Kami pun bergegas mengikuti instruksi dari Pak Bambang, senior kami, kolega sekaligus tour leader siang itu. Kami diajak mengunjungi ruang yang akan digunakan pelatihan di awal tahun nanti. Semua semangat sembari sendau gurau,  pak Bambang selalu menjawab hal-hal yang menjadi pertanyaan kecil seputar insfrastruktur SMA Taruna Nusantara itu.Â
(Sumber: Doc. MGMP Sosiologi Provinsi Jawa Tengah, 06 November tahun 2018)
Tampak siang itu, Pak Bambang membawa rombongan guru Sosiologi Jawa Tengah di jalur khusus. Menuju ruang pelatihan, kami melalui fasilitas gedung olahraga indoor yang megah dan gedung Ki Hadjar Dewantara yang sarat dengan sejarah. Saat itu bertepatan akan dilangsungkannya kegiatan temu wali siswa SMA TN, sehingga banyak kegiatan persiapan tata panggung yang besar dan deretan kursi kokoh.Â
Dan pada saat melintas gedung Tokoh Pendidikan Indonesia sekaligus Pahlawan Nasional, kami menyempatkan diri berfoto ria di altar gedung tersebut. Nama tokoh besar pendidikan Indonesia di SMA Tarnus cukup diapresiasi dengan lebih. Terlebih keberadaan SMA Taruna ini tidak lepas dari Taman Siswa yang menjadi payung konsep pendidirian lembaga pendidikan yang prestisius ini.Â
Ternyata kami tidak langsung dibawa ke ruang kegiatan. Kami bergegas mengikuti aroma kuliner yang khas sekolah berasrama. Apakah itu? Adalah dapur umum. Langsung kami dipertemukan kepada dapur umumnya, Bapaknya cukup familier dan terbuka menerima kami rombongan MGMP Sosiologi Provinsi Jawa Tengah.Â
Kami pun diajak langsung masuk di ruangan makan para Taruna Tarnus ini. Ribuan lebih deretan piring, gelas, mangkuk sayur, tumpukan lauk, dan nasi putih tersaji di atas meja makan dan enam buah kursi duduk yang nyaman, "Dua untuk siswa kelas sebelas, dua untuk kelas dua belas, dan dua untuk kelas sepuluh", tutur Kepala Dapur. Ternyata di Tarnus, dalam satu meja makan saja diatur sedemikian rupa. Tidak hanya takaran gizi saja, tidak hanya keragaman menu tidak harinya, hingga siapa berperan apa, di atur dengan seksama.Â
(Sumber: Doc. MGMP Sosiologi Provinsi Jawa Tengah, 06 November tahun 2018)
"Kami disini menakar gizi yang dibutuhkan para siswa. Semua yang diberikan disini harus sudah melewati catatan uji. Bahkan dalam memilih buah-buahan, kami memilih buah yang tertutup alias aman, contohnya buah pisang," tegas Kepala Dapur sambil mempersilahkan kami duduk di ruang sudut untuk diskusi persiapan kebutuhan makan peserta pelatihan para guru sosiologi se Jawa Tengah nanti.Â
Kami berdiskusi panjang di anjungan ruang dapur itu. Ibu-ibu dengan semangatnya memilih dan memilah menu yang bergizi, menarik, dan kemungkinan disukai banyak peserta pelatihan ini. "Silahkan dibolak balik Ibu, itu semua menu yang sudah teruji gizinya, jangan hawatir," sambut Asisten Kepala Dapur dengan senyum. Kami pun tersipuh malu. Tapi tetap lanjut, Ibu-ibu siang itu memilih menu yang khas dan terjamin lezat pada saat disajikan nanti. Setelah dipilih dan dikalkulasi harga, kamipun mencapai kesepakatan.Â
Kami sebenarnya ingin melihat tradisi makan di ruang makan ini, tetapi waktu makan belum tiba. Kamipun bergegas menuju ruang pelatihan, yang sebelunya kami lakukan foto persama Kepala Dapur di anjungan ruang makan dan ruang layanan pendidikan dan pengasuhan lainnya.Â
(Sumber: Doc. MGMP Sosiologi Provinsi Jawa Tengah, 06 November tahun 2018)