Mohon tunggu...
Suhadi Rembang
Suhadi Rembang Mohon Tunggu... Guru Sosiologi SMA N 1 Pamotan -

aku suka kamu suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Karakter Masyarakat Tegaldowo

5 Desember 2015   02:02 Diperbarui: 12 Juli 2016   14:10 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koreksi tentang timbrangan yang sebenarnya adalah timbangan merupakan komunikasi kebudayaan tentang apa yang disebut tentang persoalan hubungan manusia dengan sesamanya dan persoalan hubungan manusia dengan alam. Arti kata timbangan dapat didekati dua perspektif, diantarnya ekonomi dan ekologi. Dalam konteks pembangunan ekonomi, timbangan diartikan sebagai adalah visi menuju equlitas ekonomi atau pemerataan kesejahteraan. Selanjutnya dalam konteks ekologis, timbangan dapat dimaknai sebagai etika lingkungan hidup yang arif yang diyakini para ahli memiliki kandungan makna kehidupan. Etika lingkungan yang demikian disebut ekologi berkelanjutan, yaitu pembangunan berkelanjutan yang menekankan pada kelestarian ekologis dalam politik pembangunan nasional. Melalui makna di balik dukuh Timbrangan, tatanan sosial masyarakat Tegaldowo pada dasarnya memiliki bangunan sosial seperti halnya masyarakat pada umumnya yaitu suatu visi pembangunan sosial masa mendatang yang penuh dengan muatan keadilan sosial, sebagaimana yang dijadikan dasar pada masyarakat global.

Perkembangan dukuh selanjutnya adalah dukuh Dukoh. Asal usul Dukoh, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan perkembangan pemukiman di desa Tegaldowo. Pola pemukiman di desa Tegaldowo cenderung mendekati pada sumber daya ekonomi (econimic capital). Semakin tinggi kandungan ekonomi suatu daerah, maka semakin tinggi pula perkembangan pemukimannya. Pada umumnya penduduk masyarakat Tegaldowo cenderung membangun tempat tinggal dekat dengan tempat bekerjannya. Ekologi dukuh Dukoh yang memiliki infrastruktur irigasi alam dengan tingkat kesuburan tanah yang berada tepat di kaki gunungkapur, telah menjadi pemantik tumbuh kembangnya pemukiman ini.

Dukoh iku ngene. Kono kuwi yo asale tegalan terus di enggo medhok uwong terus tambah akeh tambang akeh, terus di jenakno deso Dukoh. Tegalan, ono wong omah-omah ning kono terus kesusul tonggo tetonggo terus dadi omah kerep terus dari dukuhan Dukoh. Yen wong ndisik, medok iku ngarani iku dukoh. Coro riyin, upomo sesasi mboten mantuk, kowe kok amen dukohan ae ning tegal. Wong-wong do nusul, tanggane akeh terus di jenakke deso Dukoh, ngono.

([Asal-usul dukuh] Dukoh itu begini. Disana itu ya asalnya tegalan lalu dipakai medhok oran terus tambah banyak, terus dinamai desa Dukoh. Tegalan, ada orang yang tinggal disana lalu disusul tetangga-tetangga mendirikan rumah banyak kemudian [daerah itu] menjadi dukuh Dukoh. Kalau orang dulu, medok itu dinamai Dukoh. Kalau dulu misalnya satu bulan tidak pulang, kamu kok hanya dukuhan saja di tegal. Orang-orang menyusul, tetangganya banyak lalu dinamai desa Dukoh, begitu).*

Dukuh selanjutnya adalah Ngablak. Menurut masyarakat setempat, dukuh Ngablak pada awal mulanya merupakan perdukuhan yang memiliki potensi pertanian yang menjanjikan. Areal sawahnya subur dengan topografi tanah yang landai. Penduduk yang tinggal di dukuh ini selalu berlimpah hasil padi saat musim hujan, dan berlimpah polowijo pascamusim padi. Namun dalam perkembangannya, perdukuhan ini mengalami gagal panen karena irigasi harus dibagi dengan perdukuhan lainnya. Pola hidup yang selalu berlimpah ini seakan tidak siap menghapadi bencana gagal panen. Yang terjadi kemudian adalah beberapa petani selalu protes dengan aturan pembagian irigasi yang merugikan. Protes selalu dilakukan hingga penduduk Tegaldowo memberi perdukuhan itu adalah Ngablak.

Desa yang menggunakan istilah Ngablak sebagai nama desanya dapat ditemui di beberapa wilayah. Beberapa desa tersebut adalah desa Ngablak di Kabupaten Magelang, desa Ngablak kabupaten Pati, dan desa Ngablak di kabupaten. Ngablak kerap kali diartikan membuka mulut atau berbicara. Pemukiman yang memiliki nama ngablak biasanya juga daerahnya sering terjadi perselisihan gagasan. Hal ini dapat dilihat dinamika sosial yang terjadi di desa Ngablak Kabupaten Pati yang kerapkali terjadi sengketa karena kasus penguasaan sumber daya alam dengan desa tetangga.

Berdasarkan deskripsi di atas, asal-usul dukuh Dowan, Nglencong, Timbrangan, dan Ngablak, dukuh Dukoh, relatif memiliki kesamaan yaitu terhubungkan dengan ekologi. Berbeda dengan dukuh Ngelo yang memiliki keunikan tersendiri. Istilah Ngelo didapat dari gaya berbicara yang seakan-akan bicara sambil makan. Masyarakat mengindentikkan, orang Ngelo itu seakan-akan mulutnya banyak makanannya pada saat bicara. Menurut masyarakat setempat, orang Ngelo terkesan meremehkan orang lain pada saat berbicara.

Ngelo niki mergane yen wong kono omongan iku koyok molo-molo. Mulane dik jenakno dukuh Ngelo. Timbangane karo Ngelo, omongane wis bedo

(Ngelo ini karena kalau orang sana bicara itu seperti bicara sambil makan. Makanya dinamai deso Ngelo. Jika dibandingkan desa Dukoh, orang Ngelo bicaranya [logat bahasa] sudah berbeda).*

Dukuh selanjutnya adalah Karanganyar. Penamaan dukuh Karanganyar memiliki asal usul yang berbeda dengan dukuh-dukuh lainnya. Nama Karanganyar merupakan padanan kata dari pemukiman baru. Pemukiman baru ini berdiri sejak tahun 1997. Dukuh Karanganyar dilatarbelakangi ledakan penduduk Tegaldowo yang tidak mampu ditampung pada dukuh-dukuh yang ada. Solusi cepat dalam mengatasi kekurangan lahan pemukiman adalah mengalihfungsikan areal persawahan menjadi pemukiman.

Karanganyar iku kan deso mburi. Dijenakno Karanganyar iku mergane desane anyar. Asale kuwi sawahan. Iku lak lagek bloko leh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun