Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kemayoran: Kenangan Bandara Internasional Pertama di Indonesia

2 Juli 2024   14:49 Diperbarui: 2 Juli 2024   20:18 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandar Udara Internasional Kemayoran pada tahun 1974 | sumber gambar: Arsip Pak Wiweko Soepono/Arsip Nasional Republik Indonesia

Mendengar kata "Kemayoran" mungkin sekarang lebih identik dengan suatu daerah di Jakarta, di mana terletak Expo Center terbesar di Jakarta yang sering digunakan untuk event-event besar seperti Pekan raya Jakarta atau Java Jazz. Namun tahu kah anda jika Kemayoran dulunya adalah sebuah Bandar Udara di Kota Jakarta? Bahkan Bandara Kemayoran merupakan Bandara Internasional pertama yang ada di Indonesia.

Hari itu adalah hari Sabtu, tanggal 20 Juni Tahun 1992. Pada pagi hari tersebut di pukul 09.30 dini hari, Presiden Soeharto secara resmi membuka Pekan Raya Jakarta yang ke-25. Uniknya Pekan Raya Jakarta kali ini digelar di suatu tempat yang baru dan berbeda dari tempat di mana dulu Pekan Raya Jakarta sering diadakan, yaitu di Monas. Pekan Raya Jakarta yang ke-25 yang diadakan pada 20 Juni, 1992 kali ini mengambil tempat di lokasi baru yaitu di Jakarta Internasional Expo yang merupakan Expo Center terbaru dan terbesar di Jakarta yang baru saja didirikan.

Lokasi tempat Jakarta Internasional Expo ini didirikan dan merupakan tempat diadakannya Pekan Raya Jakarta yang ke-25, tidak lain merupakan lahan bekas Bandar Udara di kota Jakarta, yakni? lahan bekas Bandar Udara Kemayoran atau yang sejak saat itu lebih identik dikenal dengan julukan daerah "Kemayoran" saja dan sudah tidak lagi beroperasi menjadi Bandar Udara di Jakarta sejak beroperasinya Bandar Udara Soekarno-Hatta di daerah Cengkareng, Tangerang pada tahun 1985. Sejak saat itu pula sedikit demi sedikit lahan bekas lokasi Bandar Udara Kemayoran ini mulai dibangun dan dirubah dari Bandar Udara menjadi pusat perkotaan baru yang dinamakan "Kota Baru Bandar Kemayoran" sejak awal dekade 1990an.


Awal Berdirinya Bandara Kemayoran

Pembangunan Bandara Kemayoran pada tahun 1937 | sumber gambar: aviahistoria.com
Pembangunan Bandara Kemayoran pada tahun 1937 | sumber gambar: aviahistoria.com

Awal rencana pendirian Bandara Kemayoran ini sebenarnya digagas dari era ketika Belanda masih menduduki Indonesia pada tahun 1934. Ketika itu pemerintahan Hindia-Belanda menggagas rencana untuk membangun lapangan terbang guna diperuntukan untuk kepentingan umum atau untuk penerbangan komersial, mengingat pada dekade 1930an merupakan boomingnya era industri penerbangan, di mana transportasi udara mulai menjadi moda transportasi terbaru dan tercepat guna menjangkau satu tujuan dan tujuan lain. Tidak heran jika di tahun tersebut industri-industri penerbangan mulai dilahirkan.

Pada waktu itu sebenarnya di Batavia atau Jakarta sekarang, sebenarnya sudah ada lapangan terbang yang terletak di daerah Cililitan, yang kelak dikemudian hari akan lebih dikenal sebagai "Bandar Udara Halim Perdanakusuma" dan merupakan basis operasional maskapai Belanda  Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM) dan maskapai Hindia Belanda Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM). Namun lokasi Lapangan Terbang Cililitan dilihat kurang strategis karena terletak di pinggiran kota dan karena militer udara Hindia Belanda juga berbasis di Lapangan Terbang Cililitan, maka operasional penerbangan sipil juga harus berbagi dengan militer udara Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda pada akhirnya memutuskan untuk memilih daerah Kemayoran yang terletak di utara Jakarta, dan ketika itu masih menjadi daerah rawa, persawahaan dan pemukiman penduduk, untuk dibangun Bandar Udara yang akan digunakan untuk operasional penerbangan sipil maskapai KNILM Hindia Belanda.

Bandara Kemayoran ketika awal beroperasi pada tahun 1940 |  sumber gambar: Airliners.net
Bandara Kemayoran ketika awal beroperasi pada tahun 1940 |  sumber gambar: Airliners.net

Nama "Kemayoran" sendiri konon berasal dari kata "Mayoran" yang mana menggambarkan sebagai tanah atau daerah yang berdekatan dengan area "Weltevreden" atau tempat tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran kota Batavia pada waktu itu. Nama "Kemayoran" sendiri pertama kali dicetuskan oleh Isaac de l'Ostal de Saint-Martin yang merupakan seorang Perancis dan juga komandan pasukan VOC dan merupakan tuan tanah yang memiliki sebidang tanah di daerah Kemayoran yang juga merupakan tempat tinggal Isaac hingga akhir hayatnya pada tahun 1696. Namun nama "Kemayoran" baru dikenal luas oleh publik pada 24 February 1816, ketika nama "Mayoran" muncul untuk pertama kalinya di suatu Iklan di surat kabar "Java Government Gazette" yang menyebutkan sebuah tanah di daerah dekat Weltevreden.

tanggal 8 Juli Tahun 1940, Bandar Udara Internasional Kemayoran pada akhirnya secara resmi dibuka dan diresmikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun dua hari sebelum dibukanya Bandara Kemayoran, pemerintah Hindia Belanda telah menguji coba fasilitas di Bandara Kemayoran ini, terutama landasan dari Bandara Kemayoran dengan melakukan penerbangan jarak pendek pesawat Douglas DC-3 milik KNILM dari Lapangan Terbang Tjililitan menuju Bandara Kemayoran. Dua hari kemudian setelah peresmiaan dan pembukaan Bandara Kemayoran secara resmi, pesawat Douglas DC-3 KNILM ini pula lah yang digunakan untuk penerbangan dari Bandara Kemayoran, Jakarta menuju Australia.

Gerbang Udara Internasional di Indonesia pun secara resmi beroperasi tepat pada 8 Juli Tahun 1940, yaitu Bandar Udara Internasional Kemayoran.


Perang Dunia Kedua dan Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Pesawat Angkatan Udara Kekaisaran Jepang di Bandara Kemayoran ketika Jepang menduduki Indonesia di tahun 1942 | sumber gambar: flickr.com
Pesawat Angkatan Udara Kekaisaran Jepang di Bandara Kemayoran ketika Jepang menduduki Indonesia di tahun 1942 | sumber gambar: flickr.com

Sayang tepat pada tahun diresmikannya Bandar Udara Kemayoran pada tahun 1940, Nazi Jerman yang merupakan kekuatan poros pada perang dunia kedua berhasil menginvasi dan menduduki Belanda, sehingga membuat wilayah Hindia Belanda menjadi wilayah penting bagi Kerajaan Belanda. Operasional pesawat-pesawat KLM pun dialokasikan dari Bandar Udara Schipol di Amsterdam, Belanda yang ketika itu sudah diduduki oleh Nazi Jerman menjadi ke Bandar Udara Kemayoran di Jakarta, yang kala itu masih dikenal sebagai Batavia.

Namun nasib apes harus kembali dialami oleh pemerintahan Belanda dan Pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1942 atau dua tahun setelah Nazi Jerman berhasil menduduki Belanda, Jepang pun turut menginvasi dan menduduki pada tahun 1942. Bandara Kemayoran pun turut menjadi target invasi dari pasukan Kekaisaran Jepang dan setelah pasukan kekaisaran Jepang berhasil menduduki Kota Batavia, Bandara Kemayoran pun secara otomatis juga turut dikuasaii oleh pasukan Kekaisaran Jepang dan dialihfungsikan sebagai Pangkalan Udara pasukan Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda.

