Namun sayang ketika perang kemerdekaan pecah pada tahun 1945 setelah proklamasi, Belanda kembali menginvasi Indonesia dan berusaha menduduki kembali Indonesia dan Jakarta pun sempat jatuh dan diduduki oleh Belanda dan Bandara Kemayoran pun kembali dioperasikan oleh Belanda sebagai Pangkalan Militer Angkatan udara Belanda.
Barulah setelah perjanjian Meja Bundar di tahun 1949 yang berakhir dengan Belanda menarik mundur seluruh pasukannya dari Indonesia serta mengakui kedaulatan Indonesia, Kota Jakarta pun kembali menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Seiring dengan kembalinya Jakarta ke Indonesia, Bandara Kemayoran pun sekarang secara penuh kembali menjadi milik Indonesia dan operasionalnya kembali ke Pemerintah Indonesia.
Bandara Internasional Kemayoran
Indonesia yang ketika itu baru saja meraih kemerdekaan di tahun 1945 dan setelah usainya perang kemerdekaan di tahun 1949 dan kedaulatan Republik Indonesia mulai diakui oleh sebagian besar negara-negara di seluruh dunia. Maka dari itu Indonesia pun memerlukan gerbang udara Internasional guna menyambut kedatangaan para pengunjung-pengunjung dan juga wisatawan dari mancanegara yang hendak mengunjungi Indonesia dan dari dua Bandar Udara yang terdapat di kota Jakarta, selaku Ibukota, maka Bandar Udara Kemayoran lah yang dipilih untuk menjadi gerbang utama internasional Indonesia untuk menyambut pengunjung dan wisatawan dari mancanegara. Guna mengelola operasional Bandar Udara Kemayoran, Pemerintah Indonesia lantas juga menggagas pendirian perusahaan negara pertama yang bertugas untuk melakukan pengelolaan operasional Bandar Udara, yaitu Angkasa Pura pada tahun 1962 dan didirikan untuk pertama kalinya di Bandar Udara Internasional kemayoran.
Alasan utama mengapa Bandar Udara Kemayoran lah yang dipilih untuk menjadi Bandara Internasional dan gerbang utama Indonesia dari mancanegara dan bukan Bandara Tjililitan, atau yang sekarang sudah dikenal sebagai Bandara Halim Perdanakusuma, adalah, satu karena lokasi Bandara Kemayoran yang cukup strategis dan dekat dengan pusat kota, serta memiliki luas wilayah yang lebih besar dibandingkan Bandara Halim Perdanakusuma. Kedua pada saat itu Bandara Halim Perdanakusuma memang diperuntukan dan dikhususkan sebagai pangkalan TNI Angkatan Udara dan memang dikhususkan untuk kegiatan dan mobilisasi Angkatan Udara.
Namun uniknya adalah, lokasi geografis Indonesia yang bisa dikatakan terletak cukup strategis maka hal inipun menjadikan Bandara Kemayoran sebagai pelabuhan udara yang memainkan peran penting pada penerbangan antara negara-negara di Eropa dan juga Amerika guna mengakses jalur penerbangan di Asia Tenggara dan menuju oceania yang tercakup dari Australia, Selandia Baru dll. Terlebih lagi Penerbangan Internasional pada tahun-tahun 1950an bahkan hingga tahun 1980an tidaklah seperti hari ini, di mana kala itu pesawat diharuskan melakukan pemberhentian lebih dari sekali dan terkadang bisa berhenti hingga lima kali atau lebih guna mencapai destinasi.
Tidak heran jika Bandar Udara Internasional Kemayoran menjadi salah satu Bandar Udara Internasional teramai dan terpadat di Asia Tenggara, mengingat banyaknya pesawat-pesawat dari maskapai-maskapai mancanegara yang melakukan transit di Bandara Internasional Kemayoran. Banyak maskapai-maskapai Internasional seperti, Pan American World Airways, Japan Airlines dan KLM, yang menghiasi Bandar Udara Internasional Kemayoran pada saat itu. Salah satu momen historis yang terjadi di Bandara Kemayoran adalah, ketika diadakannya Olimpiade musim panas di Melbourne, Australia pada tahun 1956. Pada waktu itu ketika obor torch Olimpiade hendak diterbangkan dari Athena, Yunani menuju Darwin, Australia, Bandara Kemayoran menjadi salah satu tempat transit atau singgah pesawat yang menerbangkan dan membawa obor torch Olimpiade yang akan digunakan pada Olimpiade musim panas tahun 1956 di Melbourne, Australia. Obor torch Olimpiade, setelah itu dibawa melalui jalur darat dari Darwin, Australia menuju Melbourne.
Tidak hanya itu saja, Bandar Udara Internasional Kemayoran juga pernah masuk di salah satu edisi komik Tintin karya komikus terkenal Belgia yaitu "Herge" yang berjudul "Flight 714" yang dirilis pada tahun 1968. Kala itu ketika Tintin beserta dua orang kawan sejatinya yaitu Kapten Haddock dan Professor Calculus serta anjing Tintin, Snowy, hendak bertolak menuju Sydney, Australia untuk konferensi astronotika, pesawat Qantas Penerbangan 714 yang digunakan oleh Tintin dan kawan-kawan melakukan pemberhentian transit di Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta sebelum melanjutkan penerbangan ke Sydney, Australia. Ketika transit di Bandara Internasional Kemayoran itulah, Tintin dan kawan-kawan bertemu kawan lama mereka Skut yang menjadi pilot jet pribadi seorang miliader Lazlo Carreidas yang nantinya memberi tumpangan kepada Tintin dan kawan-kawan menggunakan pesawat jet pribadi terbarunya dari Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta menuju Sydney, Australia yang justru malah berujung pada masalah yang menimpa mereka semua.