Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Saat Malam Selepas dari Langgar Desa

22 Mei 2018   23:12 Diperbarui: 22 Mei 2018   23:20 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi langgar, dok google.com/image

Tiba-tiba entah darimana sosok putih itu sudah menghadangku dari depan. "Ya Allah... Ya Allah itu apa?". Seketika bacaan ayat kursi keluar keras dari mulutku dan laju sepedaku terhenti tiba-tiba seraya sosok itu menghentikannya. Aku langsung teriak seketika memanggil ibuku namun sosok itu langsung mengambil sepedaku dan berkata dengan parau sambil terbatuk-batuk, "Kamu loh aku panggil daritadi tuh karena sepedamu salah Er!".

Astagfirullah! Seketika aku sadar di hadapanku adalah Nita teman sekolahku. Ia masih lengkap memakai mukena putih untuk mengejarku karena sepeda kami tertukar. Seketika tubuhku yang lemas mendadak konyol mengingat kejadian tadi. Nita yang saat itu sedang sakit tenggorokan seakan menjadi "Mak Lampir" memanggilku parau. Kamu tahu kan suara kekehan mak lampir? Ya seperti itu. Dan pantas saja sepeda yang aku pakai ini beda saat di gowes karena rupanya ini adalah sepeda mini Nita yang ku sambar tanpa melihat-lihat lagi perbedaann.

"Kamu kalau mau menukar sepeda gak apa-apa Er, aku ikhlas kok" kekek Nita dengan suara paraunya persis mak lampir.

"Enak aja" jawabku singkat sambil bertransaksi menukar sepeda kami.

Setelah mengucapkan terima kasih dan melanjutkan pulang, ada perasaan lega saat atap rumah pakde dan bude terlihat di mata. Alhamdulillah itu artinya rumah semakin dekat. Setelah sampai rumah tiba-tiba teringat aroma melati khas yang tadi sempat tercium di hidungku. "Apa selain Nita ada sosok yang benar-benar mengikutiku ya?" aku bergumam seraya bergidik kembali walau tak seheboh tadi. Setelah mencuci kaki tangan, tiba-tiba aroma melati khas tersebut tercium kembali dan itu berasal dari dapur. Dengan perlahan-lahan kususuri dapur dan voilaaaa ada bude yang sedang merebus.

"Bude sedang memasak apa?" sambil meyakinkan kembali apa itu bude atau bukan karena lampu dapur tak bisa dibandingkan dengan lampu jalanan, sama saja redupnya.

"Ini loh bude buat teh melati sereh pakai gula batu yang diberikan ustad Agus"

Oaaaaalaaaaah,,,,, seketika aku berteriak sambil menepuk dahi.

Tahu kan maksudnya????

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun