Arlojiku seakan mengejekku saat aku menatapnya, sudah menunjukkan jam 20.00 namun tidak ada tanda-tanda Widya. Akhirnya aku putuskan untuk pulang. Tak terasa di perjalanan pulang air mataku menetes seakan-akan hatiku perih teriris akan ketidakpastian ini.
Oh tidak, mengapa aku menangis? Padahal dia gadis yang belum pernah aku temui... dia seperti bayangan... dia .... ah tega sekali...
“Hei Lan, kamu tidak sadar, kamu juga pernah membuat hal seperti ini... ya kamu tega membuat janji yang tak pernah untuk ditepati.. kepada siapa? Ya kepada Arum!”
Tiba-tiba ada sesuatu yang mengingatku akan hal itu... Oh Lano kamu memang tega... apakah ini karmamu... kamu pun pernah membuat sesuatu hal yang membuat gadis manis itu berharap kepadamu hingga kamu akhiri secara tiba-tiba...
Oh Tuhan maafkan aku...
Pukul 23.00 hapeku berdering, “Mas Lano, Widya minta maaf, tadi Widya harus membatalkan pertemuan kita karena ayah ibu Widya mempertemukan Widya dengan laki-laki pilihan mereka”
Aku tersentak seakan jantungku berhenti sejenak... ada apa ini? Mengapa ini terjadi... seperti kisah khayalan.. jatuh cinta dengan bayangan seseorang yang sama sekali belum pernah bertemu lalu aku pun ditinggalkan olehnya... sebuah bayangan orang yang aku cintai...
Aku menangis, aku mematikan hapeku... oh Tuhan mengapa ini terjadi kepadaku???
~~0~~
Widya mengetik hapenya dan memberikan pesan, “Maafkan aku ya mas Lano, walau kita belum pernah bertemu, rasanya aku sudah menjadi bagian dalam hidupmu, aku berharap kamu ikhlas untuk hubungan yang tidak sampai ini”
Entah mengapa Arum merasa lega... ya dia telah membalaskan dendamnya kepada Lano.. Widya memang hanya bayangan... bayangan akan diri Arum yang tidak disadari oleh Lano.... Arum tersenyum dan seakan merasakan kemenangan, dia memang tak pantas untuk diputuskan oleh laki-laki seperti itu karena Lano masih menyimpan bayangannya dalam diri Widya yang tak disadarinya adalah Arum sendiri...