Tidak hanya berinteraksi, tetapi para pemain team Springbook juga memberi pelatihan dan mengajari mereka bagaimana cara bermain rugby yang selalu identik dengan olah raga untuk kaum kulit putih.Â
Para anggota team Springbook yang memang pada waktu itu sebagian besar masih banyak dari kalangan kulit putih pada akhirnya dapat membaur dengan baik dan tanpa adanya perselisihan dengan masyarakat-masyarakat non-kulit putih pada saat tour mereka ke daerah-daerah pedalaman.Â
Bahkan ketika tiba di daerah-daerah pedalaman yang kebanyakan dihuni oleh masyarakat ras non-kulit putih, bukan protes atau unjuk rasa yang mewarnai kedatangan para team Springbook, melainkan mereka justru disambut dengan gembira oleh masyarakat-masyarakat non-kulit putih, terutama yang masih anak-anak yang sangat antusias ketika mendapat pelatihan dan diajak untuk bermain rugby oleh para anggota team Springbook.
Tidak hanya itu saja olah raga Rugby yang dulu selalu identik dengan olah raga untuk masyarakat ras kulit putih, sekarang pun rupanya juga makin digemari oleh masyarakat ras non-kulit putih. Beberapa orang-orang bawahan Presiden Nelson Mandela yang terdiri dari orang-orang non-kulit putih dan kulit putih yang sebelumnya masih terlihat berselisih dan menyimpan kecurigaan satu sama lain, sekarang pun mulai terlihat akur dan dapat membaur satu sama lain tanpa adanya perselisihan dan perbedaan antar ras.Â
Mandela juga sempat menyaksikan orang-orang bawahan Mandela baik yang kulit putih maupun non-kulit putih bermain rugby bersama tanpa adanya perselisahan dan perbedaan antara satu sama lain.
Sedangkan di lain sisi, rupanya langkah yang diambil oleh Pienaar dan Mandela ini sepertinya terus membuahkan hasil dan Springbook yang dahulu di era Rezim Apartheid dikenal sebagai simbol Rezim masyarakat ras kulit putih di era pemerintahan Apartheid, sekarang sudah mulai mendapatkan simpati dan dukungan oleh masyarakat Afrika Selatan ras non-kulit putih.Â
Maka dengan ini Springbook pun sekarang mendapatkan simpati dan dukungan kuat baik dari masyarakt Afrika Selatan ras kulit putih maupun non-kulit putih untuk memenangkan ajang Rugby World Cup pada tahun 1995 dan menjadi gerbang untuk perdamaiian bagi masyarakat Afrika Selatan dari seluruh ras baik kulit putih maupun non-kulit putih dan juga mengakhiri konflik dan perselisihan berkepanjangan antara ras kulit putih dan non-kulit putih di Afrika Selatan.
"One Team, One Country" itulah selogan yang digunakan oleh team Springbook pada ajang perhelatan Rugby World Cup tahun 1995.