Mohon tunggu...
Erza Heksa Arifin
Erza Heksa Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Universitas Abal-Abal yang Dosennya Tidak Bermutu

I think, therefore I am

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rohana Koeddoes & Soenting Melajoe: Romantisme Kausalitas, Wartawan Perempuan Pertama dan Surat Kabar Perempuan Pertama

10 Juli 2024   01:54 Diperbarui: 15 November 2024   14:45 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa Rohana Koeddoes?

Rohana Koeddoes, Roehana Koeddoes, atau Roehana Koedoes adalah variasi ejaan nama dari seorang wanita asal tanah Minangkabau, tepatnya di Koto Gadang, kabupaten Agam yang lahir pada 20 Desember 1884. Nama aslinya adalah Siti Rohana. Rohana semenjak kecil sudah hidup dalam lingkungan keluarga yang intelek dan melek buku. Ayahnya, Moehammad Rasjad Maharaja Soetan yang adalah seorang Jaksa Kepala, menjadi sosok penting dalam kemajuan intelektual Rohana. 

Ayahnya menyediakan buku-buku dan surat kabar untuk dibaca dan dipelajari oleh Rohana. Ia pernah diajari membaca, menulis, dan merajut oleh tetangganya hingga pengetahuan dan keterampilannya meningkat pesat. 

Rohana begitu gemar membaca buku. Ia memiliki kebiasaan unik membaca buku dengan suara yang keras sehingga terdengar oleh orang-orang sekitar. Kebiasaan uniknya inilah yang menarik minat masyarakat sekitar untuk ikut belajar membaca. Hal ini menjadi gerbang pembuka bagi Rohana untuk selanjutnya berperan besar dalam dunia pendidikan perempuan dan pers perempuan di Indonesia.

Pendirian Keradjinan Amai Setia (KAS)

Ia mendapat nama belakang Koeddoes setelah menikah dengan Abdul Koeddoes pada 1908. Sang suami begitu mendukung minat istrinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Sebelum menikah, Rohana sudah mendirikan sekolah sekadarnya di teras rumahnya. 

Ia mengajari anak-anak setempat dan ibu-ibu muda baca tulis serta mengajari mereka kerajinan seperti menyulam. Perjuangan Rohana berlanjut pada tahun 1911 dengan mendirikan Kerajinan Amai Setia (KAS), sebuah sekolah yang awalnya hanya memberikan pengajaran perihal menyulam, menjahit, menenun, dan lainnya, kemudian juga menyediakan pendidikan baca tulis, pelajaran agama, dan bahasa Belanda. 

Sekolah ini mendapat pengakuan badan hukum dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915 (Darwati, 2022). Sumber yang lain menyebutkan bahwa KAS didirikan pada 11 Februari 1914 (Wulandari, 2017). KAS menjadi sentral pengrajin yang bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga penjualan mereka selain ke kota-kota besar, produk hasil kerajinan juga dijual ke luar negeri.

Soenting Melajoe yang Fenomenal

Selain mengajar, Rohana begitu suka untuk menulis. Ia sempat menjadi kontributor surat kabar Poetri Hindia beberapa kali sebelum surat kabar itu ditutup karena suatu masalah. Ia kemudian menyurati pemimpin redaksi surat kabar Oetoesan Melajoe, Soetan Maharadja. Melalui surat itu Rohana meminta permohonan kepada Soetan untuk membuatkan surat kabar khusus perempuan. Soetan yang menyetujui hal itu langsung merilis surat kabar bernama Soenting Melajoe yang pertama kali terbit pada 10 Juli 1912. 

Nama Soenting atau Sunting merujuk pada hiasan kepala tradisional berbahan emas untuk wanita. Soenting Melajoe bisa juga diterjemahkan sebagai "Mahkota Melayu". Sunting sepertinya juga plesetan dari kata "menyunting" yang berarti memperbaiki atau mengoreksi.

Rohana kemudian diangkat menjadi pemimpin redaksi dan dibantu oleh Zoebaidah Ratna Djuwita--putri Soetan Maharadja--sebagai partnernya. Soenting Melajoe dianggap sebagai surat kabar perempuan pertama karena Redaktur dan para penulisnya adalah perempuan semua. Rohana menyampaikan, bahwa meningkatkan intelektualistas perempuan Indonesia melalui bahasa melayu adalah tujuan dari dibentuknya Soenting Melajoe (Darwati, 2022). 

Soenting Melajoe banyak memuat hal-hal yang sarat akan masalah di kehidupan perempuan seperti poligami, perceraian, pendidikan bagi wanita, dan banyak lainnya. Melalui surat kabar ini, banyak wanita yang sudah menikah maupun gadis single mengutarakan pemikirannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun