Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Revolt of The Admirals: Protesnya Para Laksamana

13 April 2022   16:45 Diperbarui: 13 April 2022   16:51 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi mengingat pada masa itu Amerika Serikat dan Uni Soviet baru saja memasuki babak baru dari peperangan yang disebut "Perang Dingin" di mana Amerika dan Soviet saling beradu kecanggihan senjata.

Para Jenderal Angkatan Udara juga mengatakan bahwa kapal-kapal angkatan laut dapat dengan mudah ditenggelamkan dengan pesawat bomber mengingat tragedi Pearl Harbor.


Revolt of the Admirals

KASAL Laksamana Louis Denfeld (Kedua, Kanan) dan Menteri Angkatan Laut Francis P. Matthews (Kedua, Kiri) | Sumber Gambar: airforcemag.com
KASAL Laksamana Louis Denfeld (Kedua, Kanan) dan Menteri Angkatan Laut Francis P. Matthews (Kedua, Kiri) | Sumber Gambar: airforcemag.com

Serentak para Laksamana Angkatan laut pun memberontak dan menolak keras semua usulan para petinggi Angkatan Udara, dan juga memprotes keputusan Presiden Harry S. Truman dan Menteri Pertahanan Louis Johnson untuk membatalkan proyek Kapal Induk U.S.S. United States. 

Salah satu Laksamana yang paling vokal dalam protes ini adalah Laksamana Louis E. Denfeld yang juga menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Laut Amerika Serikat.

Peristiwa ini dikenal sebagai "Revolt of the Admirals" bahkan tidak hanya perwira angkatan laut aktif saja yang menentang kebijakan dibatalkannya proyek U.S.S. United States, namun perwira yang sudah pensiun juga turut memprotes langkah pembatalan proyek ini. 

Denfeld bahkan memerintahkan para Laksamana untuk bersatu dalam memprotes keputusan Truman dan Johnson dalam pembatalan proyek U.S.S. United States, bahkan Denfeld juga membentuk tim pencari fakta yang dinamakan Op-23 yang dipimpin oleh Kapten Arleigh Burke untuk mengumpulkan informasi-informasi dan mencari fakta guna mengetahui alasan dibalik dibatalkannya proyek U.S.S. United States. 

Usut punya usut pada akhir Mei 1949 muncul sebuah dokumen bernama "Worth Paper" yang mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Louis Johnson pernah menjabat sebagai direksi di Perusahaan Produsen Pesawat Convair. 

Convair tidak lain adalah pabrikan produsen pesawat yang memenangkan tender untuk proyek pesawat bomber strategis B-36 Peacemaker. 

Tidak hanya itu, Op-23 juga menemukan fakta bahwa angkatan udara memiliki andil untuk memonopoli seluruh senjata nuklir Amerika Serikat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun