Mohon tunggu...
Erwin Septi W.
Erwin Septi W. Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari ilmu dan ridho Allah

If we are willing to do the possibilities, then impossible is nothing. (Siauw, 2012 : 127)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kembalinya Taliban di Afghanistan, Angin Segar Bangkitnya Daulah Islam?

18 September 2021   21:01 Diperbarui: 18 September 2021   21:05 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai Ibu Kota Afghanistan, Kabul, jatuh kembali ke tangan kelompok Taliban tepatnya pada Minggu (15/8/2021) -- negeri ini diproyeksikan mengalami krisis multidimensi termasuk potensi krisis ekonomi (suara.com, 18/8/2021). Hal ini dilatarbelakangi banyaknya respon kontra dunia internasional seperti Amerika Serikat, dan negeri-negeri Muslim juga warga Afghanistan sendiri atas pendudukan Taliban. Imbasnya, lembaga-lembaga bantuan dana internasional pun turut memblokir akses dana ke Taliban.

Seperti IMF yang menegaskan tidak akan mencairkan dana US$450 juta atau Rp 6,49 triliun (kurs Rp 14.412/USD) yang dijadwalkan dikirim pekan depan. Dikutip dari cnnindonesia.com (19/8/2021), IMF mengatakan Afghanistan tidak dapat mengakses dana Hak Penarikan Khusus atau Special Drawing Rights karena belum mendapat pengakuan atas pemerintahannya sekarang. Jika ditelisik lebih lanjut, langkah itu tidak lain juga diaktori AS lewat Departemen Keuangannya yang tidak rela melepaskan dana setelah pemerintahan Afghanistan yang didukung AS digulingkan kelompok muslim Taliban.

Hal serupa kemudian diikuti World Bank (Bank Dunia). Dilansir dari kompas.com (25/8/2021), World Bank sebelumnya bermaksud mengirim bantuan dana lebih dari 5,3 USD untuk Program Dana Rekonstruksi Afghanistan. 

Dengan alasan kekhawatiran atas nasib perempuan di bawah Taliban, saat ini World Bank menangguhkan dukungan bantuan tersebut. Hingga kini kondisi dalam negeri Afghanistan makin guncang dengan ditutupnya bank-bank dan bursa keuangan utama Sarai Shahzada di Kabul, serta dikosongkannya ATM di kota-kota. 

Bersamaan dengan kondisi ekonomi yang demikian, krisis kemanusiaan juga menjadi polemik. Penduduk Afghanistan terancam kelangsungan hidupnya karena sulitnya akses uang, makanan, bahan bakar, hingga tempat tinggal.

Demikian yang terjadi pada negeri dengan sumber cadangan mineral cukup tinggi taksirannya. Seperti diketahui, Afghanistan menyimpan cadangan mineral senilai hampir 1 triliun USD. Dan salah satu yang paling utama, terdapat cadangan lithium terbesar dunia. (cnnindonesia.com, 19/8/2021) Bukan tidak mungkin jika negara-negara asing tidak tertarik menguasai potensi besar ini. Mengingat cadangan mineral utamanya tersebut dibutuhkan bagi perekonomian abad 21. Seperti ungkapan Dubes Afghanistan di Washington DC bahwa mantan presiden AS Donald Trump yang baru saja digulingkan mengaku sangat tertarik dengan potensi ekonomi Afghanistan. Pada pertemuan di Gedung Putih Trump juga pernah mendesak agar AS harus menuntut bagian dari kekayaan mineral Afghanistan sebagai timbal balik atas bantuan AS untuk pemerintah Afghanistan.

Cukup logis menjelaskan alasan negara adidaya pun negara-negara asing menjalin kerjasama hingga turut mengintervensi urusan dalam negeri suatu negara. Seperti halnya kasus Afghanistan ini. Dengan entengnya suatu negara kapitalis menugaskan ratusan ribu pasukan militernya dan menghabiskan 45 miliar dolar per tahun secara cuma-cuma. Tentu selain alasan perluasan kekuasaan/pelebaran pengaruh, jelas orientasi materi yang disasar.

Untuk itu, sejak misi penggulingan Taliban di rezim pertamanya (2001) oleh Barat -- yang dipimpin AS - berhasil, AS terus memperkuat posisi dengan menambah ribuan pasukan militer. Hingga kemudian menarik kembali pasukan secara bertahap setelah terbunuhnya Osama bin Laden dan juga usai Perjanjian Doha yang diikuti penguasaan Afghanistan oleh rezim kedua Taliban.

Sanksi Ekonomi AS terhadap Taliban

Salah satu tantangan terbesar bagi pemerintahan Taliban adalah krisis uang tunai di negara tersebut. Taliban kekurangan akses ke miliaran dollar dari bank sentral mereka dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang akan membuat negara itu tetap berjalan selama pergolakan yang bergejolak. Dana tersebut sebagian besar dikendalikan oleh AS dan lembaga internasional.

Kelompok yang menguasai Afghanistan pada 15 Agustus saat ini tidak memiliki struktur institusional untuk menerima uang itu--- sebuah tanda tantangan yang mungkin dihadapinya ketika mencoba untuk mengatur ekonomi yang telah mengalami urbanisasi dan meningkat tiga kali lipat sejak terakhir mereka berkuasa di negara tersebut dua dekade lalu.

Kekurangan itu dapat menyebabkan krisis ekonomi yang kemudian memicu krisis kemanusiaan yang lebih dalam bagi sekitar 36 juta warga Afghanistan.

Bukan Kemerdekaan yang Hakiki

Meskipun pada akhirnya Taliban kembali berkuasa dengan tujuan mendirikan negara yang berlandaskan Islam, namun yang patut menjadi catatan bahwa keberhasilan mereka belumlah menunjukkan kemerdekaan yang hakiki. Intervensi Barat yang tercermin dari berlangsungnya perjanjian Taliban-AS, menunjukkan adanya kompromi antar-keduanya. Padahal, jelas Islam melarangnya. Islam melarang campur tangan sistem non-Islam buatan manusia untuk mengatur umat. Islam juga melarang menjadikan musuh Islam sebagai teman maupun penolong. Seperti firman Allah SWT. dalam QS. Al-Mumtahanah (1 ) dan QS. Al-Mujadalah (22), yang artinya:

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia." (QS. Al-Mumtahanah : 1)

"Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya..." (QS. Al-Mujadalah : 22)

Telah jelas seruan tersebut dalam Kitab Suci umat Islam. Meski demikian, umat masih sering terperdaya oleh tipu daya musuh-musuh Allah itu. Dengan dalih perdamaian, keamanan kawasan, HAM, hak-hak perempuan, dan lain sebagainya, mereka berhasil merebut simpati umat. Alhasil, umat terpecah belah dan terbelenggu dalam liang kemerosotan. Begitulah sebenarnya yang diinginkan musuh agar kekuasaan mereka tidak terganti. Allah telah memperingatkan dalam Al-Quran :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian di mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Ali-Imran : 118)

Jelas sudah intervensi Barat kala Daulah Islam tegak dahulu mampu merubah tatanan Islam. Dengan sentimen separatisme yang mereka sebarkan dari markas mereka di berbagai wilayah akhirnya mampu mengubah akidah ribuan anak-anak Muslim menjadi kafir, dan juga merubah interaksi sosial yang terbangun Islami menjadi interaksi yang berjalan sesuai aturan-aturan kufur.

Demikian juga yang kembali dilakukan oleh Barat di Afghanistan. Mereka sebarkan isu radikalisme dan terorisme yang dituduhkan pada kelompok-kelompok Islam ideologis agar umat menjauh dan beralih mendukung ide-ide mereka. Kemudian secara perlahan dikuasai lah umat oleh sistem Barat.

Umat Perlu Mencontoh Metode Dakwah Rasulullah

Catatan berikutnya, keberhasilan Taliban dalam upaya menegakkan Islam di Afghanistan semestinya perlu mencontoh metode dakwah yang diajarkan Rasulullah SAW. Al `Alamah Ays-Syeikh Taqiyuddin an Nabhani menjadikan thariqah dakwah nabi sebagai standarisasi keberhasilan dakwah. Sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam salah satu Kitab Mu`tamadah.

Tahapan pertama dimulai sejak Beliau shallallahu 'alaihi wasallam diutus menjadi rasul dan diperintahkan untuk menyampaikan dakwah Islam. Beliau mulai mengajak masyarakat untuk memeluk Islam ketika turun firman Allah:

"Hai orang yang berselimut!, bangunlah! dan berilah peringatan!." (QS. Al-Muzammil : 1-2)

Beliau mengumpulkan orang-orang yang beriman kepada Beliau, mengajari mereka Al-Quran, membentuk kepribadian mereka, serta mengutus beberapa sahabat yang dianggap sudah mumpuni untuk membantu menyebarkan Islam di kalangan keluarga mereka masing-masing. Dan semua itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Sembari menunggu instruksi Allah untuk langkah kedepan.

Tahapan kedua mulai digencarkan oleh Rasulullah dan para sahabat tatkala turun firman Allah:

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik! " (QS. Al-Hijr : 94)

Maka sejak saat itu Beliau beralih dari fase sembunyi-sembunyi menuju fase terang-terangan, yaitu langsung menyeru masyarakat seluruhnya. Pada fase kedua ini mulailah terjadi interaksi dan pergolakan ditengah-tengah masyarakat (tafa`ul wa al kifaah). Rasulullah dan para sahabat hasil didikan beliau mulai mengkritik dan menyerang adat istiadat jahiliyyah mereka, keyakinan-keyakinan kufur, serta tradisi jahiliyyah yang rusak. Maka terjadilah pertarungan dan pergolakan pemikiran antara Islam dengan kesyirikan.

Pada fase kedua dalam marhalah ini, Allah banyak menurunkan hujjah untuk Rasulullah dari berbagai bidang kehidupan. Aqidah, sosial, ekonomi, adat istiadat, dan lain sebagainya untuk mengkritik dan menyerang kebiasaan orang-orang jahiliyyah.

Tahapan ketiga bermula pada saat baiat aqobah yang kedua, yaitu baiat perang. Dimana pada baiat ini telah mengukuhkan Rasulullah sebagai pemimpin negara Islam (Daulah Islamiyyah) yang berpusat di Madinah.

Ketiga marhalah dakwah yang Rasulullah lakukan dahulu adalah sebuah hukum syara` yang wajib diikuti oleh siapapun dan kapanpun. Sebab tujuan dakwah adalah menyebarluaskan Islam dan meninggikan kalimatul Muslimin, agar umat manusia meninggalkan kehidupan jahiliyyah dan bergegas menuju sistem Islam. Akan tetapi, dalam konteks dakwah modern, ketiga tahapan ini pasti dan semestinya mempunyai ciri khas yang berbeda dengan yang Rasulullah lakukan, dalam hal uslub/washilah. Sedang esensinya tidak boleh berubah. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

Referensi :

Suara.com. 2021. Detik-detik Pasukan Taliban Kuasai Ibu Kota Kabul, Warga Panik dan Bandara Penuh. Diakses dari : https://www.suara.com/news/2021/08/16/104545/detik-detik-pasukan-taliban-kuasai-ibu-kota-kabul-warga-panik-dan-bandara-penuh?page=allv . Diakses pada 26 Agustus 2021.

CNN Indonesia. 2021. IMF Tahan Dana Rp 6 T untuk Afghanistan Usai Dikuasai Taliban. Diakses dari : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210819103531-78-682317/imf-tahan-dana-rp6-t-untuk-afghanistan-usai-dikuasai-taliban . Diakses pada 27 Agustus 2021.

Kompas.com. 2021. Bank Dunia Setop Pendanaan Proyek di Afghanistan Setelah Taliban Berkuasa. Diakses dari : https://www.kompas.com/global/read/2021/08/25/131139870/bank-dunia-setop-pendanaan-proyek-di-afghanistan-setelah-taliban-berkuasa . Diakses pada 27 Agustus 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun