Stevenson menuduh Soviet telah secara diam-diam mengirim missile-missile berhulu ledak nuklirnya ke Kuba dengan dalih untuk mengancam Amerika Serikat. Pihak Soviet pun juga memberi pernyataan yang sama dengan menuduh pihak Amerika Serikat dengan sengaja meletakan missile-missile berhulu ledak nuklirnya di Turkey dan Italy guna menakut-nakuti Uni Soviet.
Kedua belah pihak pun juga saling bertikai dan silat lidah antara pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam sidang umum P.B.B. guna menyelesaikan Krisis Missile Kuba ini-pun terus terjadi.
 Sedangkan di mata pihak militer, negosiasi ini sepertinya berjalan sia-sia dan satu-satunya cara untuk menghentikan aksi Uni Soviet tersebut adalah dengan melakukan serangan militer secara langsung terhadap Kuba dan meluluhlantakkan instalasi missile Soviet yang sedang dibangun di Kuba. Tetapi Kennedy tetap bersikukuh untuk melakukan diplomasi guna menyelesaikan Krisis Missile Kuba ini dan terus bersikeras menolak serangan militer terhadap Kuba.
Sedangkan niat Kennedy yang terus menaruh harapan akan keberhasilan diplomasi dan negosiasi antara pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet guna menyelesaikan Krisis Missile Kuba ini, rupanya mendapat banyak dukungan dari rakyat Amerika sendiri yang juga menolak keras invasi militer terhadap Kuba.Â
Unjuk rasa rakyat Amerika juga terjadi di mana-mana bahkan di depan White House sekalipun dengan membawa spanduk dan pamfelt yang bertuliskan penolakan keras akan invasi militer terhadap Kuba. Hal ini disebabkan akan ketakutan rakyat Amerika yang juga mengetahui bahwa konflik yang lebih besar dan akan memicu Perang Dunia Ketiga bahkan Perang Nuklir sekalipun, kemungkinan besar akan terjadi jika Amerika melakukan invasi militer terhadap Kuba.
Kemudian pada 24 Oktober tahun 1962, ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi semakin memanas, di mana hasil laporan intelijen dan hasil foto udara dari pesawat mata-mata Angkatan Udara Amerika Serikat menunjukan bahwa missile-missile Soviet sudah memasukai tahap yang mendekati tahap pengaktifan.Â
Status DEFCON pun juga kembali naik menjadi DEFCON 2 pada puncak ketegangan Krisis Missile Kuba ini, di mana angkatan bersenjata Amerika sudah harus siap untuk invasi jika kemungkinan besar perang akan meletus. Sedangkan di seluruh negara bagian Amerika Serikat, banyak penduduk yang juga sudah dipersiapkan jika Perang antara Amerika Serikat dan Uni Soviet meletus.
Latihan dan persiapan jika Perang Nuklir pecah pun juga sudah mulai gencar dilakukan, bahkan tempat-tempat ibadah juga sudah mulai melakukan ibadah untuk keselamatan bumi dari bencana "Nuclear Holocaust" yang merupakan imbas dari Perang Nuklir dan juga persiapan untuk menghadapi kehancuran besar yang kemungkinan akan menimpa dunia jika Perang Nuklir terjadi akibat dari ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang belum surut dan padam ini.
Dunia pada saat itu seakan tengah dihantui oleh Perang Nuklir yang akan berdampak pada bencana "Nuclear Holocaust" yang akan membawa kehancuran dalam skala massal di seluruh penjuru dunia. Bahkan Perang Nuklir pun sepertinya sudah berada di depan mata.