Pada saat perang dunia kedua, Pangkalan Udara Kemayoran memainkan peran yang krusial bagi Pasukan Kekaisaran Jepang dan merupakan basis Pangkalan Udara utama mereka selama menduduki Indonesia.


Kemerdekaan Tahun 1945 dan Perang Kemerdekaan

Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta tiba di Bandara Kemayoran pada tahun 1945 | sumber gambar: History.com
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta tiba di Bandara Kemayoran pada tahun 1945 | sumber gambar: History.com

Pada Agustus Tahun 1945, Pasukan Kekaisaran Jepang pada akhirnya menyerah pada pasukan Sekutu, tepat setelah dua kota Jepang Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh Amerika Serikat dan pada 17 Agustus tahun 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada saat Pasukan Kekaisaran Jepang mundur dari Indonesia, banyak dari pesawat-pesawat Angkatan Udara Kekaisaran Jepang yang ditinggalkan di Bandara Kemayoran. Pesawat-pesawat inilah yang kelak akan dipakai oleh pasukan-pasukan tentara Indonesia yang baru dibentuk, untuk kekuatan udara dalam rangka pertempuran kemerdekaan melawaan Kerajaan Belanda yang berusaha menduduki kembali Indonesia.

Pada 14 Agustus tahun 1945 atau tiga hari sebelum kemerdekaan Indonesia, Bandara Kemayoran juga menjadi saksi bisu kedatangan Soekarno, Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat sepulangnya dari kunjungan singkat ke Dalat, Vietnam dan diasmbut meriah oleh pemuda-pemuda Indonesia di Bandara Kemayoran.

Pesawat-Pesawat Angkatan Udara Negara-Negara Sekutu ketika tiba di Bandara Kemayoran pada tahun 1947 | sumber gambar: History.com
Pesawat-Pesawat Angkatan Udara Negara-Negara Sekutu ketika tiba di Bandara Kemayoran pada tahun 1947 | sumber gambar: History.com

Namun sayang ketika perang kemerdekaan pecah pada tahun 1945 setelah proklamasi, Belanda kembali menginvasi Indonesia dan berusaha menduduki kembali Indonesia dan Jakarta pun sempat jatuh dan diduduki oleh Belanda dan Bandara Kemayoran pun kembali dioperasikan oleh Belanda sebagai Pangkalan Militer Angkatan udara Belanda.

Barulah setelah perjanjian Meja Bundar di tahun 1949 yang berakhir dengan Belanda menarik mundur seluruh pasukannya dari Indonesia serta mengakui kedaulatan Indonesia, Kota Jakarta pun kembali menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Seiring dengan kembalinya Jakarta ke Indonesia, Bandara Kemayoran pun sekarang secara penuh kembali menjadi milik Indonesia dan operasionalnya kembali ke Pemerintah Indonesia.


Bandara Internasional Kemayoran

Bandar Udara Internasional Kemayoran pada tahun 1974 | sumber gambar: Arsip Pak Wiweko Soepono/Arsip Nasional Republik Indonesia
Bandar Udara Internasional Kemayoran pada tahun 1974 | sumber gambar: Arsip Pak Wiweko Soepono/Arsip Nasional Republik Indonesia

Indonesia yang ketika itu baru saja meraih kemerdekaan di tahun 1945 dan setelah usainya perang kemerdekaan di tahun 1949 dan kedaulatan Republik Indonesia mulai diakui oleh sebagian besar negara-negara di seluruh dunia. Maka dari itu Indonesia pun memerlukan gerbang udara Internasional guna menyambut kedatangaan para pengunjung-pengunjung dan juga wisatawan dari mancanegara yang hendak mengunjungi Indonesia dan dari dua Bandar Udara yang terdapat di kota Jakarta, selaku Ibukota, maka Bandar Udara Kemayoran lah yang dipilih untuk menjadi gerbang utama internasional Indonesia untuk menyambut pengunjung dan wisatawan dari mancanegara. Guna mengelola operasional Bandar Udara Kemayoran, Pemerintah Indonesia lantas juga menggagas pendirian perusahaan negara pertama yang bertugas untuk melakukan pengelolaan operasional Bandar Udara, yaitu Angkasa Pura pada tahun 1962 dan didirikan untuk pertama kalinya di Bandar Udara Internasional kemayoran.

Alasan utama mengapa Bandar Udara Kemayoran lah yang dipilih untuk menjadi Bandara Internasional dan gerbang utama Indonesia dari mancanegara dan bukan Bandara Tjililitan, atau yang sekarang sudah dikenal sebagai Bandara Halim Perdanakusuma, adalah, satu karena lokasi Bandara Kemayoran yang cukup strategis dan dekat dengan pusat kota, serta memiliki luas wilayah yang lebih besar dibandingkan Bandara Halim Perdanakusuma. Kedua pada saat itu Bandara Halim Perdanakusuma memang diperuntukan dan dikhususkan sebagai pangkalan TNI Angkatan Udara dan memang dikhususkan untuk kegiatan dan mobilisasi Angkatan Udara.

Bandar Udara Internasional Kemayoran pada tahun 1970. Nampak pesawat-pesawat maskapai asing menghiasi Bandara Kemayoran | sumber gambar: aviahistoria
Bandar Udara Internasional Kemayoran pada tahun 1970. Nampak pesawat-pesawat maskapai asing menghiasi Bandara Kemayoran | sumber gambar: aviahistoria

Namun uniknya adalah, lokasi geografis Indonesia yang bisa dikatakan terletak cukup strategis maka hal inipun menjadikan Bandara Kemayoran sebagai pelabuhan udara yang memainkan peran penting pada penerbangan antara negara-negara di Eropa dan juga Amerika guna mengakses jalur penerbangan di Asia Tenggara dan menuju oceania yang tercakup dari Australia, Selandia Baru dll. Terlebih lagi Penerbangan Internasional pada tahun-tahun 1950an bahkan hingga tahun 1980an tidaklah seperti hari ini, di mana kala itu pesawat diharuskan melakukan pemberhentian lebih dari sekali dan terkadang bisa berhenti hingga lima kali atau lebih guna mencapai destinasi.

Tidak heran jika Bandar Udara Internasional Kemayoran menjadi salah satu Bandar Udara Internasional teramai dan terpadat di Asia Tenggara, mengingat banyaknya pesawat-pesawat dari maskapai-maskapai mancanegara yang melakukan transit di Bandara Internasional Kemayoran. Banyak maskapai-maskapai Internasional seperti, Pan American World Airways, Japan Airlines dan KLM, yang menghiasi Bandar Udara Internasional Kemayoran pada saat itu. Salah satu momen historis yang terjadi di Bandara Kemayoran adalah, ketika diadakannya Olimpiade musim panas di Melbourne, Australia pada tahun 1956. Pada waktu itu ketika obor torch Olimpiade hendak diterbangkan dari Athena, Yunani menuju Darwin, Australia, Bandara Kemayoran menjadi salah satu tempat transit atau singgah pesawat yang menerbangkan dan membawa obor torch Olimpiade yang akan digunakan pada Olimpiade musim panas tahun 1956 di Melbourne, Australia. Obor torch Olimpiade, setelah itu dibawa melalui jalur darat dari Darwin, Australia menuju Melbourne.

Bandara Kemayoran di salah satu episode Komik Tintin yang berjudul
Bandara Kemayoran di salah satu episode Komik Tintin yang berjudul "Flight 714" karya Komikus terkenal Belgia "Herge" | sumber gambar: tintin.com

Tidak hanya itu saja, Bandar Udara Internasional Kemayoran juga pernah masuk di salah satu edisi komik Tintin karya komikus terkenal Belgia yaitu "Herge" yang berjudul "Flight 714" yang dirilis pada tahun 1968. Kala itu ketika Tintin beserta dua orang kawan sejatinya yaitu Kapten Haddock dan Professor Calculus serta anjing Tintin, Snowy, hendak bertolak menuju Sydney, Australia untuk konferensi astronotika, pesawat Qantas Penerbangan 714 yang digunakan oleh Tintin dan kawan-kawan melakukan pemberhentian transit di Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta sebelum melanjutkan penerbangan ke Sydney, Australia. Ketika transit di Bandara Internasional Kemayoran itulah, Tintin dan kawan-kawan bertemu kawan lama mereka Skut yang menjadi pilot jet pribadi seorang miliader Lazlo Carreidas yang nantinya memberi tumpangan kepada Tintin dan kawan-kawan menggunakan pesawat jet pribadi terbarunya dari Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta menuju Sydney, Australia yang justru malah berujung pada masalah yang menimpa mereka semua.

Penggambaran Bandar Udara Internasional Kemayoran di Komik Tintin satu ini dapat dikatakan sangat bagus dan sempurna. Herge dapat menggambarkan situasi di Bandara Kemayoran sangatlah detail, bahkan dari penggambaran pesawat Convair 990 milik maskapai Garuda Indonesia pada saat itu yang sedang terparkir di Bandara Kemayoran sangatlah detail dan sempurna. Selain itu penggambaran Menara Pengawas Air Traffic Control Bandara Kemayoran di Komik Tintin oleh Herge juga sangat sempurna. Tidak heran melihat nilai historis dari Menara Air Traffic Control Bandara Kemayoran tersebut, maka Menara Air Traffic Control Bandara Kemayoran tersebut hingga kini masih berdiri di wilayah bekas Bandar Udara Kemayoran dan telah menjadi salah satu cagar budaya kota Jakarta.

Sebegitu penting peran Bandara Kemayoran ketika menjadi Bandara Internasional, maka tidaklah heran jika Bandara Kemayoran memiliki peran penting dan tempat tersendiri pada sejarah Bangsa Indonesia. Perlu dicatat pula jika Bandara Kemayoran juga merupakan Bandara Internasional pertama yang ada di Republik Indonesia.


Kehadiran Para Tamu Negara di Bandara Kemayoran

Presiden Amerika Serikat Richard Nixon ketika tiba di Bandara Kemayoran dan disambut Presiden Suharto pada tahun 1969 | sumber gambar: nixonlibrary
Presiden Amerika Serikat Richard Nixon ketika tiba di Bandara Kemayoran dan disambut Presiden Suharto pada tahun 1969 | sumber gambar: nixonlibrary

Momen Historis yang pernah terjadi di Bandara Kemayoran adalah tidak lain ketika Bandara Kemayoran menjadi saksi bisu dari sejarah Indonesia, mana kala ketika para tamu-tamu negara yang berkunjung ke Indonesia mendarat di Bandar Udara Kemayoran. Salah satu tamu negara yang pernah tiba di Bandara Kemayoran ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, tidak lain adalah Presiden Amerika Serikat Richard Milhous Nixon, yang melakukan kunjungan resmi kenegeraan ke Jakarta, Indonesia pada 27 July tahun 1969.

Kunjungan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon ke Indonesia pada tahun 1969 bisa dikatakan menjadi momen sangat historis, mengapa begitu? Karena Richard Nixon adalah Presiden Amerika Serikat pertama yang menginjakan kakinya di tanah Indonesia, walaupun Nixon sendiri pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 1956 ketika masih menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat dan pada tahun 1967 sebelum menjadi Presiden Amerika Serikat. Ketika berkunjung ke Indonesia pada tahun 1969, Nixon terbang menggunakan Pesawat Kepresidenan Amerika Serikat yang sangat terkenal yaitu, Air Force One dan Bandara Kemayoran pula lah yang menjadi saksi bisu ketika pesawat Air Force One mendarat untuk pertama kalinya di Indonesia dan merupakan Bandara pertama di Indonesia yang didarati oleh Air Force One.

Ratu Belanda Juliana tiba di Bandara Kemayoran pada tahun 1971 | sumber gambar: Historia.com
Ratu Belanda Juliana tiba di Bandara Kemayoran pada tahun 1971 | sumber gambar: Historia.com

Selain Presiden Amerika Serikat Richard Nixon, ternyata juga banyak tamu negara lainnya yang pernah tiba di Bandar Udara Kemayoran ketika melakukan kunjungan kenegaraan. Tamu negara yang pernah tiba di Bandar Udara Kemayoran ketika melakukan kunjungan kenegaraan di antaranya adalah Ratu Belanda Juliana yang berkunjung pada 3 September tahun 1971 dan merupakan kunjungan pemimpin tertinggi Belanda pertama ke Indonesia setelah Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945. Selain itu ada pula Perdana Menteri Lee Kuan Yew yang berkunjung pada tahun 1973 dan juga Pangeran Akihito yang kelak menjadi Kaisar Jepang yang berkunjung pada tahun 1962.

Bandara Kemayoran juga menjadi saksi bisu tiga kali kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat dengan tiga orang Wakil Presiden yang berbeda, yaitu Wakil Presiden Amerika Serikat Hubert Humphrey yang berkunjung pada tahun 1967 dan Wakil Presiden Amerika Serikat Spiro Agnew yang berkunjung pada tahun 1973 dan tidak lain adalah Richard Nixon ketika menjadi Wakil Presiden pada tahun 1956. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Foster Dulles juga merupakan salah satu tamu negara yang tiba di Bandara Kemayoran ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Jakarta, Indonesia pada tahun 1956.


Menjadi Bandara untuk Penerbangan Domestik

Bandar Udara Kemayoran pada tahun 1981 | sumber gambar: Kompas.com/Sonora
Bandar Udara Kemayoran pada tahun 1981 | sumber gambar: Kompas.com/Sonora

Memasuki dekade tahun 1970an, arus lalu lintas udara di kota Jakarta menjadi semakin kian padat dan Bandar Udara Internasional Kemayoran sepertinya cukup keberatan dengan arus penerbangan yang semakin padat pada waktu itu. Melihat arus penerbangan yang semakin padat, maka lalu lintas penerbangan di Kota Jakarta pun dibagi dua, di mana Bandara Kemayoran digunakan untuk melayani penerbangan dalam negeri atau domestik, sedangkan Bandara Halim Perdanakusuma digunakan untuk melayani penerbangan luar negeri atau internasional. Sedangkan untuk kedatangan penerbangan tamu negara juga turut dipindahkan dari Bandara Kemayoran menjadi ke Bandara Halim Perdanakusuma.

Namun pembagian penerbangan ini nampaknya juga tidak menghentikan padatnya arus lalu lintas udara di Bandara Kemayoran. Mengingat tingginya penerbangan domestik di Indonesia, lantas membuat Bandara Kemayoran juga terus menjadi Bandara dengan lalu lintas paling ramai di Indonesia pada waktu itu. Mobilisasi penerbangan di Bandara Kemayoran juga merupakan yang tertinggi di Indonesia pada waktu itu.

Bandara Kemayoran pada tahun 1983 yang terlihat sudah semakin padat akibat meningkatnya arus penerbangan | sumber gambar: Arsip Bapak Soemartjoko
Bandara Kemayoran pada tahun 1983 yang terlihat sudah semakin padat akibat meningkatnya arus penerbangan | sumber gambar: Arsip Bapak Soemartjoko

Walupun telah beralih fungsi menjadi Bandara yang hanya melayani Penerbangan Domestik dan tidak lagi menjadi Bandara yang melayani Penerbangan Internasional, Bandara Kemayoran rupanya juga justru sering didarati oleh pesawat-pesawat dengan ukuran yang cukup besar, bahkan lebih besar dibanding pesawat-pesawat yang pernah mendarat di Bandara Kemayoran ketika masih melayani Penerbangan Internasional. Pesawat Wide-Body atau pesawat berbadan lebar dengan ukuran lebih besar yang pernah mendarat di Bandara Kemayoran, di antara lain adalah Airbus A300B4-220 FFCC yang ketika itu lebih sering digunakan untuk penerbangan domestik dan juga pesawat McDonnell-Douglas DC-10-30 yang merupakan pesawat terbesar yang pernah mendarat di Bandara Kemayoran.

Namun tidak hanya penerbangan domestik saja yang turut meramaikan Bandara Kemayoran. Tetapi pesawat-pesawat maskapai Flag-Carrier Garuda Indonesia yang hendak melakukan reparasi juga lebih sering dibawa ke Bandara Kemayoran untuk reparasi, karena ketika itu Hanggar untuk perawataan dan reparasi pesawat-pesawat Garuda juga masih berlokasi di Bandara Kemayoran. Tidak hanya Garuda Indonesia, maskapai-maskapai lainnya seperti Merpati Nusantara juga lebih sering membawa pesawat-pesawatnya untuk melakukan reparasi ke Bandara Kemayoran, dikarenakan Hanggar reparasi mereka juga masih terletak di Bandara Kemayoran.


Ditutupnya Bandara Kemayoran

Pesawat DC-6 Bayu Air di Bandara Kemayoran. Terlihat kepadatan Bandara Kemayoran di kanan pesawat DC-6 | sumber gambar: Arsip Mr. Jan Koppen/oldjets
Pesawat DC-6 Bayu Air di Bandara Kemayoran. Terlihat kepadatan Bandara Kemayoran di kanan pesawat DC-6 | sumber gambar: Arsip Mr. Jan Koppen/oldjets

Memasuki dekade tahun 1980an, rupanya arus lalu lintas di Kota Jakarta yang kian padat sepertinya makin tidak bisa dibendung. Tidak hanya itu saja, wilayah lokasi tempat Bandara Kemayoran juga sepertinya sudah semakin ramai dan padat akan wilayah dan pemukiman penduduk. Hal inilah yang menyebabkan ekspansi untuk Bandara Kemayoran tidaklah mungkin terealisasi dikarenakan keterbatasan wilayah areal Bandara Kemayoran. Belum lagi ditambah dengan makin banyaknya bangunan tinggi bertingkat yang dibagun di sekitar wilayah Bandara Kemayoran yang menyebabkan penerbangan dari atau ke Bandara Kemayoran menjadi semakin berisiko tinggi dan dapat membahayakan warga sekitar Bandara Kemayoran yang semakin padat.

Melihat arus lalu lintas Penerbangan yang semakin padat dan Bandara Kemayoran dan juga Halim Perdanakusuma sudah tidak lagi sanggup untuk menangani arus lalu lintas penerbangan yang kian padat, maka dari itu pada tahun 1980 pemerintah Indonesia mulai menggagas pembangunan Bandar Udara Internasional yang baru di wilayah Cengkareng. Pembagunan Bandar Udara Internasional Cengkareng dimulai dari tahun 1981 hingga akhirnya rampung pada akhir tahun 1984. Bandara Internasional yang baru ini diberi nama Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Ketika baru dibuka untuk tahap uji coba, beberapa penerbangan domestik sempat dibagi antara Bandara Kemayoran dan Bandara Soekarno-Hatta dan pada waktu itu para penumpang yang sudah melakukan check-in di Bandara Kemayoran akan dibawa menggunakan buss menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Event Indonesia International Airshow yang diadakan pada tahun 1986 di lokasi bekas Bandara Kemayoran |  sumber gambar: Arsip Koran Sinar Harapan
Event Indonesia International Airshow yang diadakan pada tahun 1986 di lokasi bekas Bandara Kemayoran |  sumber gambar: Arsip Koran Sinar Harapan

Pada tanggal 31 Maret tahun 1985, seluruh operasional untuk penerbangan sipil di Bandara Kemayoran secara resmi dihentikan dan seluruh penerbangan baik domestik maupun internasional dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang terletak di daerah Cengkareng. Pesawat-pesawat di Bandara Kemayoran pun secara bertahap juga diterbangkan ke Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma yang kembali digunakan sebagai Pangkalan Angkatan Udara dan Penerbangan VIP. Tetapi operasional penerbangan di Bandara Kemayoran tidaklah berhenti total, Bandara Kemayoran beralih fungsi dan digunakan sebagai pangkalan udara untuk Kepolisian Udara dari tahun 1985 hingga tahun 1991. Serta pada tahun 1986 lokasi bekas wilayah Bandara Kemayoran juga sempat digunakan untuk ajang pameran dirgantara Internasional yaitu Jakarta International Airshow 1986.

Lokasi Bekas wilayah Bandara Kemayoran pada tahun 1991. Nampak di sisi timur sudah mulai dipadati bangunan rumah susun baru | sumber gambar: kompas.id
Lokasi Bekas wilayah Bandara Kemayoran pada tahun 1991. Nampak di sisi timur sudah mulai dipadati bangunan rumah susun baru | sumber gambar: kompas.id

Barulah memasuki awal dekade tahun 1990an, lokasi bekas wilayah Bandara Kemayoran mulai dibangun dan dirubah dari bekas wilayah Bandar Udara menjadi wilayah perkotaan atau city center. Pemerintah juga mendirikan badan usaha yang bertugas untuk mengelola wilayah lokasi bekas Bandara Kemayoran pada pada tahun 1985. Pembangunan di lokasi bekas wilayah Bandara Kemayoran dimulai pada tahun 1990, di mana rumah susun baru untuk masyarakat menengah ke bawah mulai dibangun di sisi timur bekas wilayah Bandara Kemayoran dan disusul dengan dibangunnya Jakarta Internasional Expo Center yang resmi dibuka pada tahun 1992 dan menjadi tempat diadakannya ajang tahunan pada HUT kota DKI Jakarta, yaitu Pekan Raya Jakarta. Setelah itu sedikit demi sedikit lokasi bekas wilayah Bandara Kemayoran ini mulai disulap dari wilayah Bandar Udara menjadi wilayah urban perkotaan atau city center.

Sedangkan bekas landasan utama Bandara Kemayoran disulap menjadi jalan raya dan beralih fungsi menjadi jalan protokol utama di wilayah Kemayoran dan diberi nama "Jalan Benyamin Sueb" yang diambil dari nama tokoh serta bintang film ternama Betawi yang merupakan warga asli Kemayoran. Pada akhir tahun 1990an akhir, dibangunlah Pasar Mobil Kemayoran yang menjadi lokasi niaga jual beli mobil bekas dan juga spare part mobil yang dibangun di lokasi bekas wilayah Hanggar untuk perawatan pesawat-pesawat Garuda Indonesia. 

Bekas Menara Air Traffic Control Bandara Kemayoran dan Bekas Gedung Terminal Bandara Kemayoran pada tahun 2012 | sumber gambar: Arsip Bapak Misdianto
Bekas Menara Air Traffic Control Bandara Kemayoran dan Bekas Gedung Terminal Bandara Kemayoran pada tahun 2012 | sumber gambar: Arsip Bapak Misdianto

Lambat laun wilayah Kemayoran sudah berkembang menjadi pusat perkotaan dan sudah tidak lagi nampak wujud Bandar Udara di wilayah Kemayoran. Hingga hari ini, ketika artikel ini ditulis pada tanggal 1 July, 2024, yang tersisa dari lokasi bekas wilayah Bandar Udara Kemayoran ini hanyalah bekas Menara Air Traffic Control dan juga bekas Gedung Terminal Bandara Kemayoran yang menjadi saksi bisu jika Kemayoran dahulu kala adalah Bandar Udara di Jakarta.

Namun walaupun wujud dari Bandar Udara Kemayoran sudah tidak lagi nampak, sejarah --sejarah penting yang menceritakan mengenai kejayaan Bandar Udara Kemayoran di masanya akan terus hidup. Bandara Kemayoran walaupun sekarang sudah tiada, kenangannya akan terus hidup di berbagai media masa dan juga media sosial yang juga turut menghidupkan terus sejarah dan kenangan akan Bandar Udara Internasional di Republik Indonesia satu in. Sampai Kapanpun juga wilayah Kemayoran akan terus dikenang sebagai bekas wilayah salah satu Bandara di Kota Jakarta yang merupakan Bandar Udara Internasional pertama di Republik Indonesia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun