Pagi sudah menjelang
Suara alam begitu riang
Menandakan kebahagiaanÂ
Yang sudah nampak di depan
Kuayunkan langkah dengan pasti
Kuayunkan langkah dengan berani
Menatap sang waktu
Di pagi itu
Langkahku terhenti dan bergetar
Nampak pintu harapan,
Begitu megah laksana candi Borobudur
Begitu indah pintu itu, bak berlian
Kutatap pintu itu
Kupandangi kemegahannya
Terselip rasa duka
Yang sempat membuatku pilu
Nampak butiran mutiara, jatuh
Bagaikan hujan gerimisÂ
Seolah hujan itu, ingin menghapus
Semua rasa yang sebelumnya tumbuh
Di saat pintu di depankuÂ
Harapan nyata jelas kulihat
Tak ku temukan, belaian lembutmu
Yang selama ini kulihat
Setahun yang lalu
Masih kulihat senyum mu
Setahun yang lalu kulihat bayangmu
Kini,..... hanya namamu
Ibu....
Harapanmu telah ku genggam
Kupersembahkan untukmu
Walaupun, tanpa senyum
Tuhan...
Ampunilah dosa ibuku
Tanpa beliau takkan pernah diriku mampu
Berdiri didepan pintu harapan
Tuhan......
Hanya doa yang bisa ku persembahkan
Untuk ibuku
Yang selalu ku rindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H