Begitulah perjalanan panjang Sophie mengarungi filsafat yang ternyata pelajaran tersebut sebenarnya ditujukan untuk Hilde oleh Ayahnya. Di ending tidak dijelaskan apapun perihal keberadaan Sophie setelahnya. Begitupun Hilde dan Ayahnya. Tapi saya punya kesimpulan yang cukup menarik bahwa Hilde dan ayahnya pun hanyalah karakter fiksi. Saya memiliki pandangan ini berdasarkan peristiwa ketika Sophie mampu melihat wujud penciptanya. Seakan-akan menjelaskan bahwa Hilde dan Sophie merupakan suatu wujud yang tercipta karena pikiran penulis. Ayah Hilde menciptakan Sophie, Jostein Gaarder menciptakan Hilde dan ayahnya. Sepertinya sosok yang jahil dan menjengkelkan adalah sang pencipta novel ini sendiri. Jostein Gaarder.Â
Sophie fiktif?
Akhirnya saya menyadari mengapa novel unik ini diberi judul "Dunia Sophie". Tentunya karena semua hal yang dialami Sophie hanya terjadi di dunianya yang penuh ironi. Karya semacam ini mungkin bisa disebut sebagai karya semi-fiksi, karena tokoh-tokoh di dalam cerita menyadari bahwa mereka hanyalah sosok yang tak pernah ada. Tapi, ada satu hal yang bisa menegaskan bahwa Sophie dan segala tokoh di dunianya bukanlah sekadar khayalan. Cogito Ergo Sum atau bermaknaÂ
"Aku berpikir, maka aku ada."Â
Landasan berpikir yang dibangun oleh Rene Descartes sebagai salah satu filosof terbesar era modern. Lalu, apakah Sophie hanyalah segumpal khayalan? Atau malah makhluk tak kasat mata yang bisa berpikir?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H