Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Revolt of The Admirals: Protesnya Para Laksamana

13 April 2022   16:45 Diperbarui: 13 April 2022   16:51 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu adalah hari Sabtu tanggal 23 April tahun 1949, pada hari tersebut publik digemparkan oleh sebuah berita di mana menteri pertahanan Amerika Serikat pada saat itu Louis A. Johnson mengumukan bahwa pembangunan "supercarrier" atau Kapal Induk bertenaga Nuklir U.S.S. 

United States (CVA-58) telah dibatalkan. Sentak berita ini tidak hanya menggemparkan publik, namun membuat berang para petinggi-petinggi di angkatan laut terutama para Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat yang mendukung penuh gagasan pembangunan supercarier U.S.S. United States tersebut.

Pembangunan supercarier U.S.S. United States ini sebenarnya adalah sebagai bagian dari peremajaan armada-armada di Angkatan Laut Amerika Serikat di mana "battleship" atau kapal perang yang banyak memiliki peran pada perang dunia kedua sudah usang dan melihat posisi battleship akan tergantikan dengan kapal induk yang jauh lebih canggih, juga agar angkatan laut dapat memegang kendali Nuklir dengan menggunakan kapal induk bertenaga nuklir.


U.S.S. United States Vs. B-36 Peacemaker 

Presiden Harry S. Truman dan para petinggi Departemen Pertahanan ketika menandatangani anggaran Pertahanan tahun 1949 | Sumber Gambar: naragetarchive
Presiden Harry S. Truman dan para petinggi Departemen Pertahanan ketika menandatangani anggaran Pertahanan tahun 1949 | Sumber Gambar: naragetarchive

Seperti diketahui bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat memiliki peran yang signifikan pada masa Perang Dunia Kedua, terutama di pertempuran Pasifik, di mana armada Kapal Induk Angkatan Laut Amerika Serikat yang membawa puluhan pesawat berhasil memukul mundur armada Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Pasifik, terutama di pertempuran Midway. 

Berkat keberhasilan Angkatan Laut Amerika Serikat ini-lah, pada akhirnya Amerika Serikat bisa menguasai kembali Pasifik dan memukul mundur pasukan kekaisaran Jepang.

Pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua, Angkatan Laut Amerika Serikat melihat bahwa memasuki era modern setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, armada kapal-kapal di Angkatan Laut pun juga harus diremajakan seiring berjalannya waktu. 

Para petinggi di Angkatan Laut melihat bagaimana peran Aircraft Carrier atau Kapal Induk yang sangatlah signifikan pada Perang Pasifik dalam Perang Dunia Kedua, maka dari itu para petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat pun setuju untuk memulai proyek pembangunan Kapal Induk baru yang jauh lebih besar dan dapat menampung pesawat yang lebih banyak, bahkan digunakan untuk pesawat tempur bermesin jet, atau yang disebut sebagai "Supercarrier."

Sketsa Proyek Kapal Induk U.S.S. United States (CVA-58) | Sumber Gambar: history.navy.mil
Sketsa Proyek Kapal Induk U.S.S. United States (CVA-58) | Sumber Gambar: history.navy.mil

Proyek kapal Induk yang baru ini dinamakan "U.S.S. United States" dengan skala yang lebih besar dibanding kapal-kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat pada era Perang Dunia Kedua. 

Bahkan para petinggi Angkatan Laut juga mengusulkan untuk melengkapi U.S.S. united States ini dengan teknologi Nuklir.

Tetapi sayangnya usulan ini sepertinya tidak disambut baik oleh pemerintahan Presiden Harry S. Truman. 

Seperti diketahui setelah berakhirnya Perang Dunia kedua, Angkatan Udara yang dulu tergabung dengan Angkatan Darat atau yang dikenal sebagai "Army Air Force" pada akhirnya dipisahkan dari Angkatan Darat dan diberi otoritas tersendiri. 

Pada 18 September tahun 1947, Angkatan Udara secara resmi menjadi layanan cabang militer sendiri dan dibentuklah "United States Air Force" atau Angkatan Udara Amerika Serikat. 

Pemerintahan Presiden Truman juga sepertinya lebih condong untuk memberi lebih banyak anggaran kepada Angkatan Udara guna peremajaan pesawat-pesawat Angkatan Udara, melihat peran yang sangat signifikan pesawat-pesawat Angkatan Udara pada saat perang dunia kedua, terutama pesawat-pesawat bomber strategis yang berhasil membombardir dan melumpuhkan daerah-daerah penting musuh selama Perang Dunia Kedua.

Menteri Angkatan Udara Stuart Symington (Kedua, Kanan) dan KASAU Jenderal Hoyt Vandenberg (Paling Kanan) dan Presiden Truman | Sumber Gambar: af.mil
Menteri Angkatan Udara Stuart Symington (Kedua, Kanan) dan KASAU Jenderal Hoyt Vandenberg (Paling Kanan) dan Presiden Truman | Sumber Gambar: af.mil

Melihat kesempatan ini, para petinggi Angkatan Udara seperti Kepala Staff Angkatan Udara Jenderal Hoyt Vandenberg dan Menteri Angkatan Udara Stuart Symington pun mendorong agar Presiden Harry S. Truman menyetujui anggaran untuk proyek pesawat bomber strategis yang baru. 

Menurut Vandenberg dan Symington, Pesawat-pesawat bomber Angkatan Udara juga perlu diremajakan, terutama pesawat-pesawat bomber era perang dunia kedua sudah tidak mungkin lagi untuk digunakan pada jangka waktu yang panjang dan Angkatan Udara memang membutuhkan pesawat-pesawat baru untuk memasuki era modern.

 Jenderal Vandenberg dan Symington pada akhirnya mengusulkan gagasan untuk memulai proyek B-36 Peacemaker, yaitu sebuah pesawat pengebom strategis yang lebih baru, modern dan memiliki jarak tempuh terbang yang lebih jauh dibandingkan pesawat-pesawat bomber pada era perang dunia kedua dan dapat menjangkau seluruh dunia dan juga dilengkapai senjata nuklir. 

Presiden Truman pun sepertinya lebih tertarik akan proyek B-36 Peacemaker ini dibanding proyek U.S.S. United States. 

Alhasil proyek Kapal Induk Supercarier U.S.S. United States pun seperti diambang pembatalan dan Angkatan Laut terancam tidak mendapatkan Kapal Induk Supercarier yang mereka inginkan.

Sebenarnya proyek pembuatan U.S.S. United States ini disetujui oleh Menteri Pertahanan sebelum Louis Johnson, James Forrestal yang sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat dan Forrestal sangat mendukung penuh pembuatan U.S.S. United States ini. 

Namun sayangnya Forrestal dipecat oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu Harry S. Truman pada 28 Maret 1949, alasannya adalah dikarenakan Forrestal dan Truman yang memiliki perbedaan pendapat antara Proyek U.S.S. United States dan Proyek B-36 Peacemaker. 

Truman ingin menghentikan proyek U.S.S. United States yang mana menurut Truman justru memakan anggaran yang lebih besar dibandingkan proyek B-36 Peacemaker, namun Forrestal justru mendukung penuh proyek pembuatan U.S.S. United States. 

Ditambah lagi hubungan antara Truman dan Forrestal yang kian memburuk dan sering kali berselisih. 

Forrestal pun pada akhirnya dipecat oleh Truman sebagai Menteri Pertahanan dan digantikan oleh Louis A. Johnson yang juga merupakan tim kampanye Truman pada pemilu tahun 1948 pada 28 Maret 1949.

Pesawat Bomber Strategis Convair B-36 Peacemaker | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat Bomber Strategis Convair B-36 Peacemaker | Sumber Gambar: af.mil

Tepat sebulan setelah Johnson menduduki kursi menteri pertahanan, proyek pembuatan U.S.S. United States pun dibatalkan. 

Serentak para Laksamana Angkatan Laut pun memprotes keras keputusan Johnson yang didukung penuh oleh Truman, bahkan menteri angkatan laut John L. Sullivan juga mengundurkan diri dari posisi menteri angkatan laut karena memprotes keras kebijakan Truman dan Johnson. 

Truman dan Johnson justru menyetujui gagasan Kepala Staff Angkatan Udara Jenderal Hoyt Vandenber dan juga Menteri Angkatan Udara Stuart Symington untuk memulai proyek pembangunan pesawat bomber strategis yang baru dan proyek pesawat bomber strategis B-36 Peacemaker pun pada akhirnya disetujui oleh Truman dan Johnson.

Gagasan pembangunan Pesawat Bomber Strategis yang baru juga didasari oleh doktrin baru Angkatan Udara Amerika serikat yang dicetuskan oleh para petinggi Angkatan Udara, di mana menurut para Jenderal Angkatan Udara, strategic bombing atau pengeboman strategis yang menggunakan pesawat-pesawat bomber angkatan udara terutama yang dapat terbang dengan jangkauan jarak yang lebih jauh dan mampu membawa senjata bom nuklir, adalah elemen penting untuk memenangkan perang di masa depan. 

Apalagi mengingat pada masa itu Amerika Serikat dan Uni Soviet baru saja memasuki babak baru dari peperangan yang disebut "Perang Dingin" di mana Amerika dan Soviet saling beradu kecanggihan senjata.

Para Jenderal Angkatan Udara juga mengatakan bahwa kapal-kapal angkatan laut dapat dengan mudah ditenggelamkan dengan pesawat bomber mengingat tragedi Pearl Harbor.


Revolt of the Admirals

KASAL Laksamana Louis Denfeld (Kedua, Kanan) dan Menteri Angkatan Laut Francis P. Matthews (Kedua, Kiri) | Sumber Gambar: airforcemag.com
KASAL Laksamana Louis Denfeld (Kedua, Kanan) dan Menteri Angkatan Laut Francis P. Matthews (Kedua, Kiri) | Sumber Gambar: airforcemag.com

Serentak para Laksamana Angkatan laut pun memberontak dan menolak keras semua usulan para petinggi Angkatan Udara, dan juga memprotes keputusan Presiden Harry S. Truman dan Menteri Pertahanan Louis Johnson untuk membatalkan proyek Kapal Induk U.S.S. United States. 

Salah satu Laksamana yang paling vokal dalam protes ini adalah Laksamana Louis E. Denfeld yang juga menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Laut Amerika Serikat.

Peristiwa ini dikenal sebagai "Revolt of the Admirals" bahkan tidak hanya perwira angkatan laut aktif saja yang menentang kebijakan dibatalkannya proyek U.S.S. United States, namun perwira yang sudah pensiun juga turut memprotes langkah pembatalan proyek ini. 

Denfeld bahkan memerintahkan para Laksamana untuk bersatu dalam memprotes keputusan Truman dan Johnson dalam pembatalan proyek U.S.S. United States, bahkan Denfeld juga membentuk tim pencari fakta yang dinamakan Op-23 yang dipimpin oleh Kapten Arleigh Burke untuk mengumpulkan informasi-informasi dan mencari fakta guna mengetahui alasan dibalik dibatalkannya proyek U.S.S. United States. 

Usut punya usut pada akhir Mei 1949 muncul sebuah dokumen bernama "Worth Paper" yang mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Louis Johnson pernah menjabat sebagai direksi di Perusahaan Produsen Pesawat Convair. 

Convair tidak lain adalah pabrikan produsen pesawat yang memenangkan tender untuk proyek pesawat bomber strategis B-36 Peacemaker. 

Tidak hanya itu, Op-23 juga menemukan fakta bahwa angkatan udara memiliki andil untuk memonopoli seluruh senjata nuklir Amerika Serikat. 

Ironisnya menteri angkatan laut yang baru Francis P. Matthews justru tidak menanggapi serius peristiwa ini dan membiarkan Truman dan Johnson membatalkan proyek U.S.S. United States.

Pensiunan Laksamana William Halsey ketika bersaksi di Kongress A.S. atas protes pembatalan poyek U.S.S. United States | Sumber Gambar: history.com
Pensiunan Laksamana William Halsey ketika bersaksi di Kongress A.S. atas protes pembatalan poyek U.S.S. United States | Sumber Gambar: history.com

Lantas para perwira angkatan laut pun mengambil langkah lebih lanjut, mereka bersedia memberikan kesaksian kepada "United States House Committee on Armed Services" atau Komite Kongress Amerika Serikat divisi urusan Angkatan bersenjata mengenai hasil temuan Op-23 yang menyatakan bahwa terdapat sangkut paut antara pettinggi Departemen Pertahanan dan Angkatan Udara Amerika Serikat, juga orang-orang disekitar Presiden Truman dalam intervensi untuk membatalkan proyek U.S.S. United States. 

Sayangnya bukti temuan Op-23 tidak bisa menguatkan Kongress untuk mengabulkan permintaan para Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat guna mendorong Presiden Truman dan Menteri Pertahanan Johnson agar kembali menyetujui proyek Kapal Induk Supercarier U.S.S. United States. Langkah para Laksamana ini juga membuat menteri Angkatan Laut Francis P. Matthews berang.

Matthews pun pada akhirnya justru memecat Kepala Staff Angkatan Laut Laksamana Louis Denfeld karena dianggap telah membangkang. 

Presiden Truman, Menteri Pertahanan Jonhson dan Angktan Udara pun dianggap sebagai pemenang dalam Konflik dengan angkatan laut ini dengan dibatalkannya Proyek Supercarier U.S.S. United States dan disetujuinya proyek pesawat bomber strategis jarak jauh, Convair B-36 Peacemaker dan anggaran untuk Angkatan Udara naik secara signifikan sedangkan anggaran untuk Angkatan Darat dan Angkatan Laut harus dipangkas.


Militer Vs. Sipil

Presiden Harry S. Truman dan Menhan Louis Johnson beserta para petinggi Militer ketika rapat Dewan Keamanan Nasional | Sumber Gambar: Truman Library
Presiden Harry S. Truman dan Menhan Louis Johnson beserta para petinggi Militer ketika rapat Dewan Keamanan Nasional | Sumber Gambar: Truman Library

Memang seperti diketahui jika kaum sipil di Amerika Serikat memiliki otoritas penuh terhadap militer atau yang biasa disebut "Civilian Control over The Military." 

Apalagi setelah diberlakukannya undang-undang keamanan nasional tahun 1947, di mana disebutkan bahwa Militer harus berada di bawah kendali penuh sipil dan mau tidak mau para petinggi Militer harus patuh terhadap atasan sipil mereka, terutama Presiden Amerika Serikat.

Peristiwa Revolt of the Admirals ini menandai satu dari serangkaian peristiwa perselisihan antara para petinggi Militer dan atasan sipil mereka. 

Dalam hal insiden Revolt of the Admirals, Presiden Truman memang memiliki kuasa untuk menentukan keputusan yang akan berpengaruh pada militer dan perselisihannya dengan Menteri Pertahanan sebelum Louis Johnson, James Forrestal, menunjukan bahwa Truman lebih nyaman untuk bekerja dengan orang yang memiliki pandangan yang sama dengannya, dalam hal ini pada bidang Pertahanan.

Tetapi sayangnya di sisi lain, Angkatan Laut sepertinya tidak begitu nyaman dengan kebijakan-kebijakan Menteri Pertahanan Louis Johnson dan lebih nyaman dengan kebijakan-kebijakan Menteri Pertahanan James Forrestal, karena memang Forrestal notabene sebelumnya menjabat sebagai Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat.

Presiden Harry S. Truman bersama Menteri Pertahanan Louis Johnson dan Jenderal Omar Bradley | Sumber Gambar: Truman Library
Presiden Harry S. Truman bersama Menteri Pertahanan Louis Johnson dan Jenderal Omar Bradley | Sumber Gambar: Truman Library

Tetapi di sisi lain, Angkatan Udara justru lebih senang dengan kebijakan-kebijakan Menteri Pertahanan Louis Johnson yang lebih banyak memberi kelebihan pada pihak Angkatan Udara, terutama setelah disetujuinya proyek B-36 Peacemaker.

Angkatan Udara juga banyak mendapat anggaran tambahan untuk memodernisasi armada-armada pesawat mereka.

Di sisi lain Menteri Angkatan Laut John L. Sullivan juga merasa tidak begitu nyaman dengan kebijakan Presiden Truman dan Menteri Pertahanan Johnson. 

Sullivan yang terus mendukung proyek U.S.S. United States, pada akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Angkatan Laut Amerika Serikat atas bentuk protes dari dibatalkannya proyek U.S.S. United States. 

Mundurnya Sullivan dari kursi Menteri Angkatan Laut juga menjadi kesempatan bagi Menteri Pertahanan Louis Johnson untuk memilih Menteri Angkatan Laut yang lebih patuh kepada perintah Johnson dan Presiden Truman. Francis P. Matthews pun akhirnya ditunjuk sebagai pengganti Sullivan sebagai Menteri Angkatan Laut dan lebih patuh akan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Presiden Harry Truman dan Menteri Pertahanan Louis Johnson.

Namun tidak bagi para perwira Angkatan Laut yang terus memprotes kebijakan yang diambil oleh Truman dan Johnson untuk membatalkan proyek U.S.S. United States. 

Salah satunya Kepala Staff Angkatan Laut Laksaman Louis Denfeld yang terus mengupayakan akan proyek U.S.S. United States kembali disetujui oleh Presiden Truman dan Menteri Pertahanan Johnson.

 Tetapi sayangnya Denfeld pun juga harus kehilangan jabatannya setelah Menteri Angkatan Laut Matthews memutuskan untuk memberhentikan Denfeld dari posisinya sebagai Kepala Staff Angkatan Laut, karena Matthews ingin menekankan agar para perwira Angkatan Laut lebih menghargai keputusan Truman untuk membatalkan proyek U.S.S. United States ini.


Pecahnya Perang Korea dan Kembalinya Proyek Kapal Induk Supercarrier

Armada Angkatan Laut Amerika Serikat ketika Perang Korea tahun 1950 | Sumber Gambar: history.navy.mil
Armada Angkatan Laut Amerika Serikat ketika Perang Korea tahun 1950 | Sumber Gambar: history.navy.mil

Sayangnya pada 25 Juni 1950 Perang Korea pun pecah ketika Korea Utara menginvasi Korea Selatan. Truman pun memerintahkan untuk memblokade perairan Korea Utara. 

Tetapi sayangnya blokade perairan Korea Utara tidak dapat terlaksanakan, karena Angkatan Laut merasa bahwa armada kapal yang mereka miliki sekarang tidak cukup untuk melakukan blokade dan membutuhkan armada kapal yang baru.

Menteri Pertahanan Louis A. Johnson pun pada akhirnya memohon kepada kongress untuk penambahan dana anggaran untuk keperluan Angkatan Laut dan menjanjikan jika Angkatan Laut akan mendapatkan kembali anggaran untuk membangun Kapal Induk Supercarier yang mereka inginkan. 

Namun karena kritik publik yang meningkat dan publik mulai meragukan kemampuan pemerintahan Presiden Truman dalam menangani Perang Korea, Truman pada akhirnya memutuskan untuk memecat Menteri Pertahanan Louis Johnson atas desakan dari para penasehat-penasehat Presiden Truman.

Menteri Pertahanan Jenderal George Catlett Marshall, yang menggantikan Louis Johnson sebagai Menteri Pertahanan | Sumber Gambar: Marshall Foundation
Menteri Pertahanan Jenderal George Catlett Marshall, yang menggantikan Louis Johnson sebagai Menteri Pertahanan | Sumber Gambar: Marshall Foundation

Posisi Johnson sebagai Menteri Pertahanan pada akhirnya digantikan oleh Jenderal George Catlett Marshall, yang merupakan salah satu Jenderal Bintang Lima Amerika Serikat dan tidak lain adalah arsitek dari kemenangan Amerika dan negara-negara sekutu pada saat perang dunia kedua. 

Setahun kemudian pada tahun 1951 menteri Angkatan Laut Francis P. Matthews juga turut mengundurkan diri dan pamor Presiden Truman juga meredup akibat sebagian besar publik menilai jika pemerinatahn Truman tidak kompetenan dalam menangani Perang Korea, terutama setelah keputusan Presiden Truman untuk memecat Jenderal Douglas MacArthur, yang merupakan komandan pasukan Amerika Serikat dan negara-negara koalisi P.B.B. di Perang Korea, dan juga merupakan salah satu Jenderal Bintang Lima pahlawan Perang Dunia Kedua.

Akibatnya karena merosotnya peringkat persetujuan Presiden Truman pada angka yang cukup rendah, Truman pun memutuskan untuk tidak maju kembali sebagai Presiden pada pemilu Presiden tahun 1952. Truman digantikan oleh Jenderal Dwight D. Eisenhower, yang juga merupakan salah satu Jenderal Bintang Lima dan juga pahlawan perang dunia kedua di benua Eropa, setelah Eisenhower memenangkan Pemilihan Presiden tahun 1952.

Kapal Induk Supercarrier pertama USS Forrestal dan Kapal Induk Supercarrier bertenaga nuklir pertama USS Enterprise | Sumber Gambar: seaforces.org
Kapal Induk Supercarrier pertama USS Forrestal dan Kapal Induk Supercarrier bertenaga nuklir pertama USS Enterprise | Sumber Gambar: seaforces.org

Lantas bagaimana dengan nasib Kapal Induk Supercarier Angkatan laut Amerika Serikat? Pada Oktober tahun 1955 Angkatan Laut Amerika Serikat pada akhirnya mendapatkan Kapal Induk Supercarier pertama mereka yang dinamai U.S.S. Forrestal yang diambil dari nama mantan Menteri Pertahanan dan juga mantan Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat. 

Sedangkan enam tahun kemudian, pada tahun 1961, Angkatan Laut Amerika Serikat mendapatkan Kapal Induk Supercarier bertenaga Nuklir pertama, yaitu U.S.S. Enterprise.

Sumber:

Perry, Mark (March 1, 1989). Four Stars: The Inside Story of The Forty-Year Battle Between The Joint Chiefs of Staff and America's Civilian Leaders. Houghton Mifflin Harcourt. ISBN 978-0395429235. 

https://www.airforcemag.com/article/the-revolt-of-the-admirals/

https://thestrategybridge.org/the-bridge/2018/12/12/i-am-the-monarch-of-the-sea-the-1949-revolt-of-the-admirals-and-victory-at-sea

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun