Mohon tunggu...
erwin joko susanto
erwin joko susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

I'm a teacher

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Efektifitas QRIS ASEAN sebagai Sistem Pembayaran Lintas Negara Untuk Persemakmuran Asia Tenggara

19 Juni 2023   07:30 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Latar Belakang Permasalahan 

Krisis keuangan yang terjadi tidak hanya di EROPA tetapi juga melanda ke beberapa Negara ASIA pada beberapa tahun ini menimbulkan beberapa dampak signifikan kepada negara–negara anggota Asia khususnya Asia Tenggara seperti Indonesia, walaupun eksistensi Euro sebagai mata uang tunggal yang telah dikeluarkan dan diberlakukan di sana, namun bagi mereka hal itu belum bisa menjamin stabilitas keuangan. Ditambah lagi masa perang Rusia-Ukraina dan konflik-konflik antar Negara sepaham dengan mereka yang tak kunjung selesai sehingga mempengaruhi jalur perdagangan ekspor dan impor di sekitarnya sehingga krisis keuangan terus berlanjut di beberapa negara-negara ASIA bahkan ASEAN seperti Indonesia.

Di tengah terjangan gejolak krisis keuangan yang terjadi di ASIA saat ini, beberapa negara anggota Asia Tenggara mencoba untuk berinisiatif melalui gagasan yang tidak secara langsung kadang-kadang mencipta perpecahan prinsip yang terjadi di antara anggota Asia Tenggara.  Keberlangsungan TRUST yang dibangun di asia tenggara melalui serangkaian program seperti G20 dan lainnya justru membuat program MEA berjalan statis seakan bergerak majunya masih menunggu datangnya tantangan nyata. Belum lagi TRUST yang dibangun masih dipengaruhi oleh tingkat fleksibilitas budaya dan situasi regional dalam menerima sumbangsih pemikiran Negara lain yang mayoritas masih dianggap sebagai ide berbau asing dalam tanda kutip. Kalau permasalahan seperti ini dibiarkan atau dianggap sepele, kemungkinan akan mengancam kedaulatan mata uang masing–masing negara anggota Asia Tenggara dengan kata lain terjadi grafik fluktuatif yang menurun.

Entah berapa Negara di Asia Tenggara ini yang pernah terkenal dengan uji nyali gerakan revolusionernya melalui perlawanan terhadap penjajahan, penguasa yang sewenang-wenang, yang nampaknya hal itu hanya akan terdengar kurang sejalan dengan semangat persemakmuran yang dikampanyekan saat ini, apalagi kita sebagai Bangsa Indonesia sudah kadung merujuk kepada suri tauladan kejayaan MAJAPAHIT pemersatu nusantara di masa silam. 

Intinya bahwa kepercayaan anggota Asia Tenggara bisa-bisa memudar terhadap ide persemakmuran ala Majapahit di bawah pengemban sumpah Palapa Patih Gajahmada yang dulu tentunya secara tidak langsung memiliki semangat integrasi ekonomi yang besar di tengah ambisi masyarakat asia tenggara untuk mewujudkan tatanan dunia yang baik karena sampai saat ini tidak dijalankan dengan baik. Turunnya kepercayaan sebagian anggota Asia Tenggara tidak hanya disebabkan intervensi negara-negara imperialis di UNI EROPA yang terlalu jauh ikut campur tangan terhadap eksistensi kedaulatan kita di Asia Tenggara. Oleh karenanya, dengan melihat latar belakang di atas, sudikah kami yang nota bene penulis kecil ini untuk berbagi solusi terkait tema Konektivitas Sistem Pembayaran Asean, dengan judul “Efektifitas QRIS ASEAN Sebagai Sistem Pembayaran Lintas Negara Untuk Persemakmuran Asia Tenggara”

B. Pembahasan

Bercermin dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan yang sangat serius bagi eksistensi Asia Tenggara maka ide untuk memunculkan keinginan dalam menerapkan sistem single currency untuk memudahkan masyarakat ASEAN dalam melakukan transaksi keuangan, baik transaksi keuangan yang berhubungan dengan distribusi produk dalam ekspor dan impor maupun transaksi keuangan yang berhubungan dengan masalah pelayanan atau penggunaan jasa adalah diwujudkannya single currency yang salah satunya adalah menghadirkan QRIS sebagai cross border payment. Walaupun nantinya masih perlu penelitian, tetapi tingkat urgensinya perlu pengalaman selain uji petik di lapangan, dengan tanda Tanya besar apakah QRIS Asia Tenggara mampu menjadi jalan suksesi pertumbuhan ekonomi khusunya dalam framing pengaktifan kembali program-program dalam MEA? Hanya waktu dan rule aktualisasi yang menjalankannya yang mampu menjawab. Tetapi keyakinan tentang suksesnya QRIS di Asia Tenggara sangat menyemangati kita bersama.

Karena keberadaan MEA tidak akan statis seperti apa yang terlihat pada saat ini, jika ide dan konsep kesemakmuran anggota MEA itu sendiri tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh. Kenapa perlu adanya revitalisasi dan pengaktifan kembali ide kesemakmuran ini? Karena Asia akan berkembang seiring dengan perkembangan arah politik internasional yang didukung oleh kerja sama ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan. Wacana integrasi Asia, khususnya Asia Tenggara, merupakan inisiatif dari negara–negara Asia yang pernah diangkat pada forum KTT Asia  tahun 2012 yang lalu. Wacana integrasi ini tentu akan merujuk kepada integrasi kawasan yang menjadi pijakan dalam merealisasikan wacana integrasi di kawasan Asia Tenggara. Sekali lagi rujukan ini ditujukan kepada integrasi ekonomi Asia Tenggara sebagai landasan negara–negara Asia dalam merealisasikan integrasi ekonomi yang mereka harapkan. Namun, sangat disayangkan karena kondisi Asia Tenggara diliputi dengan permasalahan yang kronis sehingga sulit bagi negara–negara Asia untuk mewujudkan integrasi kawasan yang lebih komprehensif dan advanced.

Integrasi kawasan Asia tentu akan membutuhkan single currency untuk memudahkan transaksi dan identitas kawasan yang akan terintegrasi melalui sistem pembayaran berbentuk QRIS Asia. Tidak dipungkiri bahwa dalam hubungannya dengan perwujudan integrasi kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, China bahkan akan menjadi negara yang memiliki dominasi dalam menentukan struktur dan penentuan single currency “QRIS” ini sehingga tampaknya akan menjadi determinan dalam penentuan Qris value yang dimaksud.

Sebagai suri tauladan dengan semangat AMUKTI PALAPA yang diusung Gajahmada Sekarang, jajan di luar negeri pakai mata uang Rupiah bukan lagi hanya angan-angan semata karena Bank Sentral dari empat negara ASEAN, yaitu Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT), sudah sepakat bekerjasama dalam mewujudkan dan mendukung pembayaran yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif. Salah satu perwujudannya adalah dengan mengimplementasikan QRIS antarnegara.

Alasan tersendiri yang melenggangkan kekuatan QRIS sudah dapat terlihat pada rujukan masyarakat Indonesia dalam menjalankan strategi bisnis mereka. Qris yang kita tahu menjadi akses pembayaran yang tersemat di HP kita melalui aplikasi pembayaran E-Wallet seperti OVO, GOPAY, Shopee-pay, dan lain-lain di segala bidang bisnis penjualan dan pembelian menjadi wujud dari dominasi QRIS dengan AUTOMATIC PAYMENT, sehingga kadang-kadang mengalahkan kecepatan dari sistem pembayaran melalui bank konvensional walaupun dalam tanda kutip mereka juga mengenalkan E-Banking.

Tinggal bagaimana nantinya tingkat fleksibilitas dan keamanan QRIS menjadi terfavorit diantara semua sistem. Hal inilah yang akan menjadi bahasan dan trending topic menarik dalam setiap diskusi, perdebatan, bincang-bincang bahkan menjadi bahan penting dalam isi pidato seorang pemimpin Negara seperti presiden dalam menggalakkan semangat persemakmuran yang selalu hangat untuk dibahas dan diujikan sehingga benar-benar sehat tanpa efek samping dosis penyelewengan pengguna seperti bersih dari jalur perdagangan produk dalam pasar gelap, perdagangan narkoba, trafficking, bersih dari jalur lainnya yang lebih ekstrim yaitu bersih dari upaya pendanaan terorisme dan sisi-sisi negatif lainnya hanya untuk memberlakukan Free Trade antar ASEAN

C. Penutup dan Kesimpulan

Dari pembahasan singkat di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa integrasi ekonomi yang terjadi di Asia Tenggara telah memperlihatkan spot–spot yang membutuhkan sentuhan sempurna yaitu salah satunya dengan memberlakukan system pembayaran QRIS untuk mempererat konektivitas ASEAN.

Keyword dan label: Bank Indonesia, ASEAN, Sistem Pembayaran

DAFTAR PUSTAKA

Assia, Jonathan. The Euro: Bust or Robust? InFinance. June, 2010. 46-47.

Assia, Jonathan. The Eurozone Crisis: Between Suspense and Rebound. InFinance. March 2012 V.126 N1. 38-39.

Min Ha Lee and Inkyo Cheong. A Critical Review on Regional Integration Processes in East Asia. Journal of International Logistics and Trade. 9,2(2011): 33-55.

Seung-Gwan Baek and Yonghyup Oh. Governance, Institutional Quality and the Euro Area Crisis: What Lessons to East Asia Integration? Journal of East Asian Economic Integration. 17,4(2013): 361-383

World Trade Organization Statistics (2013).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun