibanding saiki....(Jaman 2005 harga frame enggak kayak sekarang. Waktu itu harganya 35 ribu mas, dan itu itu sudah termasuk mahal dibanding sekarang)
Inovasi, lebih tepat menggambarkan apa yang ia lakukan sekarang. Perbaikan layanan dalam penyelesaian pesanan ia utamakan. Sewaktu usahanya masih awal, waktu sering menjadi kendala. Beberapa kali selalu ia gagal menepati janji untuk menyelesaikan kerjaannya. Rasa kecewa dari pelanggan menjadi pertimbangan besar darinya. Hingga akhirnya ia perlahan memperbaiki pelayanannya.
..Nek saiki aku kudu wani nekad mas. Dalam arti ngene setiap eneng order aku kudu iso nyelesaikan order secepat mungkin, jelasnya...
Hal yang dilakukan adalah mencoba berkoordinasi dengan penjahitnya apakah bisa dikerjakan cepat atau tidak. Jika bisa maka ia pun akan bergerak cepat guna memenuhi deadline pesanan. Lembur hingga pagi hari bersama satu teman yang selalu membantunya sudah menjadi menu biasa. Bila order sedang ramai, ia bisa menggandeng satu hingga dua orang temannya. Lumayanlah bisa membantu untuk mengebulkan mulut dengan tembakau. Inilah makna sebenarnya ketika berwirausaha, sekecil apapun usahamu pasti akan berdampak. Bagi usaha seperti Mas Ari, ia sudah bisa memberi job pada penjahit kepercayaannya. Ditambah dengan menggandeng teman di desanya, sudah bermakna yang ia lakukan selama 15 tahun.
Baju berlabel mewah yang saat ini Anda pakai tentu berawal dari sebuah usaha kecil yang tumbuh dengan kepercayaan pelanggannya. Itulah yang dibutuhkan sekarang oleh para pengusaha kecil seperti Mas Ari, serta banyak lagi pengusaha kecil di negeri ini. Krisis moneter yang masih belum teratasi adalah krisis kepercayaan terhadap produk dalam negeri. Selama ini banyak orang yang bangga jika memakai produk bermerk luar negeri nan terkenal. Dan secara tidak sadar apa yang kita banggakan selama ini membuat kita menjadi sapi perah bagi perusahaan tersebut. Uang yang kita kumpulkan selama satu bulan dengan senang hati kita berikan ke asing dengan imbalan produk yang harganya di luar akal. Samsung misalnya, yang dulunya bukan pesaing Nokia kini bisa tumbuh menjadi besar berkat kepercayaan masyarakat negerinya. Kenapa kita tidak bisa mempercayai produk bangsa kita? Padahal produk kita memiliki kwalitas yang sama dari merk terkenal.
Keheningan warung -JanjiJhonny- malam itu berubah menjadi suasana yang hangat. Sebuah kisah perjuangan anak manusia dari Bantul untuk merubah hidupnya patut diacungi jempol. Dan saya yakin masih banyak kisah hebat anak muda yang berani keluar dari zona aman untuk mencari penghidupan lebih baik, melalui karyanya. Semoga secangkir KafeinISME #3 ini bisa menginspirasi Anda.
...Kalau bukan sekarang kapan lagi? Kalau bukan kita siapa lagi? Sebuah jargon pemilu yang bisa menjadi renungan...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI